Minggu pagi itu, cuaca cukup cerah, Donghae yang tanpa siapapun ketahui telah pindah ke rumah pamannya di daerah Cheongdam-dong. Alasan kenap dia pindah ikut pamannya, karena selama ini di Seoul dia tinggal sendiri dan tempat kosnya di daerah Daechi-dong cukup memakan waktu untuk ke sekolahnya, hingga akhirnya sang paman menyuruh Donghae untuk tinggal saja di rumahnya, sebab beliau tinggal hanya dengan istrinya tanpa anak.
Mereka baik, dan sayang pada Lee Donghae. Lagi pula, sejak kecil Donghae dan pamannya sudah dekat, jadi tidak akan ada canggung atau merasa tidak nyaman di sana.
"Bagaimana sekolahmu, Hae?" Bibi Jeong-Ah membantu keponakannya untuk memindahkan tas yang dibawanya ke kamar.
"Baik bi, semua lancar. Wah, aku rindu sekali dengan suasana rumah bibi." mata gelap pria tampan itu memerhatikan setiap sudut rumah saudara laki-laki ibunya tersebut.
"Salah siapa kamu memilih ngekos di Daechi-dong, dan enggan setiap kali kami minta tinggal di sini."
"Kan Donghae pengin bisa mandiri, Bibi. Tapi ternyata, lebih baik Donghae di sini saja sejak awal biar uang ibu bisa dipakai hal lain." canda Donghae dengan memamerkan cengiran anak kecil.
"Aigoo... Ayo, kita makan dulu."
"Paman sedang tidak di rumah?" Donghae mengambil tempat duduk di meja makan. Perutnya bereaksi ketika kedua matanya melihat masakan rumahan yang selalu enak itu.
"Ah, dia lagi ke rumah tetangga di sebelah, ada urusan katanya." Jawab Bibi sambil mengambilkan nasi untuk Donghae.
*****
Yoona, hari minggu baginya seperti hari paling malas, bari paling cocok untuk rebahan sepanjang hari. Inginnya begitu, tapi tidak bisa ada banyak tugas yang menantinya. Sebagai anak tunggal dia harus selalu siap jika orang tuanya meminta untuk membantu pekerjaan rumah, iya kan?
"Selamat pagi, paman..." Yoona menyapa laki-laki berumur 40th yang sudah cukup sering di lihatnya tiap kali berada di rumah.
"Selamat pagi. Wah, Yoona sudah bangun?"
Yoona hanya mengangguk sambil menelan air minumnya.
"Kali ini kalian rapat apa pagi-pagi?" tanya Yoona sambil melihat ke arah ayah dan paman tersebut bergantian.
"Ini sudah cukup siang, sayang." balas ayah.
"Ayah, jam 10 itu... masih cukup pagi di hari minggu," Yoona nyengir sambil melirik jam di dinding kanannya.
"Segera mandi dan bantu ibu mengurus bunganya di depan." Perintah Im Changwoo, ayah Yoona.
"Siap komandan!" Gaya hormat yang Yoona perlihatkan ke ayah dan pamannya mampu membuat dua pria dewasa yang sedang bermain catur itu tertawa.
Yoona tanpa mencuci muka dan masih dengan kaos kedodorannya ditambah rambut yang cukup berantakan itu, berjalan ke halaman rumah yang dipenuhi tanaman bunga hasil rawatan sang ibu.
"Astaga, Yoona! Cuci muka dulu sana!" Ibunya yang sedang menyiangi beberapa rumput kecil sedikit memekik ketika menoleh, dan mendapati anak gadis satu-satunya berpenampilan terlalu apa adanya, tersebut.
"Udah ibu, di rumah doang juga." Yoona memeluk ibunya sebentar, lalu ikut andil dalam pekerjaan.
"Gimana kalau ada tetangga lewat, dan ngira ibu memperkerjakan pembantu baru di rumah?"
"Ishh, anak sendiri masa dikatain mirip pembantu."
****
Donghae sedang sibuk membereskan kamar untuknya, ketika Bibi Jeong Ah muncul membawa irisan buah yang tertata rapi di piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haru (You Are My Day)
Teen FictionCerita biasa, cerita halu tentang masa muda Donghae dan Yoona. Hingga tentang kehadiran Jeno di antara mereka.