Siren heran, dari dulu cowok yang berstatus suaminya itu begitu rajin lari pagi bahkan sepertinya tidak ada hari tanpa lari. Di sekolah pun begitu, pagi-pagi sudah lari keliling lapangan sebab terlambat.
Sekarang cowok itu berlari bukan karena terlambat atau semacamnya, melainkan berlari menghampiri dirinya.
"Minta air," ucap Rigo setibanya di hadapan Siren.
Siren memberikan botol yang sejak tadi berada di tangannya. Ia juga menyerahkan sapu tangan agar Rigo mengelap keringat yang membanjiri dahi cowok itu.
Bukannya menerima, Rigo malah mengarahkan tubuhnya pada Siren namun kali ini cowok itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, maka dari ia sudah ada persiapan.
Bughh
Nah kan, betul dugaan Rigo. Siren mendorong dadanya dan untungnya Rigo langsung menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Ngapain si deket-deket gue, lo tuh lagi keringetan Rigo!" Jerit Siren kesal.
"Keringet gue wangi."
Siren berdecih sinis, keringat mana ada yang wangi, yang ada malah bau asem.
"Harusnya lo tuh biasain nyium aroma keringat gue. Kan gak etis ntar pas lagi main di ranjang lo dorong gue cuma kar'na gue keringatan."
"Jangan bahas itu bisa gak sih!"
"Kalau Siren gak mau nyium keringat kamu, mending aku aja. Aku rela kok kalau di suruh cium keringat kamu setiap hari."
Keduanya sontok menoleh kearah sumber suara, ternyata Letta. Gadis dengan rok di atas lutut dan sweater kuning tersebut berdiri tak jauh dari mereka.
"Rigo! Tadi waktu main basket, kamu keren banget," seru Letta. Gadis itu melangkah lebih dekat dengan Rigo dan juga Siren.
"Udah tau," ujar Rigo acuh. Gara-gara gadis ini tangan kekarnya hampir menjadi korban kemarin sepertinya ia harus menjauh dari sumber pertengkarannya dengan Siren.
"Lain waktu ajarin aku juga ya, ooh iya kamu inget Dio? Dia katanya juga mau diajarin main. Waktu itu dia liat kamu main basket di rumah Ojo, kata Dio kamu tuh jago banget. Dia mau minta ajarin tapi malu makanya dia nyuruh aku bilangin ke kamu."
Letta terus berceloteh namun tidak ada tanggapan yang diterimanya.
"Yuk balik," ajak Rigo. Cowok itu tampak memberiskan barang-barang milik Siren seperti handphone, tas, dan bungkus makanan yang akan segera Rigo masukan ke dalam tong sampah.
"Rigo," decak Letta.
Melihat wajah kesal Letta, Siren malah memeletkan lidah ke arah gadis itu kemudian ia menggandeng lengan Rigo dan berlalu dari sana.
•○♡○•
"Mau mampir dulu gak?" Tanya Rigo saat lewat depan Mall, cowok itu mengecilkan laju motornya. Ahh iya motor itu kini sudah kembali ke pangkuan Rigo sebab libur telah berakhir dan sekolah di mulai besok.
"Tumben banget lo baik gini sama gue." Siren berkata sambil memeluk pinggang Rigo dia dengan antusias menepuk-nepuk perut cowok itu isyarat agar berhenti.
"Baik salah, jahat apalagi."
Rigo membuka helm kemudian menyuruh Siren turun.
"Lah, kok lo gak turun? Jangan bilang mau ninggalin gue di sini," jerit Siren.
"Parkir dulu!" Rigo berkata tak kalah nyaring.