Author POV
Ketika ia berjalan, bau amis aroma rerempahan menyeruak. Membuat beberapa orang refleks menutup indra penciuman mereka, dan menatapnya secara terang-terangan dengan tidak suka.
Beberapa menit yang lalu, satu mangkuk kuah soto lolos membasahi seragam Lisa. Saat itu juga Lisa seketika meringis, merasakan tiap tetes yang mengalir dari kuah hangat tersebut menyerap masuk ke dalam kain hingga menyentuh kulitnya.
Harusnya Lisa sadar, dan tahu diri. Tidak usah berlaga sok ingin makan di kantin. Dan Lisa juga harusnya mengerti, hal semacam ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi.
Gadis itu lalu menyisir rambut, berjalan lagi hingga sampai pada koperasi sekolah. Lisa membeli seragam yang baru, karena seragam yang ia pakai sekarang kainnya sudah mulai mengering, meninggalkan bekas warna kekuningan khas kuah soto.
Yugyeom, adalah nama laki-laki yang menyiram Lisa saat tadi ia di kantin, tanpa aba-aba. Murid itu sudah sering membuatnya seperti ini, dan ia adalah yang paling sering.
Lisa menghembuskan nafas sembari ia terus berjalan menuju toilet khusus perempuan.
Ketika langkah kakinya telah sampai di sana, dengan lekas Lisa langsung menundukkan kepala. Lisa menyadari ada gadis lain yang sedang berdiri di depan cermin, gadis itu terlihat sedang memoleskan lipstik. Saat Lisa melewatinya, gadis itu hanya melirik Lisa sebentar, dan ia kemudian tertawa melihat penampilan Lisa yang kotor.
Lisa memilih diam, tak menghiraukan. Berlalu dirinya masuk ke dalam bilik toilet untuk mengganti seragam. Setelah selesai, sekali lagi Lisa mengintip dari belakang pintu, memastikan di luar sudah tidak ada orang.
Melipat baju itu dengan asal, dan membuangnya pada tempat sampah. Berdiri di depan cermin, melihat tubuhnya yang semakin hari semakin kurus. Tulang dan urat yang menyatu terlihat menyembul ke permukaan kulit tangannya. Rambut yang sudah semakin panjang, dan poni yang tidak terlalu rapi, Lisa kemudian membasuh wajah.
Bernafas dengan lelah di sana, Lisa lalu juga membasuh tangan, dan beberapa bagian tubuh yang masih terasa lengket akibat kuah soto. Saat dirasa dirinya sudah lebih baik, Lisa mematikan kran wastafel dan pergi dari toilet.
Sudah satu tahun lebih ia mengejar pendidikan di sekolah menengah atas, ini memasuki tahun kedua. Sekolahnya adalah tempat yang banyak digemari kalangan anak seusia Lisa saat ini, sekolah yang berpusat pada pertengahan kota, dengan murid yang hampir lima ribu siswa banyaknya.
Namun bukan nasib baik yang Lisa dapatkan, setiap hari ia hanya menjadi murid perundungan. Ayahnya adalah seorang narapidana, itulah alasan ia kurang diterima dengan baik di sekolahnya.
Walaupun begitu Lisa tetap bertahan, karena hanya sekolah ini yang mampu menampung dirinya, yang tidak punya biaya untuk mengejar pendidikan. Sekolah Lisa memberi akses gratis untuk setiap murid, asalkan nilai rata-rata mereka harus di atas 90.
Lisa menyanggupi itu.
Tapi kembali pada fakta, lemah tetaplah lemah. Lisa seringkali terkena kekerasan fisik dari murid lain. Tanpa ada yang berbaik hati mau menolong, ataupun melaporkan pada guru.
Akhirnya yang bisa Lisa lakukan hanyalah terus menunduk dan menunduk. Melemah pada semesta, yang berkuasa tetaplah menjadi raja atas segalanya.
Lisa hanya murid biasa yang mengharapkan nilai untuk dirinya di masa depan.
Sayangnya, setelah perundungan itu semakin hari semakin menjadi-jadi, dirinya tidak pernah lagi membayangkan apa itu masa depan.
Bagi Lisa, tak ada takdir baik yang bisa ia harapkan. Menjadi lemah adalah yang Lisa lakukan, masa depan apa yang ia harapkan jika semesta saja tidak mengijinkan ia untuk bernafas dengan tenang?
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Jennie itu sebenernya cuma makhluk ghaib. ❞