Seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluh tahun itu merangkak mundur, hingga punggungnya bertabrakan dengan dinding dingin di belakangnya.
Wanita itu membelalakkan mata, ketika seorang pria yang dibalut jubah hitam dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya itu melangkah perlahan ke arahnya sembari memegang sebilah pisau.
Pria itu berjongkok, menyetarakan tingginya dengan wanita di hadapannya. Wanita yang tangan dan kakinya diikat serta mulut yang dilakban itu menggelengkan kepalanya kuat.
Air mata meluncur deras dari pelupuk matanya.
"Tenanglah Nyonya, ini tidak akan sakit," bisik pria itu menenangkan.
Bukannya tenang, wanita itu makin dibuat takut olehnya. Air matanya makin deras hingga sedikit membasahi baju bagian depannya.
"Percaya kepadaku Nyonya, ini tidak akan sakit," ucapnya sekali lagi sembari melepas lakban hitam yang menutupi mulut wanita itu.
Wanita itu menggeleng sambil memohon minta dilepaskan, namun pria di depannya hanya menatapnya datar tanpa belas kasihan.
"Aku mohon lepaskan aku. Aku tak memiliki masalah kepadamu, jadi tolong cepat lepaskan aku," ucap wanita itu terisak hebat.
"Anda memang tak memiliki masalah kepadaku Nyonya, tetapi Anda memiliki masalah pada Tuanku."
"Sekarang tenanglah, aku hanya perlu menancapkan pisau ini tepat di jantungmu," sambungnya dengan mengarahkan pisau di genggamnya ke jantung wanita tersebut.
Wanita itu menggeleng kepala kuat sambil terisak. Namun tampaknya hati pria itu tak tersentuh sama sekali melihat tangis wanita di hadapannya.
Dengan cepat, pria itu menancapkan pisaunya tepat di jantung sang wanita, darah bercucuran keluar mengenai tangan pria tersebut. dia menatap tajam wajah wanita dengan napas tersengal-sengal di hadapannya. Lalu dengan tak berperasaan, dia kembali menancapkan pisaunya ke perut wanita itu.
Hingga napas sang wanita kini telah sepenuhnya terhenti.
"Terima kasih," lirihnya, lalu dia membersihkan pisaunya dengan saputangan.
Pembunuhan yang dia lakukan selalu bersih tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Entah bagaimana caranya dia melakukannya, yang pasti para korbannya selalu masuk berita dengan pembunuh yang tak pernah diketahui identitasnya oleh pihak kepolisian.
Kaki jenjangnya membawa dia keluar dari gedung kosong yang menjadi saksi bisu atas perbuatan kejinya. Dia merogoh kantongnya lalu mengeluarkan ponsel.
"Misi dari Anda, selesai," ucapnya setelah panggilan telepon tersambung.
Tanpa menunggu jawaban dari seseorang di seberang sana, dia mematikan teleponnya sepihak, melanjutkan langkahnya menjauh dari gedung kosong tempatnya membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Cupu [Completed]
Teen Fiction[Pindah ke Icannovel] Damian Maulana Regan. Murid laki-laki dengan kacamata bulat yang selalu bertengger di batang hidungnya. Sangat pintar namun juga pendiam. Regan, murid kesayangan dan kebanggaan para guru ini memiliki nasib sial yang menimpanya...