D - Daddy

579 86 28
                                    

Kalau ada yang bertanya apa hal yang paling dibenci oleh Sana? Maka cewek itu akan menjawab, tidak menjadi pusat perhatian dan diabaikan oleh Jeon Wonwoo.

Lihatlah sekarang, di malam Minggu yang seharusnya menjadi malam kencan mereka, cowok itu malah sibuk di depan layar laptop delapan belas inci-nya dan sekelompok bapak-bapak tua yang tidak ada henti-hentinya berbicara di sana.

Malam Minggu?

Bekerja?

Tch!

Bukankah itu sama dengan merenggut hak pekerja?

"Nu, sampe jam berapa sih selesainya?" tanya Sana mulai bosan. Ia sudah menemani Wonwoo melakukan virtual meeting selama dua jam, dan sampai saat ini masih juga belum berakhir.

Wonwoo tidak menjawab, hanya melirik dan menunjukkan kelima jarinya sebagai isyarat.

Sana merengut sambil berkata pelan. "Lima itu apa? Sebentar lagi, tunggu sebentar atau lima jam lagi?" tanyanya sambil menopang dagu. "Laper~"

Cowok berkacamata itu menoleh pada Sana yang kini mengintip dari samping laptop. Melihat Sana dengan mata sayunya —yang jarang sekali diperlihatkan oleh cewek itu— membuat Wonwoo benar-benar merasa bersalah. Tetapi dia bisa apa ketika para Direktur meminta untuk melakukan meeting dadakan?

Sekali lagi Wonwoo hanya mengisyaratkan Sana untuk menunggunya sebentar lagi. "Maaf," ucapnya pelan serupa bisikan.

Sana kembali pada posisi duduknya semula. "Huft~" Ia mengeluh kemudian mulai bersenandung kecil untuk mengusir rasa bosan.

Sebenarnya Wonwoo sudah menyuruh Sana untuk makan malam duluan, tetapi Sana menolak. Wonwoo juga meminta Sana untuk tidak menemaninya —karena pasti akan sangat membosankan— tetapi Sana memaksa. Ia seperti sudah tahu, kalau dibiarkan sendirian, Wonwoo pasti akan lupa waktu dan malah meneruskan pekerjaannya yang lain sampai larut malam.

Sana memejamkan matanya dan menggumam pelan. "Daddy, I'm so tired —AW!"

Wonwoo tiba-tiba menendang kaki Sana, membuat cewek itu otomatis memasang wajah kaget menuntut penjelasan.

Wonwoo menyodorkan sebuah kertas.

---------- ▪︎ ▪︎ ▪︎ ----------

Jangan berbicara yang aneh-aneh, aku sedang open mic

---------- ▪︎ ▪︎ ▪︎ ----------

Selesai membaca tulisan itu, Sana tersenyum. Ia mendapat sebuah ide yang sepertinya cemerlang. Ia langsung bangkit berdiri lalu membenahi piyama tidurnya. "Daddy~" panggilnya pelan membuat Wonwoo dengan cepat mengalihkan atensinya dari laptop.

Sana tertawa, ia berhasil membuat Wonwoo langsung terfokus padanya hanya dengan satu kata.

Melihat Wonwoo yang tidak memberikan reaksi apa-apa —kecuali menatapnya dengan tatapan datar— Sana mulai membuka kancing piyamanya dimulai dari satu kancing teratas. "Daddy~" godanya lagi dengan lirikan mata manja juga senyum menggoda.

Wonwoo masih enggan memberikan respon lain. Ia ingin tahu sampai sejauh mana cewek itu akan menggodanya.

Baiklah.

Sana kembali melanjutkan aksinya. Ia membuka dua kancing lain, sedikit memperlihatkan bra berenda di balik piyamanya. "Let's go to eat. I'm hungry~" katanya sambil mengedipkan mata beberapa kali.

Wonwoo menghela nafas. Benar-benar. Minatozaki Sana memang benar-benar suka sekali menambah pekerjaannya.

Sana masih berencana untuk membuka sisa kancing piyamanya yang lain, tetapi urung karena tiba-tiba Wonwoo bangkit berdiri dan menghampirinya dengan sebuah senyum tipis.

"Menyerah, Daddy?" tanyanya yang hanya dijawab 'hm' oleh Wonwoo.

Tanpa aba-aba Wonwoo langsung menggendong Sana ala bridal style membuat cewek itu terpekik karena kaget. Namun sedetik berikutnya ia tertawa. "Daddy, no touchy-touchy~" ungkapnya sambil mengalungkan kedua lengannya di leher Wonwoo.

"Ini kan yang kamu mau?"

Sana tidak menjawab. Ia tidak menggeleng, tidak juga mengangguk. Cewek itu malah melepas kacamata yang bertengger di hidung Wonwoo dan memasangnya di hidungnya. "I'm your Boss tonight. Kamu harus nurut sama aku," perintahnya.

Wonwoo mengangguk.

Dan ketika keduanya sampai di kamar, Wonwoo langsung menjatuhkan tubuh Sana di atas kasur, sedangkan ia berdiri di samping ranjang menunggu cewek itu untuk mengatakan sesuatu.

Sana diam.

Wonwoo juga diam.

"Kok diam?" tanya Sana karena Wonwoo tidak menunjukkan sedikitpun pergerakan.

"Kamu mau aku ngapain?"

Sana mengerutkan keningnya  "Memangnya kamu ngapain bawa aku ke kamar?" tanyanya lagi.

"Memangnya kamu ngapain buka-buka kancing waktu aku lagi meeting kayak gitu?"

"Kan aku laper."

Kini giliran Wonwoo yang mengerutkan keningnya. "Orang laper itu makan, bukan malah buka baju," jawabnya seperti seorang ayah yang sedang menasihati anaknya.

Dengan sabar Wonwoo mengaitkan kancing pada piyama Sana satu persatu agar tertutup kembali.

Cewek itu meringis. "Kan aku lapernya laper perhatian," jawabnya polos, tidak lupa dengan sedikit memajukan bibirnya.

Wonwoo tertawa. Apalagi setelahnya wajah Sana berubah merah, menahan malu.

"Tunggu 15 menit lagi, setelah itu ayo makan malam," kata Wonwoo sambil memasang kembali kacamatanya yang sempat diambil Sana.

Cewek itu mau melayangkan protes, namun Wonwoo lebih dulu mencium keningnya membuat niatnya seketika tidak jadi terlaksana.

"Oke, Sugar?" tanya Wonwoo sambil menepuk pelan puncak kepala Sana.

Mau tidak mau Sana mengangguk, walaupun dengan wajah cemberut.

Yah, setidaknya usahanya menggoda Wonwoo sedikit membuahkan hasil. Walaupun yang ia dapatkan hanya sebuah kecupan di kening.

— f i n —

Tau kan video kucing di ig/tiktok yang no touchy-touchy itu? Wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tau kan video kucing di ig/tiktok yang no touchy-touchy itu? Wkwk

Next, E? Any suggestions? Or should i just go with Extrovert Girlfriend?

Btw, aku terbuka untuk semua saran dan kritik ya. Mau request juga boleh ~

[ WOONA ] From A to Z ConversationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang