"VA! Pinjem HP lo dong! Gue mau kirim kerjaan gue nih! Tapi lewat AirDrop ya, paket data gue abis soalnya."
"Kenapa harus pake HP gue sih! Gue lagi nonton video edukasi, Rub!" sebal Asva. Namun tangannya tetap memberikan ponsel berlogo buah apel yang telah tergigit itu ke tangan perempuan cerewet yang ada di hadapannya.
"Mana ada video edukasi yang kaya gini? Apaan, nih, judulnya? Oh, 'Kenapa sakit hati, sakitnya di dada, bukan di kepala?' mengedukasi banget ya,"sindir Ruby. "Dasar fans-nya Kok-Bisa."
Ashva yang tidak terima diejek membalas, "Dari pada lo? Makan pake uang haram? Foto diem-diem tuh haram lho Rub!"Asva beranjak dari duduknya untuk membeli sebotol air minum.
"Mana ada uang haram! Halal ini Bos! Udah terverifikasi MUI! Ada nomer BPOMN-nya juga! Mau apa lo?!" elak Ruby.
Ruby adalah perempuan yang multifungsi. Buktinya saat mulutnya sibuk berbicara, tangannya dengan lincah memilih foto-foto hasil jepretannya siang tadi. Namun karna jempol tangannya yang terlalu besar, bukannya memilih akun AirDrop miliknya, Ruby secara tidak sengaja mengirimkan kepada pemilik AirDrop yang bernama, SRJ.
Kedua mata Ruby membola. "Anjir!" umpat Ruby. Dengan cepat ia membatalkan kiriman fotonya yang berjumlah 50 foto. Namun sialnya, karna ini adalah awal bulan, sinyal Wi-Fi sekolah sedang kencang-kencangnya. Sehingga beberapa foto sudah terkirim kepada pemilik AirDrop tidak dikenal itu.
Ting!
Suara notifikasi terdengar sampai ke telinga Ruby. Ruby meneguk ludahnya. Matanya dengan gelisah melirik meja kantin sebelahnya yang diisi oleh beberapa siswa kakak kelasnya.
Tangannya sedikit gemetar saat melihat salah-satu dari kakak kelas itu melihat ponselnya dan mengernyit saat layar ponsel miliknya hidup. Seorang Saka Raja yang terkenal akan sifat pemarahnya itu. Juga sebagai ketua extrakulikuler yang populer di sekolahnya menggantikan Jevon Atlas yang sudah tamat sekolah beberapa bulan yang lalu.
Semoga bukan, semoga bukan, semoga bukan Airdrop-nya Kak Saka yang ke kirim Ya Allah. Semoga itu notif tagihan listrik. Batin Ruby.
Brak!
Saka mengebrak meja kantin sampai tepian meja itu sedikit retak. "Siapa yang namanya Rubybae?!"
Jantung Ruby seakan berhenti berdetak. Wajah Ruby memucat saat mendengar ucapan Saka.
Tuhan, bisakah Engkau membatalkan kedatangan pencabut nyawaku? Aku belum nyoba Janji Jiwa Toast yang katanya enak itu, Tuhan. Batin Ruby menangis.
Suara gebrakan meja terdengar sekali lagi. Ruby tidak bisa mengendalikan tangannya yang sedang gemetar hebat saat melihat patahan kecil meja kantin akibat tangan seorang Saka Raja.
"Bisu lo semua hah?! Jawab!" suara menggelegar milik Saka membuat penghuni kantin tertekan.
Namun hawa suram itu terhenti karna suara teriakan dari kedua perempuan kelas 11 SMA. Ruby menoleh ke pintu kantin. Nebula dan Raya datang berjalan ke arahnya.
"YUHUUU! RUBYY!" panggil Nebula.
Mendengar suara Nebula yang kencang itu, perhatian Sama sedikit teralih. "Ruby?" gumam Saka dan menoleh kearah Ruby yang sedang memasang wajah ingin menangis.
Tuhan ... mengapa Engku memberikan kakak tiri yang tidak peka terhadap keadaan kepada ku? Cukup Kak Acel saja yang menjadi korban karna sifat tidak peka dari Nebula Magic ini. Jeritan batin Ruby terdengar kembali.
Nebula yang masih tidak merasakan hawa mematikan dari arah samping dengan sembarang duduk di bangku kosong yang berada depannya. "Gue denger elo jadi paparazi₁? Rate card² lo berapa? Hebat juga lo ya, nggak nyangka gue."
Raya yang juga ikut datang bersama Nebula memandang Ruby takjub. "Kalau gue pesen buat fotoin Bumi pas lagi main skateboard bisa nggak ya? EH! Nggak! Ntar yang ada Ruby naksir sama Bumi!"ucap Raya sembari menggelengkan kepalanya.
Seluruh siswa maupun siswi sudah tau kebucinan akut yang sedang melanda Bumi dan Raya. Ditambah sekarang sudah tidak ada ketiga penjaga Raya yang memudahkan pasangan itu berinteraksi sesuka hati.
Ruby tersenyum pedih. Mencoba berbicara lewat mata kepada kedua perempuan di depannya ini. Namun keduanya malah sibuk menanyakan berapa nominal dari satu foto dan meminta harga teman.
"Oh, elo yang namanya Ruby?" kata Saka yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya menggantikan posisi Ashva yang belum kembali.
Badan Ruby meremang. Ia menahan napasnya saat tatapan keduanya tidak sengaja bertemu.
Meja kantin yang kuat aja bisa retak cuma sekali pukul, gimana pipi gue yang dipukul? Copot kali ya kepala gue. Keluh Ruby dalam hati.
Saka tersenyum iblis saat menangkap gerakan dari kedua tangan Ruby yang tersembunyi di kolong meja.
"Kak Saka kenal sama Ruby juga?" tanya Raya yang menatap aneh interaksi keduanya.
Saka menatap Raya. Ia harus menahan emosinya karna adik kelas yang ada di hadapannya ini adalah aset negara. Dengan sedikit tersenyum, Saka berkata, "Lo nggak cari Bumi? Dia tadi lagi godain guru baru biologi lho Ray."
Raya yang semula menatap curiga karna melihat ekspresi tertekan dari Ruby langsung melupakan kecurigaannya. "Elo kalau ngomong dijaga!" Raya memukul lengan Saka kuat. Dan perempuan yang memakai kalung berbentuk matahari itu beranjak pergi.
Kini Saka beralih menatap Nebula yang juga mulai merasakan suasana mencekam yang ada di kantin sekolahnya.
Nebula beranjak dan ingin membawa Ruby pergi dari sana. Insting untuk melindungi adiknya bekerja saat menyadari bahwa Saka adalah seorang predator. "Rub, ayo—"
"La, gue ada urusan sama adik lo. Bisa gue pinjam sebentar?" tanya Saka.
Nebula menoleh menatap Ruby dengan pandangan tidak berbaca. Terpikir sesuatu, ia langsung mengangguk paham. "Elo pelanggannya Ruby, Kak? Yaudah gue tinggal dulu ya." Nebula pergi dengan perasaan ragu karna Ruby menahan bajunya sekilas.
Saka tersenyum saat merasa begitu mudah mengalihkan perhatian kedua adik kelasnya itu. Kini atensinya beralih menatap wajah Ruby dari samping. Saka menyeringai. Tanda bahwa ia sedang menahan emosinya. Tangannya yang menggenggam sebuah garpu mengerat hingga garpu itu terbelah menjadi dua hanya dengan remasan jari telunjuk dan jempol.
Wajah Ruby pucat saat membayangkan jika garpu itu adalah kepalanya yang akan dibelah menjadi dua.
"Jadi, maksud lo—"
Cukup.
Ruby tidak kuat untuk mendengar kelanjutan ucapan dari Saka yang pastinya adalah pertanda buruk. Maka dari itu Ruby dengan cepat memotong ucapan Saka. "B-bentar Kak! Izinin gue nulis surat pembagian warisan dulu ya? Sama surat wasiat buat ikan-ikan gue yang masih kecil Kak." Ruby memasang wajah melasnya.
Melihat anggukan kepala dari Saka, Ruby menganggap bahwa itu adalah tanda persetujuan. Lantas Ruby dengan cepat berlari menuju kelasnya untuk mengambil buku dengan sesekali menoleh ke belakang melihat Saka yang masih menatap tajam dirinya.
Saka menunduk menatap kartu siswa milik Ruby, karna Ruby meninggalkannya sebagai jaminan bahwa dirinya tidak akan kabur. Itu adalah barang yang sangat berharga. Karna jika murid SMA Republik kehilangan kartu siswanya, ia akan sulit untuk mendapatkan akses masuk ke perpustakaan, lab komputer, bahkan kantin.
"Darjeeling Ruby? Bocah freak."
To Be Continue.
—
FYI ;• Paparazi adalah fotografer lepas yang sering membuntuti orang ternama atau orang terkenal untuk mengambil gambar atau foto dari orang tersebut tanpa disadari.
• Rate card adalah informasi harga, yang biasa digunakan oleh influencers untuk memberikan informasi kepada brand.
—
Illa note :Say hello to Babang Saka n Dedek Ruby!🥳🥳
Masih awal-awal manggil nya bocah prik ye Bang. Ntar lama-lama manggilnya Ayah-Bunda —eh👀👀
Um... give me 5 votes for next chapter please/?—
1021 word
KAMU SEDANG MEMBACA
AirDrop
Teen FictionDarjeeling Ruby (Ruby) tidak sengaja salah memilih akun AirDrop saat akan mengirimkan foto-foto miliknya. Naasnya, pemilik AirDrop tersebut adalah Saka Raja (Saka)! Siswa kelas 12 SMA yang pemarah dan nakal. Mungkin Ruby tidak akan setakut ini jika...