Part 5

41 4 2
                                    

Pukul 20.00

Saat semua tengah asik bercengkrama, tiba-tiba listrik padam. Semua panik, eh bukan semua, melainkan hanya para gadis yang panik, yang lain hanya pura-pura panik. Acting Hechan dan Uma saat panik sudah mewakili semuanya.

Beberapa menit kemudian disalah satu sudut taman, lampu tumbler berwarna warm white menyala. Menampakan sosok seorang laki-laki tampan, mengenakan setelan jas berwarna hitam, berdiri disana dengan mikrofon di tangan kirinya.

"Tam...ma ?" ucap Ratna lirih.

"Tama mau ngapain Na?" Bisik Kiara pelan, dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Ratna.

"cek cekk." Suara Bulan memecah keheningan. Terlihat sekali wajahnya sangat gugup, namun jika kalian bisa liat betapa bersinarnya sorot mata Bulan saat memandang kekasihnya, akan membuat kalian semua melting.

Saat itu ada seseorang di sebelah Bulan yang membawa gitar. Mahe duduk di sebelah Bulan, bersiap memetik gitar kesayangannya. Petikan suara gitar Mahe mengalun indah di keheningan malam.

"Dimalam yang indah ini, izinkan saya menyanyikan satu buah lagu," Ucap Bulan, ia terlihat sedang mengatur nafas untuk mengurangi kegugupan.

Ratna terlihat tidak percaya melihat kekasihnya ingin bernyanyi, orang sepemalu Bulan mau bernyanyi di depan banyak orang.

Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik, dengarkanlah aku

"lagu ini, kan??" Ucap Yumna, sambil melihat kearah Tara, dan hanya dibalas Tara dengan anggukan kepala.

Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini 'ku tak ragu
'Ku sungguh memintamu

Ratna tidak ingin merasa geer, namun dia tau makna dari lagu yang dibawakan oleh Bulan. Mata Ratna mulai berkaca-kaca. Begitu juga dengan Kiara, Kiara terus menggegam tangan sahabatnya.

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur di sampingku
Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamarmu

Tangis Ratna pecah, saat Bulan mulai berjalan kearahnya, satu persatu lampu kecil yang ada di rumput menyala mengikuti langkah Bulan.
Dia meraih tangan sang kekasih lalu membawanya ke panggung kecil di sudut taman.

Tanpa sadar eyangpun ikut menitikan air mata, Yudha memeluk eyang. Eyang turut bahagia melihat cucunya bahagia. Beliau teringat almarhum suaminya saat melihat Bulan bernyanyi. Mirip.

Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini 'ku tak ragu
'Ku sungguh memintamu
Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur di sampingku
Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamarmu
Uu-uu
Uu-uu
Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata (membuka mata) dan tertidur di sampingku (di sampingku)
Aku tak main-main (main-main)
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Oh, satu yang kumau
Kuingin melamarmu

Lagu diakhiri dengan Bulan mengeluarkan sebuah kotak kecil transparan. Mengeluarkan sebuah cincin dengan berlian kecil yang cantik sebagai hiasan.

"Humaira Ratna Dewi. Perempuan pertama yang berhasil membuat seorang Tamawijaya Aksa Rembulan tergila-gila...."

Bulan menatap dalam manik mata milik sang kekasih. Cantik. Perempuan yang tidak pernah berubah sejak 7 tahun yang lalu, perempuan yang berhasil memikat hatinya.

Rumah Eyang || NCT 127 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang