Part 4

55 5 7
                                    

Persiapan lamaran untuk Ratna sudah selesai. Bulan sangat berterimakasih kepada eyang, dan tentunya para adik yang telah membantunya.

Sejak sore tadi Bulan sudah sangat gugup, karena ini pertama kalinya ia akan menjadi pria yang romantis untuk kekasihnya.

"Mas Bulan kenapa? udah kaya mau perang aja." kata Jati, yang dari tadi memperhatikan gerak gerik Bulan.

"anjir, mules banget Jat." Jawabnya sambil memegangi perut.

"santai aja dong mas, calm down." Kata Jati santai, Jati memang belum pernah merasakan makna dari cinta sejati. Selama ini ia masih suka main-main, ia belum menemukan seseorang yang membuat hatinya seperti roller coaster,

"Playboy ogeb diharap diam." sahut Dhika menimpali.

"shit, dibahas teross." dengus Jati, membuat gelak tawa semua orang.

"Assalamualaikum." suara perempuan terdengar dari pintu depan, baru mendengar suaranya saja, Bulan sudah tidak tahan mau ke kamar mandi, alhasil ia langsung berlari kilat menuju tempat favorit Hechan.

"Waalaikumsalam" jawab mereka kompak

"Baru denger salamnya aja udah boker apalagi nanti mau nglamar, dasar cemen." cibir Hechan. Eyang berjalan menuju pintu menyambut pemeran utama wanita malam ini.

"Waalaikumsalam, masya Allah cantiknya kamu nduk." Kata eyang bahagia menyambut calon cucu mantunya.

"Eyang juga nih cantiknya gak pernah luntur, eyang sehat?" Katanya sambil mencium pipi kanan dan kiri eyang.

"alhamdulillah sehat, kamu apa kabar?" Eyang memang sudah akrab dengan Ratna, karena ia adalah perempuan pertama yang dibawa Bulan kerumah, dan akan menjadi yang terakhir.

"sehat eyang, alhamdulillah. Oh iya eyang ini Ratna ngajak temen gakpapa kan?" Kata Ratna sambil menarik perempuan yang dari tadi berada di belakang Ratna.

"ndakpapa nduk, semakin banyak orang bakal semakin ramai. Gadis cantik ini namanya siapa?" Tanya eyang, perempuan tersebut langsung menyambut tangan eyang dan menciumnya. Dia perempuan yang sangat sopan dan cantik.

"Saya Kiara Bu."

"panggil saja eyang, seperti Ratna dan yang lainnya."

"emm baik e—eyang." kata Kiara kikuk.

Setelah itu, eyang mempersilahkan mereka masuk. Kiara kagum dengan keadaan rumah eyang, bukan rumah besar yang mewah dan glamour. Melainkan rumah besar khas Jawa yang didesain modern, furniture kayu dan lampu kuning memberikan kesan hangat dan nyaman.

"Woah!! rumahnya gedhe banget Na" Bisik Kiara kepada Ratna.

"soalnya penghuninya banyak Ra."

Akhirnya Ratna dan Kiara masuk mengikuti eyang menuju halaman belakang, yang sudah didesain khusus ala-ala candle light dinner. Mereka berdua takjub dengan meja makan yang disulap cantik dan rapih.

"Mbak Ratna halooo." Uma dan Hechan kompak menyapa Ratna, selain eyang semua sepupu Bulan sudah lumayan akrab dengannya.

"Eh!!! kalian semua disini?" Ratna kaget melihat semua cucu eyang berkumpul.

"iya dong mbak kan mau lam—." Mahe menyumpal mulut Hechan dengan kroket. Dia ini lebih menakutkan dari pada petasan.

"mum—mumpung semua bisa pulang mbak, sekalian syukuran kecil-kecilan." Jawab Mahe. Hah? syukuran apa? Mahe juga terkejut dengan jawaban yang ia buat.

"emang ada yang ulang tahun?" tanya Ratna dengan muka bingung, dan melempar tatapan penasaran ke Mahe. Mahe salah tingkah, niatnya mau melindungi acara kejutan Bulan, malah dia yang kelepasan.

Rumah Eyang || NCT 127 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang