Chapter 15

1.1K 134 6
                                    

Author POV

Tumpukan putih bersih sisa dari salju semalam!"

Nyanyian ditemani dengan alunan gitar menggema hingga terdengar ke telinga Shani yang masih tertidur. Merasa terusik dia menutupi telinganya dengan bantal namun suara nyanyian itu masih terdengar. Jengkel, Shani melempar kemudian bangkit dan membuka jendela kamar dengan kasar.

"Bisakah kau berhenti menyanyi do dekat kamarku? Suaramu sangat menganggu telingaku!"Ucap Shani dengan kesal.

"Selamat pagi putri cantik! Bukan kah suaraku bagus dan enak di dengar?"Ucap Gracia, Shani hanya memutar bola matanya malas.

Di depan orang lain, kau guruku, tapi kalau berdua, kamu pacarku!Shani menutup telinganya dengan kesal kemudian meraih sebuh botol dan melemparnya.

"Akhh.... Sakit!"Ucap Gracia karena botol itu tepat mendarat di kepalanya.

"Aku blang berhenti, kau ingin mati?!"Ucap Shani, Gracia hanya menatap sang pelaku dari bawah kemudian seringhay muncul diwajahnya. Gracia kembali memainkan gitarnya dan menyanyi dengan keras.

"Hey Shani, apa kau tau....Semalam aku melihat sesuatu yang menakjubkan... Yaitu... Sosok monyet cantik yang memanjat pohon di sebelahku karena menyelinap, dudududu.. Bahkan aku mengabadikannya dengan merekamnya secara diam-diam... Lalalal!!"Gracia berhenti menyanyi lalu kembali menyeringhai melihat reaksi Shani dengan wajah kagetnya.

"K-KAU!"Gracia mendapat tatapan tajam dari Shani.

"APA?"Dia bangkit lalu mengambil sesuatu.

"Kau tau ini apa?"Tanya Gracia sambil memperlihatkan sebuah gergaji mesin dan Shani hanya mengerutkan kening.

"Gergaji? Untuk apa kau memperlihatkan itu?"Gracia tersenyum lalu menyalakan gergajinya. Dia mendekat ke pohon kemudian mulai memotong pohonnya. Shani melebarkan matanya dengan mulutnya yang terbuka lebar.

"SHANIA GRACIA....... JANGAN!!!"Dia berteriak kemudian berlari keluar untuk menghetikan aksi Gracia, namun sesampainya disana, pohon itu sudah tergeletak ditanah.

"Tidak mungkin! Pohon keberuntunganku!"Shani menjatuhkan lututnya ke tanah dengan lemas.

"Ini balasan karena kau menyelinap. Setelah pohon ini tiada, kau tidak bisa masuk ke kamarmu."Ucap Gracia dengan senyum kemenangan. Shani menatap Gracia dengan penuh kemarahan, ia bangkit lalu mengambil alat pel yang ada di dekatnya dan memukuli Gracia dengan itu.

"AKU BENCI KAU.. AKU AKAN MEMBUNUHMU!"Ucap Shani dengan berteriak.

"Awww... Aww... Ampun!"Shani menendang kaki Gracia hingga ia terjatuh dan dengan bebas memukulnya dari atas dengan bertubi-tubi. Disaat itu, penjaga dan pembantunya datang.

"K-kalian, tolonh bantu aku!"Ucap Gracia, pembantu dan penjaga berlari menahan Shani.

"Lepaskan aku, aku akan membunuh orang ini."Shani menendang-nendang tubuh Gracia lalu lenjaga menyeretnya dengan paksa diikuti oleh pembantunya.

"LEPASKAN AKU! AKU BELUM MEMBUNUHNYA, KALIAN INGIN DI PECAT ATAU KALIAN INGIN MATI DENGANNYA?"Ucap Shani, mendengar hal itu dan tatapan Shani yang mematikan membuat mereka takut dan segera melepaskan Shani.

Shani menatap Gracia yang masih tergeletak di tanah dengan ringisannya. Matanya menengok ke arah gergaji dan tersenyum evil. Dia meraih gergajinya kemudian menyalakannya.

"Kau tau apa yang aku akan lakukan bukan?"Ucap Shani, Gracia melebarkan matanya.

"K-kau serius akan membunuhku?"Gracia menelan ludahnya kemudian kembali meminta tolong pada penjaga dan pembantu, namun mereka menggelengkan kepala dan melarikan diri. Tapat saat Shani hendak mendekat Cinhap datang dengan mulut yang terbuka lebar.

my favorite bodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang