Aku berjalan bersama dengan Eruhaben-nim selama beberapa saat sebelum akhirnya kami sampai pada suatu tempat yang nampaknya merupakan tempat tujuan Eruhaben-nim.
Tempat itu adalah sebuah Villa yang indah. Aku tidak pernah berpikir bahwa di tengah Hutan yang menyeramkan seperti ini akan ada Villa tempat seseorang hidup.
"Um... Eruhaben-nim... apakah benar-benar ada seseorang yang tinggal di tempat ini? Sejujurnya Villa ini memang terlihat terawat, tetapi sungguh mengejutkan bahwa ada yang benar-benar tinggal disini."
Kim Dokja merasa malu dengan pemikiran bahwa dia akan mati membusuk di hutan ini. Kalau dia tau bakal ada Villa sebagus ini, dia juga akan berjalan untuk menemukannya.
Dia benar-benar merasa dirinya menyedihkan karena sebelumnya berpikir bahwa dia akan mati di belantara seperti ini meninggalkan teman-temannya tanpa mayat tersisa.
"Kim Dokja..."
"Ya, Eruhaben-nim?"
Kim Dokja merasa sedikit bingung dengan suara menyesal yang dikeluarkan oleh Eruhaben. Ia hanya menunggu sampai Eruhaben akhirnya membuka mulutnya lagi.
"Apakah kamu memiliki tempat untuk pulang? Kalau kamu tidak punya, mungkin aku bisa meminta pemilik tempat ini untuk membiarkanmu tinggal," Eruhaben menjawab sambil mengerutkan keningnya.
"Eh?" Kim Dokja merasa bingung dengan kata-kata yang dikatakan oleh Eruhaben.
'Kenapa pria cantik ini berpikir aku tidak memiliki tempat untuk pulang? Ah... apakah karena penampilanku yang seperti ini membuatku terlihat seperti anak ilang?'
"Kamu bilang kamu tiba-tiba saja berada di tempat ini. Bagaimana mungkin kamu tiba-tiba berada disini? Pastinya ada sesuatu yang tidak beres. Aku akan mencoba untuk menyelidikinya, jadi bagaimana kalau kamu tinggal sementara waktu disini? Aku yakin pemilik tempat ini akan dengan senang hati menyambutmu," ujar Eruhaben dengan senyuman tulusnya.
(Tadinya pengen ngetik ujar naga kuno tersebut... terus inget kalo Kim Dokja gatau kalo dia itu naga... akhirnya yah gitu deh.)
"Umm... apakah itu bakal baik-baik saja, Eruhaben-nim? Aku khawatir aku justru akan membuat orang-orang yang tinggal disana kerepotan."
Kim Dokja heran bagaimana dia berhasil melakukan akting sebagai anak kecil penakut ini dengan sempurna. Apakah karena dia tidak memiliki kekuatan dan Fourth Wall yang sangat dia percayai sehingga dia merasa seolah dirinya telah kembali ke masa lalu dimana dia masih dibully dan dijauhi seolah-olah dia adalah seonggok sampah yang bahkan tidak pantas untuk dilihat kedua kalinya.
Kim Dokja memejamkan matanya, berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang dia miliki. Sayangnya itu tidak semudah yang dia bayangkan. Rupanya tidak memiliki Fourth Wall bersamanya benar-benar membuat mentalnya menjadi lebih lemah daripada biasanya.
'Ah, apa yang terjadi... aneh... kenapa aku merasa begitu sakit hati saat ini? Sudah lama sejak aku merasa seperti ini... sial aku benar-benar merasa seperti sampah.'
"Nak, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba menangis? Apakah kamu sangat takut? Tidak perlu khawatir, orang yang ada disana merupakan seorang bajingan yang selalu mendapatkan kesialan. Meskipun begitu dia tidak keberatan untuk menolong orang-orang yang membutuhkannya walaupun dia berbicara seolah-olah dia tidak peduli dengan mereka. Dia benar-benar orang yang baik jadi kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu," Eruhaben menjelaskan bahwa dia akan diterima walaupun dia tidak melakukan apapun.
'Bagaimana bisa pria ini memiliki seseorang yang begitu dipercayai seperti itu? Aku iri...'
Kim Dokja akhirnya menyadari kesalahan dalam pemikirannya dan menarik nafas untuk mengubah hal itu.
'Tidak seharusnya aku iri... bagaimanapun juga, aku sendiri punya teman dan keluarga yang sangat kupercayai.'
Itu benar, saat ini hal yang harus dia lakukan adalah untuk bertahan hidup dan mencari cara untuk mengembalikan kekuatannya serta pulang ke rumah.
Kim Dokja tersenyum penuh percaya diri sambil berkata,"Mari pergi, Eruhaben-nim! Aku percaya pada apa yang kamu katakan. Aku harap aku benar-benar akan diterima di tempat ini."
Mendengus. Eruhaben akhirnya berkata,"Kamu bisa memegang kata-kataku, nak. Lagipula pemilik Villa ini adalah seseorang yang benar-benar tidak menyukai melihat seorang anak menderita, jadi yah kamu bisa percaya padanya."
"Mhm... aku percaya padamu, Eruhaben-nim."
Kim Dokja memasuki Villa tersebut dengan bimbingan Eruhaben-nim.
(Maaf banget ya... tadinya mau bikin chapter ini Dokja ketemu Cale... tapi tampaknya otak dramaku tiba-tiba aktif... jadi yah... Oh well, shaddup y'all)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari menistakan Cale dan Dokja『Slow Update』
Fanficseperti judulnya saya akan menistakan karakter-karakter tertentu hohoho A/N : Bakal slow update... kalo dulu karena ujian... sekarang karena kekurangan ide //halah padahal mah baca Euishin A/N 2 : Fotonya dari pinterest dah itu aja