Desember, 2021
Udara sejuk di pagi hari begitu menyegarkan. Perempuan berusia senja itu, duduk di sebuah kursi jati yang terletak di teras rumah. Menyesap secangkir teh hangat, sambil memandangi rerumputan yang basah. Raut wajah beliau tampak begitu bahagia. Perempuan itu sedang menanti cucu-cucunya, obat dari rasa sakit, karena kehilangan sang suami.
"Assalamualaikum Eyang." Sapa laki-laki itu, saat menginjakan kaki di teras rumah.
"Waalaikumsalam, alhamdulillah cucu sulung eyang sudah sampai." Eyang memeluk cucu tertuanya dengan begitu hangat.
"Bulan yang pertama lagi, nggih Eyang?" katanya, sambil melihat sekeliling.
"Yeeee pede, lama amat sih Mas, gue udah sampe dari tadi." Suara laki-laki yang baru saja selesai mandi itu memotong temu kangen Bulan dan eyang putri. Dia adalah Kusuma, adik bungsu Bulan.
Sejak kesehatan eyang kakung menurun, 6 tahun silam, anak pertama Baskara memutuskan untuk menetap di Jogja, bersama suami dan anak-anaknya. Sebelumnya mereka tinggal di Jakarta. Tidak heran jika mereka akan jadi personil pertama yang datang.
"gue ngga liat tu motor lo, naik apa kesini?" kata Bulan, sambil mengernyitkan dahi.
"Dianter Abi sama Umi," Jawab Kusuma, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Bulan memang sudah tidak serumah dengan keluarganya, karena ia sudah mampu membeli rumah sendiri, tentunya dari hasil kerja kerasnya. Sekalian untuk persiapan masa depannya dengan sang kekasih.
"Abi sama Umi sehat, kan ? udah dua minggu lebih gue nggak pulang," kata Bulan dengan senyum nanar. Bulan memang akhir-akhir ini sibuk, karena banyak event di hotel tempat ia bekerja.
"Makanya Mas Bulan tu sering-sering pulang. Umi tiap hari nanyain mas Bulan kapan pulang, kapan rabi, Mas Yudha juga tu, nyuruh-nyuruh gue cuci piring terus, sialan," jawabnya kesal, padahal kalau dirumah Uma masih suka manja dengan orang tuanya. Bahkan, Uma juga memanfaatkan kamar Bulan untuk dijadikan gudang barang pribadinya.
"Halah, ngomong aja mau goleran sambil nonton upin ipin," balas Bulan yang sudah hapal betul kelakuan adik bungsunya ini.
"Wis wis, baru dua lho ini, kok sudah berantem," sahut eyang. Beliau sudah kebal dengan suara berisik yang diciptakan cucu-cucunya. Sebentar lagi rumah eyang akan lebih ramai dari Pasar Beringharjo.
"Maaf eyang, ni anak emang banyak drama," cibir Bulan sambil memincingkan dagunya kearah Uma, lalu dibalas Uma dengan tatapan - apa lo bilang!
Malas menanggapi perkataan Bulan, Uma segera berlenggang menuju kamarnya yang ada di lantai dua, karena dari tadi ia hanya mengenakan handuk, untung ngga mrosot tu handuk.
Eyang menyuruh Bulan untuk segera istirahat di kamar. Rumah ini memang tersedia banyak kamar, dengan satu tempat tidur ukuran kingsize di setiap kamarnya. Eyang memang menyiapkan kamar yang banyak khusus untuk cucu-cucunya bila nanti pulang ke Jogja. Bagian belakang rumah juga disulap menjadi taman yang luas dan indah, cocok sekali untuk pesta kebun.
Pukul 16.00
Terdengar suara mobil Jeep memasuki halaman rumah eyang, sudah bisa ditebak itu adalah Yudha, adik kandung Bulan sekaligus kakak kandung dari Uma. Tak lama, sebuah taksi juga memasuki halaman rumah eyang. Dari taksi itu, turunlah seorang laki-laki tampan dengan kaki jenjangnya, disusul oleh laki-laki yang lebih muda yang tak kalah tampan. Mereka adalah Joshua dan Hechan. Kakak beradik yang tinggal di Chicago.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Eyang || NCT 127
Fanfic"Terimakasih sudah menjadi cucu-cucu eyang, kalian adalah anugrah yang sangat luar Biasa. Kalian harus berjanji satu hal. Jangan pernah tinggalkan keluargamu, hanya karna ia berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Keluarga adalah tempat untuk...