✍︎;🥀

5.4K 295 10
                                    

•┈┈┈••✦ SANO SHINICHIRO ✦••┈┈┈•
Tokyo Revengers © Ken Wakui

Happy Reading!


Kulit mereka saling bersentuhan, bergesek secara cepat tidak beraturan. Menimbulkan suara yang memenuhi kamar bernuansa mewah dalam mansion megah tersebut dengan gairah kasar.

Wanita bersurai hitam itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang gemetar. Begitu pula keringat sudah bercucuran di sekujur tubuhnya dari beberapa jam yang lalu, serta pipi yang bersimbah air mata tak urung membuatnya tetap bersikeras tidak mengeluarkan suara.

"Apa pita suaramu rusak, huh?" baritone itu merendah geram. Sedangkan sang wanita justru menggigit jarinya untuk menahan erangan perih di sekujur tubuhnya.

Onyx tajam pria itu memandang wajah wanita di bawahnya dengan sorot mengerikan. Peluh keringat menetes dari rahang tegasnya kemudian jatuh sensual pada payudara sintal wanitanya.

Pria itu mengetatkan wajahnya. Sesekali bibirnya mendesis saat liang wanita itu menjepit miliknya. Begitu sempit dan nikmat secara bersamaan. Hentakan kasarnya semakin brutal karena denyutan pada 'juniornya' makin terasa.

Wanita itu menggelinjang, tubuhnya melengkung membentuk busur. Berkali-kali tersentak hebat akibat batang keras dan berurat milik pria di atasnya terus-menerus menghujam kewanitaannya tanpa ampun. Perih hingga rasa remuk telah ia rasakan pada tubuhnya selama pria itu menuntaskan malam pertama mereka.

"Ini kewajiban utamamu sebagai istri kan, sayang? Melayani suamimu." kata-katanya tidak terbantahkan. Dia dominant dan setiap ucapannya adalah kemutlakan.

Hujaman kerasnya ia percepat di bawah sana, menghentakkan batang miliknya secara liar yang terasa seperti akan menghancurkan tubuh wanita berlabel istrinya itu malam ini.

Air mata itu luruh deras tanpa isakan. Wanita itu enggan berbicara bahkan jika hanya mengeluarkan suara-suara kenikmatan yang seharusnya menjadi malam paling indah dalam hidupnya. Jangankan mendesah, memandang pria berstatus suaminya itu saja dia tidak sudi.

"Istri pembangkang."

Wanita dengan paras cantik itu menggigit bibirnya yang sudah koyak akibat kelakuannya sendiri. Merasakan rasa anyir darahnya dalam rongga mulutnya yang kering. Sementara kedua tangannya tanpa gentar membengkap mulut mungilnya yang meneteskan darah itu. Tubuhnya bergerak cepat di antara suara decitan ranjang yang kencang-sebagaimana pria itu menghujam miliknya dengan kejantanan yang membabi buta.

Tangan kekar pria bersurai raven tersebut mencengkram pinggul wanitanya erat. Sangat erat. Serasa ingin meremukkan tulang rapuh itu-bukan hanya dengan kejantanannya yang menusuk sangat keras di dalamnya.

"Padahal suamimu sedang berjuang di atas sini, dan kau tidak melihatnya sama sekali. Sungguh istri yang sangat sopan." suara berat itu menajam, sarat sindiran. Bersamaan hentakan kuat di dalam liang wanitanya, pria itu mengerang kecil.

Lagi-lagi punggung wanita itu melengkung sempurna. Tanda reaksi spontan ketika batang keras itu menusuk hingga paling ujung area sensitifnya. Hanya satu kalimat yang terlintas di otaknya, 'suaminya ini akan menghancurkannya berkeping-keping'.

𝗠𝘆 [𝗡𝗮𝗺𝗲] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang