4. Penglihatan terakhir

3.5K 881 157
                                    

️ Buat yang ngga tahan sama kekerasan, skip aja ya ⚠️



•••••••
Author POV

Kepala Lisa tertunduk, tidak berani mengangkat pandangan pada sesosok gadis yang kini masih setia duduk di sebelahnya. Lisa hanya diam, dia terlalu bingung harus membuka suara dengan kalimat apa. Dirinya kini hanya membiarkan atmosfir yang terasa begitu penuh keheningan. Sedang Jennie juga tidak ada lepas pandangan barang satu detik saja dalam memperhatikan Lisa.

Jennie memperbaiki posisi duduknya. Sedikit memberi jarak pada tubuh mereka yang tadi sangat berdekatan, gadis itu berlalu menghela nafas hingga bahunya ikut bergerak turun.

"Buku gue tadi ketinggalan dalem laci, makanya gue balik lagi." Tutur Jennie. Dia memandangi ujung sepatu, khawatir jika Lisa berpikir bahwa dia selalu mengikutinya.

"Gue anterin pulang mau ya?" Jennie menatap Lisa.

Lisa diam, masih setia menunduk. Lisa merasa asing, seperti ini bukan kenyataan. Dahulu ia lebih sering dikucilkan, dibuang, dan dijauhi. Sekarang ketika ada sesosok manusia yang perduli padanya, Lisa merasa seperti dirinya hidup kembali.

Banyak hal bergerombol dalam pikiran Jennie ketika Lisa tidak ada membalas, gadis itu hanya melamun, menatap kearah lain. Pada akhirnya satu tangan Jennie menyentuh kening Lisa sekali lagi, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Sekalian untuk mengecek apakah suhu tubuh Lisa masih terasa panas.

Raut wajah Jennie seketika berubah menjadi sendu, melihat Lisa yang tiba-tiba berdiri dan berjalan menjauh dari pandangan Jennie.

Tapi Jennie bukan tipe orang yang mudah menyerah, atau diam saja. Lekas-lekas dia memasukkan lagi kotak makan itu ke dalam tas. Menggendong tas pada belakang bahu, Jennie setengah berlari untuk mengejar Lisa. Tidak sulit untuk Jennie menyamakan langkah kaki Lisa. Jadi ketika Jennie telah berhasil menyusulnya, gadis itu langsung merubah raut wajah menjadi tersenyum tipis.

Lisa tidak terkejut, dirinya juga sudah menduga bahwa Jennie pasti akan mengikuti langkah kakinya.

"Gue boleh nanya sesuatu ga?" Jennie menengadah. Tapi tanpa menunggu jawaban, Jennie langsung melanjutkan kalimatnya.

"Tinggi lo tuh berapa sih? Kok kayanya gue keliatan cebol banget kalo lagi deket sama lo gini." Bibir Jennie cemberut.

"Seratus enam puluh tujuh."

Tanpa Jennie duga, Lisa tiba-tiba membalas pertanyaannya. Mata Jennie seketika berbinar dan tersenyum. Dengan suasana hati yang sedang semangat, gadis itu lalu mengajak Lisa berbicara lagi.

"Meter?"

"Sentimeter."

"Lo cantik waktu lo lagi diem." Celetuk Jennie.

Lisa tidak menghiraukan. Tentu saja karena dia sedang berusaha menahan gugup yang luar biasa. Lisa merasa dirinya seperti sedang mengecil dan tangannya pun basah karena keringat.

Jennie terus saja menyamakan langkah kaki mereka. Tanpa berniat ingin berhenti, gadis itu bahkan juga tersenyum, walaupun keadaan di gang sempit yang ia jalani saat ini terlihat kotor, kumuh, dan banyak sekali kucing-kucing liar di sekitarnya.

Tubuh Lisa tiba-tiba berhenti, Jennie otomatis ikut berhenti dan menatapnya dengan tatapan bertanya. Hingga Jennie merasakan satu tangan miliknya yang tiba-tiba dipegang oleh Lisa, Jennie seketika menjadi gugup.

"Lisa—"

"Diem."

Untuk pertama kalinya, Lisa berbicara dengan nada yang begitu penuh penekanan.

KALOPSIA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang