2

909 159 29
                                    

Kageyama Tobio mengerjapkan matanya pelan. Merasakan sesuatu yang hangat dan lembut tengah mengitari lehernya. Omega muda itu terbangun. Meraba syal putih indah yang mengalung padanya.

Tak lama matanya mulai mengedar ke seisi ruangan. Kamar siapa ini? Kondisinya jauh lebih bagus dan mewah daripada kamar tempat ia biasa tidur.

Grek

Matahari tak bergitu cerah diluar. Udara dingin segera menyeruak membuat Kageyama meremat syal dilehernya. Aran masuk ke dalam. "Kita-sama telah membelimu, mulai hari ini kau bekerja disini."

Kageyama hanya mengerjapkan mata. Tentu ia tahu siapa itu Kita-sama. Makanya dia tercengang. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi semalam? Kenapa dia ada disini? Belum mendapat satu jawaban pun, Aran menyuruh agar si omega lekas mengikutinya.

Aran mengenalkan Kageyama pada seseorang kepala pelayan dibawahnya, Yaku Morisuke. Jujur Kageyama sedikit lega saat Morisuke membawanya pergi. Entah mengapa Aran itu sedikit menyeramkan baginya.

Yaku tersenyum, ia menyadari ketakutan Kageyama. "Aran itu baik, hanya saja memang tegas"

Kageyama menatap Yaku kikuk lalu membungkuk. Ekspresi wajahnya semudah itu terbaca kah? "Maaf.."

"Daijoubu.. Namaku Yaku Morisuke, siapa namamu?"

"Kageyama Tobio.."

"Ah Kageyama"

Keduanya terus berjalan sampai memasuki satu ruangan. "Mulai sekarang, ini adalah kamarmu dan aku akan menunjukkan apa-apa saja yang harus kau lakukan sebagai pelayan di rumah ini." Yang lebih tua tersenyum lebar dengan ramah.

Kageyama tambah bingung. "Pelayan rumah?" Seumur hidup dia hanya tahu soal melayani napsu, tugas menjadi pelayan rumah biasanya diberikan pada para beta.

"Iya.. Kau satu-satunya pelayan omega disini, tapi tenang saja, Kita-sama sudah menjamin keamanan mu disini."

Mendengar nama itu kembali disebut kepala Kageyama miring penuh minat. "Kita-sama menjaminku?"

Yaku mengangguk. "Benar. Karena itu kau harus lakukan yang terbaik untuknya." Yaku mengusak rambut Kageyama. Omega itu masih sangat lugu dan muda karena itu Kita menitipkannya pada Yaku.

Kageyama tersenyum. Dia tidak tahu kenapa ia bisa tiba-tiba ada disini, namun ia sangat bersyukur tidak perlu tinggal di rumah bordil lagi. "Ha'i!"

Kageyama tidak banyak bicara dan penurut karena itu baru satu hari Morisuke sudah jatuh hati, ia menganggap omega itu seperti adiknya sendiri. Sifatnya yang polos, tidak pernah mengeluh, dan cepat belajar membuat siapapun senang merawat anak macam dia.

Yaku mengajarinya banyak hal sepanjang hari. Tidak hanya soal pekerjaan sebagai pelayan namun juga tata krama.

.

Bagi pelayan tersedia rumah terpisah dari rumah utama. Disitulah Kageyama sekarang berada. Setelah seharian mengerjakan pekerjaan rumah, ia berendam dalam onsen. Membiarkan tubuhnya rileks. Sesaat ia mencium aroma maskulin alpha, namun masih samar-samar dan tengkuknya sedikit berkedut. "Ah.."  Ia mengelus bekas penanda di tengkuknya.

Setelah mandi, Yaku menyisir rambut si blueberry, memberinya minyak wangi sekalian. Kageyama tersenyum di depan cermin. "Yaku-san arigatou.." Ujarnya imut.

Yaku terkekeh. "Ja, kudengar Kita-sama dan saudara-saudaranya telah kembali. Mari siapkan teh untuk mereka."

Kageyama mengangguk. Ketika sore, salju selalu turun. Remaja itu melihat pada syal putih yang ia lempit diatas bantal. Meraih dan memakainya karena udara dingin.

.

Dengan nampan berisi cangkir dan teh, Kageyama berjalan hati-hati mengikuti Yaku. Mereka masuk ke sebuah ruangan dimana si kembar dan Suna berada.

Siapa sangka kedatangan omega itu menyita perhatian mereka bertiga. Ketika Kageyama meniriskan teh, Atsumu menahan pergelangan tangannya membuat mata si raven melebar dan tubuhnya mematung.

"Kau omega?" Pria itu menatap Kageyama heran. Sejak kapan mereka mempekerjakan omega?

"Benar.." Kageyama menunduk, tak berani menatap si pemilik rumah. Perawakan para alpha itu besar-besar dan suaranya cukup dalam. Kageyama merasa sangat kecil ada diantara mereka sekarang.

"Lepas Tsumu kau membuatnya takut." Ujar Osamu yang justru sangat dekat dengan wajah Kageyama. Tindakannya membuat si manis dua kali lebih takut.

Pria berambut setengah abu itu menatap tiap inci dari wajah Kageyama, lalu berhenti di bibirnya. Sedikit terbuka, terlihat ranum dan menggiurkan, sedikit bergetar ketakutan. Osamu tersenyum.

"Lepaskan dia Atsumu."

Sebuah suara menginterupsi. Atsumu saat itu juga langsung melepas tangan Kageyama. Pria itu masuk ke ruang teh dan duduk bersama dengan mereka.

Mencium aroma maskulin seperti yang di onsen, Kageyama mendongak menatap pada sumbernya. Jadi aroma nyaman ini datangnya dari dia?

Mata mereka bertemu. Yang lebih muda terkagum pada paras dan aura yang keluar dari pria itu. Seperti melihat pada alpha sejati, membuat omega di dalamnya jadi meraung.

Shinsuke membeku untuk beberapa saat, tak ia sangka omega yang ia tolong akan secantik ini ketika sadar. Mata birunya bagai lautan, pipi dan bibirnya merona, kontras dengan kulit putih susunya. Sesaat mata Shinsuke turun, melihat pada syal miliknya yang mengalung rapat pada leher sang omega. Entah mengapa ia jadi tersenyum.

Kageyama membungkuk. Ia pergi dari ruangan itu karena tugasnya telah selesai.

.
.
.

Hari berlanjut, salju tampak lebih tebal di permukaan tanah. Kageyama, Yaku, dan pelayan lain mengeruk salju yang menutupi jalan setapak di lingkungan rumah.

Dari kejauhan, Shinsuke memandang pada Kageyama. Ia tersenyum melihat si omega kecil kesulitan menciduk salju. Selain itu yang membuat dia lebih senang adalah fakta Kageyama selalu mengenakan syalnya.

Aran yang sedari tadi membacakan pemasukan dan hasil perdagangan mulai sadar tuannya tak mendengarkan. Pria itu terlalu sibuk memperhatikan Kageyama bahkan sesekali terkekeh kecil.

Yaku tertawa. "Astaga Kageyama.. Ini sudah ketiga kalinya kau jatuh ke tumpukan salju."

Bibir Kageyama mengerucut. "Kurasa saljunya menyukaiku Yaku-san, dia menarikku terus-terusan."

Yaku tertawa lagi, setelah membantu Kageyama berdiri, lekaki itu menangkup pipi Kageyama dan sedikit mengunyalnya gemas.

"Yaku-sann ittaiyoo" Kageyama merengek pelan dengan nada bercanda saat pipinya terus diusal.

"Lagian kau sangat imut.."

Kageyama kembali mulai menciduk salju, jalan setapak yang sebelumnya tertutup salju mulai nampak. Sekali lagi, Kageyama akan terjatuh, namun kali ini sebuah tangan menangkap pinggang dan tubuhnya.

"Hwa—" Kageyama yang mau teriak mengurungkan niat. Dia tidak jatuh ke tanah tapi jatuh ke pelukan Shinsuke.

Ukuran remaja itu sangat kecil dalam rengkuhan Kita. Wajah Kageyama memerah dan matanya melebar. Tak hanya di tangkap, Shinsuke juga tersenyum padanya. Seketika ia dibuat meleleh bagai es mencair.

Yaku yang disana terkejut namun tak berbuat apa-apa sedang Aran hanya menghela napas.

"M-maaf Kita-sama.." Kageyama segera berdiri lalu bersujud di depan kaki Kita.
"Daijoubu, berdirilah.." Ia bahkan mengulurkan tangannya.

Kageyama mendongak, ia meraih uluran tangan itu polos. Matanya berkedip pelan, sekali lagi mengagumi ketampanan Kita.

"Bersiap dan ikutlah denganku ke kota. Aku ingin membeli sesuatu"

"H-ha'i.." Kageyama membungkuk.

Destiny (KitaKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang