3. Seseorang yang perduli

3.4K 949 116
                                    

Author POV

Banyak murid yang sudah berbaris di lapangan untuk mendengarkan si ketua osis mereka yang sebentar lagi akan memberikan pengumuman penting. Beberapa dari mereka ada yang saling menggerutu agar pengumuman itu cepat diberitahukan, karena hawa panas dari teriknya matahari yang naik sudah mulai terasa.

Sedangkan Lisa, ia hanya duduk di salah satu akar pohon besar yang berada tak jauh dari sana. Ia tidak ingin mengikuti barisan, baginya hal itu tidak terlalu penting.

Dari tempatnya duduk juga pasti akan mendengar, toh si ketua osis itu pasti nantinya akan berbicara menggunakan pengeras suara.

Lisa memainkan kerikil, sesekali melirik pada mereka yang asik saling tertawa di sana. Lisa tidak iri, dirinya seratus persen sadar ia tidak akan pernah bisa seperti itu. Mana ada orang yang ingin berteman dengan anak dari seorang narapidana.

Cukup lama terdiam, pandangan Lisa kemudian mengarah pada gadis yang beberapa hari terakhir selalu menjadi perbincangan siswa-siswi karena kecantikannya, apalagi ia juga murid baru yang pindah dari ibu kota.

Jennie sedang berbicara dengan Jisoo, yang juga sekelas dengan dirinya. Mereka terlihat akrab ketika sesekali mereka saling bercanda. Hingga ketukan suara mikrofon membuat kedua gadis itu mengalihkan pandangan, Lisa lalu juga ikut mengalihkan pandangan. Menatap pada sang ketua osis yang sedang tersenyum dengan ramah.

Suho, ketua osis yang menjabat sudah hampir dua tahun itu memegangi beberapa lembar kertas pada tangannya.

"Guys, kita bakal ngadain class meeting minggu depan. Lo semua ga sabar kan? Nah di sini gue bakal ngebagiin list-list perlombaan apa aja yang bakal kita adain, dan setiap kelas wajib ikut minimal tiga kategori. Di kertas ini juga nantinya kalian daftarin aja nama kalian yang mau ikut. Dan kalo udah selesai, serahin ke gue atau ke anggota osis yang lain, kalian boleh ngerundingin ini selama empat hari."

Nyaris semua murid bersorak merasa senang, mungkin hanya Lisa yang tidak. Gadis itu malah sudah lebih dulu pergi, tanpa menunggu Suho selesai dengan kalimatnya.

Lisa memasuki kelas dan merebahkan kepalanya ke atas meja tanpa beralaskan apa-apa. Dirinya lelah, tubuhnya sudah terasa panas sejak tadi malam, namun Lisa tetap memaksa pergi ke sekolah walaupun dengan keadaan sakit kepala yang luar biasa.

Karena Lisa tahu, sakit atau tidak semuanya akan tetap terlihat sama. Ibu yang tidak terlalu perduli dan ia yang juga tidak ingin ketinggalan pelajaran.

Hampir satu jam Lisa tertidur. Perlahan-lahan suara berisik dari murid-murid membuat Lisa membuka mata. Kelas sudah terisi dan mereka saling sibuk pada kegiatannya masing-masing.

Lisa melirik jam dinding, sudah pukul setengah dua belas, artinya ini adalah waktu istirahat.

Ia lalu berdiri, beniat ingin ke toilet untuk membasuh muka yang terasa agak kaku karena tertidur. Namun kedua langkah kaki Lisa harus tertahan, tepat saat ia ingin berjalan keluar dari pintu kelas. Tubuh Lisa tiba-tiba menabrak seseorang, ia pun refleks mundur.

"Kalo jalan tuh liat-liat dong anjing." Pemuda itu mengumpat.

Lisa lekas-lekas mengangguk. Kini kelasnya seketika menjadi hening. Pemuda dengan name tag Rian itu mendekati Lisa. Mendorongnya hingga tubuh Lisa terhempas jatuh ke lantai.

"Sakit kan?!" bentak Rian.

"Lo udah nabrak gue dan lo ga ada bilang maaf, lo pikir gue ga kesel?" Pemuda itu lalu mendekati tubuh Lisa lagi.

Tanpa memberi jeda, Rian langsung menarik kerah seragam Lisa. Kepala Lisa semakin menunduk, tubuh Lisa melemas karena takut.

"G-gue minta maaf." Lisa bergumam, nyaris tidak terdengar.

KALOPSIA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang