Part 6

28 2 0
                                    

Semalaman Jogja diguyur hujan lebat. Menyisakan grimis dengan udara dingin dan kabut tebal yang berpadu membuat orang-orang kembali menarik selimutnya, namun tidak dengan Joshua dan Jati, mereka sudah bersiap untuk jogging.

Hechan pun terbangun karena hal mendesak yang selalu ia alami di pagi hari, secepat kilat ia berlari menuju kamar mandi, ya kalian pasti tau apa yang sedang ia lakukan. Ritual Hechan setiap pagi, tak jarang ia juga ketiduran di kamar mandi.

"Mahe, sekolah." Tara membangunkan Mahe dengan menggoyangkan pelan tubuhnya, tapi Mahe hanya menggeliat dan menarik lagi selimutnya.

"MAHEEEEEENDROOOOOOO." triakan Uma dari pintu kamar membuat Tara terkejut dan hampir terperosot ke lantai.

"bangsat!! ," umpat Mahe dan melemparkan bantal ke arah Uma.

"wleeeee ngga kena." Uma langsung kabur begitu selesai mengerjai Mahe.

"Bangun He, sholat shubuh, terus mandi." Tara berjalan menuju jendela, untuk membuka gorden.

"hmm... oke brother," Jawab Mahe pelan dia masih dalam keadaan setengah sadar.

Bulan sudah sibuk didapur, menyiapkan sarapan, itu adalah imbalan, karena para adik sudah susah payah membantunya kemarin.

Yudha yang baru saja bangun, langsung menyusul Mahe untuk menjalankan sholat shubuh berjamaah. Setelah selesai dia mengambil sapu dan mulai melakukan tugasnya, dibantu oleh Dhika.

Tara bertugas membuat minuman, satu cangkir teh tawar panas untuk eyang, kopi hitam untuk Joshua, Yudha, dan Jati. Teh tarik hangat untuk Dhika, dirinya, dan Bulan. Susu coklat panas untuk Uma, Mahe, dan Hechan. Dia sudah hapal apa yang menjadi favorit penghuni rumah eyang ini.

Joshua dan Jati kembali dari kegiatan jogging paginya. Mereka mengambil cangkir berisi kopi buatan Tara. Rasa lelah karena jogging menguap begitu saja setelah meneguk kopi hitam buatan Tara.

"libur mas?" tanya Hechan yang baru saja kelar boker.

"masuk jam 10," jawab Tara sambil menyodorkan susu coklat untuk Hechan.

"makasih mas."

"enaknya, bisa bobok lagi," lanjutnya.

"otak isinya molor teros." Mahe menyentil kepala Hechan.

"Anjir!! sakit," pekik Hechan sambil menyentuh tempat bekas sentilan Mahe.

"udah sana buruan mandi, malu lah anak baru masa telat," suruh Bulan.

Akhirnya mereka menuruti Bulan, dari pada kena ceramah kepala suku mereka lebih memilih segera mandi.

Pukul 06.15

Dhika sudah berangkat, karena hari senin biasanya di puskesmas ada apel pagi. Mahe, Hechan, dan Uma sedang menikmati sarapan buatan Bulan.

"Shankyu sarapanya Mas." Setelah menyelesaikan sarapanya, Uma segera mencuci piring dan langsung berpamitan kepada eyang yang sedang duduk di teras belakang, bersama Tara.

"nggak bareng sekalian?" tawar Joshua, dia bertugas mengantar Hechan dan Mahe, karena ini hari pertama mereka sekolah.

"nggak Bang, dijemput temen. Bye Assalamualaikum." setelah memberi salam, anak itu melenggang keluar dengan memakai helm retro gambar ayam jago favoritnya.

"waalaikumsalam," jawab mereka kompak

pukul 06.40

Joshua mengantar Hechan dan Mahe menuju sekolah. Akhirnya mereka sampai di perempatan yang lampu merahnya nyampe 150 detik.

"DAMN! 150 detik lampu merahnya." Mahe keheranan melihat betapa lamanya lampu merah disini.

"ahelah norak banget ! " Hechan dengan songong mengatai Mahe norak, padahal kemarin dia juga sama noraknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah Eyang || NCT 127 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang