#DC Chapter 3

30.4K 3K 148
                                    

"Terkadang hambatan terbesar itu datang dari pihak yang tidak mampu meniru ataupun memahami. Lalu menghujat, dan hanya mampu menuntut hasil tanpa tau sebuah proses."


.
.
.

Sudah tiga hari semenjak kematian orang tuanya, Jessica selalu izin dengan alasan masih berkabung.

Regan tersenyum kecil saat melihat surat izin milik Jessica di meja guru. Pria itu lalu keluar kelas sembari membaca buku di tangannya.

Bruk

Karena terlalu fokus dengan buku di tangannya, tanpa sengaja Regan menabrak seseorang di depannya.

Ia berjongkok, hendak mengambil bukunya yang terjatuh, tetapi sebuah tangan mungil menghentikan pergerakannya.

Ia menoleh ke depan, menatap lekat seorang gadis dengan rambut hitam panjang di depannya.

Gadis itu mengulurkan tangan, memberikan buku Regan yang tadi terjatuh.

Tanpa sepatah kata pun, gadis dengan name tag Gisella Agatha tersebut berlalu pergi setelah Regan menerima buku di tangannya.

Regan tertegun, baru kali ini ia menemukan perempuan dengan kepribadian cuek sepertinya.

Menarik.

Tersadar dengan pikirannya, Regan lantas menggelengkan kepalanya pelan. Pria itu lalu melanjutkan langkahnya menuju ke perpustakaan.

Sampai di perpustakaan Regan berjalan pelan menyelusuri setiap rak buku. Menemukan buku yang ia cari, pria itu lantas berjalan ke arah meja di pojok ruangan, menunggu bel masuk berbunyi.

***

Tak berselang lama setelah Regan duduk membaca buku, bel masuk berdering dengan kencangnya. Ia lantas berdiri dari duduknya, lalu mengembalikan buku yang ia pinjam.

Regan berjalan santai menuju kelasnya, beberapa kali ia berpapasan dengan siswa-siswi yang memandangnya remeh. Namun ia tak mengindahkan tatapan remeh tersebut.

Hingga ia sampai di depan kelasnya. Tanpa basa-basi lagi ia segera masuk, lalu duduk di tempat duduknya.

Beberapa menit setelah Regan duduk, ibu Desi selaku guru yang mengajar di kelasnya masuk.

***

Jam pelajaran ibu Desi berjalan dengan lancar sampai akhirnya bel istirahat terdengar nyaring ke seluruh penjuru sekolah.

Murid-murid di kelas XII IPA 3 bersorak senang seraya membereskan buku-buku yang berada di meja masing-masing.

Sama seperti yang lain, Regan juga tengah memasukkan beberapa buku yang berada di mejanya dengan tenang. Sebelum Rio datang menggebrak mejanya dengan kuat.

"Seneng, kan lo?!" bentak Rio keras menarik atensi beberapa murid yang masih berada di dalam kelas.

Pria berkacamata bulat itu menatap datar Rio yang juga tengah menatapnya dengan kilatan amarah. Ada apa dengan pria di depannya ini? Baru datang sudah marah-marah saja.

"Berani banget lo---"

"Rio, udah." Belum sempat Rio menyelesaikan ucapnya, Revan datang menarik Rio keluar kelas menuju kantin.

Regan menatap datar kepergian teman sekelasnya, pria itu lalu berjalan keluar kelas menuju perpustakaan.

Rasanya tidak ada tempat ternyaman selain perpustakaan. Tempat tersebut sudah seperti tempat terfavorit baginya. Ralat, bukan seperti lagi tapi memang sebuah kebenaran.

Dangerous Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang