Chapter 3

179 127 136
                                    

Happy Reading!!

Pintu kamar Pangeran Henry sudah di depan mata. Cinderella mulai berjalan perlahan sambil mengeratkan kain yang menyelempang di pundaknya. Entah mengapa malam ini terasa begitu dingin. Terlihat disana pintu kamar Henry sedikit terbuka. Saat Cinderella ingin mendorongnya, dia langsung membeku di tempat. Apa pendengarannya bermasalah? Bagaimana dia bisa mendengar suara wanita disana? Seketika itu, perkataan pelayan tadi langsung terbayang-bayang di kepalanya. Cinderella menegak ludahnya, dengan ragu dia perlahan mendorong sedikit pintu itu dan mulai melihat yang terjadi di dalam.

Terlihat disana Pangeran Henry berbaring di tempat tidur dengan seorang wanita yang menindihnya dalam keadaan telanjang. Mata Cinderella membesar dan mulai mengeluarkan air mata, tangannya bergetar hebat, jantungnya berdetak tak karuan. 'Ini pasti mimpi! Ya ini pasti mimpi! Tak mungkin Pangeran menghianatiku! Tidak!! Tak mungkin!!' ucap Cinderella dalam hati. Kakinya mulai berjalan mundur dan tak sengaja membuatnya terjatuh yang membuat tangannya tergores. Cinderella semakin menangis tersedu-sedu, bukan karena goresan itu tapi karena dia menyadari keadaan saat ini adalah nyata.

Dia perlahan berdiri dan berjalan dengan sisa tenaganya menuju kamarnya. Pandangannya kosong, dia tak tau harus berbuat apa. Sesampainya dia di kamar, dia langsung merosot ke lantai. Air matanya yang sudah keluar dari tadi, kini keluar semakin deras. Udara dingin tak lagi dapat dia rasakan, tubuhnya sudah mati rasa. Dia menenggelamkan kepalanya di antara kakinya sambil terus menangis. Perkataan pelayan yang dia dengar tadi dan kejadian yang dia lihat tadi terus terbayang-bayang di kepalanya seakan-akan enggan untuk pergi dari kepala Cinderella.

Cinderella mendongak, matanya begitu sayu. Penampilannya sudah tidak karuan. Dia melihat sekeliling, kamar yang sebelumnya menjadi tempat ternyaman nya, sekarang menjadi sangat menyesakkan. Matanya tidak sengaja melihat pisau buah yang ada di meja. Dia mulai berdiri dan berjalan tertatih-tatih dengan mata yang masih tertuju ke pisau itu. Dia mengambil pisau itu perlahan. Pisau perak yang terlihat tajam, yang bisa membuat kulit tergores jika tak sengaja terkena mata pisau itu. Sekali lagi hal yang terjadi baru saja terbayang-bayang di kepalanya. Dia tak masalah jika semua pelayan membencinya. Dia tidak mengeluh dengan keadaan itu karena dia mencoba bertahan untuk kekasihnya itu. Namun sekarang tidak ada alasan lagi dia bertahan, tidak ada alasan lagi dia hidup. Matanya memburam karena air matanya. Perlahan dia mulai mengangkat pisau itu, lalu seperkian detik kemudian

JLEB!!

Pisau itu sudah menusuk tepat di jantung Cinderella. Darah segar mulai mengalir keluar mengotori piyama warna putih yang dikenakannya. Penglihatannya mulai memburam, kepalanya mulai pusing, dan badannya mulai lemas. Cinderella terjatuh dan tergeletak di atas lantai. Sampai akhir pun, dia masih berharap jika ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Cinderella perlahan mulai menutup matanya. Malam itu dia kehilangan segalanya termasuk hidupnya.

••••••••••

Hosh hosh hosh...

Gadis itu terengah-engah setelah dia bangun dari tidurnya.

"Mimpi itu lagi."

Dia mengusap wajah cantiknya dengan kasar, mata berwarna biru langit itu mulai melihat ke arah jendela yang masih tertutup tirai putih transparan.

"Oh sudah pagi rupanya. Sebentar lagi pasti dia akan datang." Ucap gadis itu sendiri dengan nada dingin.

Tidak lama kemudian langkah kaki mulai terdengar. Setelah itu pintu kamar terbuka secara kasar. Gadis berambut pendek berwarna coklat yang memakai baju pelayan itu mulai mendekati gadis yang sekarang sedang menatap jendela.

"Astaga, bagaimana Anda bisa menjadi pemalas seperti ini?!! Hanya luka di sekitar dada saja jangan manja!! Lihatlah! Matahari sudah naik sedari tadi! Bangunlah nona dan segera mandi! Aku masih memiliki banyak pekerjaan!!"

Gadis itu hanya menatap datar pelayan itu, tidak ada niatan untuk meresponnya. Dia langsung turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Dia menyentuh air di bak. 'Dingin' ucapnya dalam hati.

"Apa air dingin ini pantas untuk orang yang baru saja sadar dari koma? Dia memang kurang hajar, tapi apa ini tidak terlalu keterlaluan?" Ucap gadis itu pelan.

"Ah sudahlah, mandi saja. Toh air dingin tidak akan membuatku mati." Ucap gadis itu seraya membuka pakaian tidurnya.

Sesudah mandi dia melihat pelayan itu masih membersihkan kamarnya. Sesekali dia membongkar kotak-kotak perhiasan yang ada disana.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya gadis itu sambil berjalan menuju meja rias.

Pelayan itu tampak kaget. Dia berbalik ke arah gadis itu sambil menyembunyikan tangan kanannya.

'Apa dia tak sadar bahwa yang dia lakukan itu sangat jelas sekali?' tanya gadis itu dalam hati, dia tidak melirik pelayan itu sama sekali.

"B-bagus, anda sudah mandi. Setelah ini akan saya ambilkan makanan untuk anda. Jangan kemana-mana atau anda akan mendapatkan hukuman!" Ancam pelayan itu. Dia langsung keluar dari kamar gadis itu.

Gadis itu menatap dalam kearah cermin. Wajah yang sangat cantik dengan mata yang secerah langit biru dan rambut emas yang berkilau, bukankah itu terlihat sangat sempurna?

"Sesempurna apapun penampilan mu, kau tetap saja berakhir mengenaskan Cinderella. Kasihan sekali." Ucap Cinderella oh atau bisa juga dipanggil Alice.

TBC


Haloo
Gimana chapter kali ini?
Aku cuma mau bilang kalo aku bakal hiatus ±2 minggu. Maaf ya semuaa
See youu~~

Cinderella After EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang