Perasaan yang Perlahan Tumbuh

1.2K 232 41
                                    

Vote yuk. menambah semangat banget kalau kalian apresiasi tulisanku yang mungkin tak seberapa ini :)

***

Rasa tidak nyaman menyelimuti Jennie sejak awal kedatangan dua orang bangsawan di tengah malam di bawah guyuran salju yang sudah turun sejak tiga hari yang lalu. Saat itu Jennie dan juga Ruby sudah akan menutup toko bunga mereka yang memang waktunya untuk tutup karena jam sudah menunjukan pukul sebelas lewat empat puluh lima menit dan jalanan kota Sitclow pun memang sudah cukup sepi. Namun disaat tangan Jennie sedang menarik gerbang kayu untuk menutup toko bunganya tiba-tiba saja datang seorang pria dengan setelan kemeja coklat berbahan sutra yang dipasangkan dengan sebuah celana bahan semata kaki berwarna senada. Kaus kaki putih bersih yang menyembul beserta sepatu pentofel berwarna hitam terlihat menutupi kakinya. Tidak lupa dengan coat berwarna merah marun sepanjang lutut yang menghangatkannya dikala suhu udara menyentuh minus tiga derajat malam ini.

"Apa aku masih bisa memesan bunga malam ini nona ?" Jennie hanya diam menatap pada pria yang ada di hadapannya itu tanpa niat untuk menjawab pertanyaannya.

"Sepertinya kalian akan tutup, tapi aku membutuhkan beberapa buket bunga malam ini. Bisakah aku mendapatkannya ?" Jennie berbalik menatap pada Ruby dan dibalas anggukan oleh Ruby.

"Silahkan masuk, aku memang lelah tapi sepertinya kakakku tidak akan lelah untuk melayani pelanggannya." Jawab Jennie lalu membukakan gerbang kayunya semakin lebar agar dua orang pria itu bisa masuk untuk mencari bunga yang mereka inginkan.

"terima kasih, nona. Aku berhutang malam ini padamu."

Ruby datang menghampiri dua orang pria yang sudah masuk ke dalam toko bunga mereka dan tersenyum seperti biasa sebagai salam sambutan dari dirinya. "bunga apa yang tuan butuhkan ?"

"sebuket bunga freesia, nona"

"jarang sekali orang membeli bunga itu. Jadi aku tidak meletakan bunga itu disini. Mungkin aku menyimpannya di belakang. Tunggu sebentar aku akan mengambilkannya untuk Anda. Silahkan melihat-lihat bunga yang lain, tuan."

Setelah kepergian Ruby dari tempat itu Taehyung melihat pada jungkook temannya itu yang sedang menatap penuh makna pada Jennie. Taehyung begitu mengenal bagaimana Jungkook bersikap kepada setiap wanita. Jungkook bukanlah seorang yang ramah pada setiap orang. Pria itu memiliki perawakan yang dingin kepada semua orang yang tidak bermanfaat untuk dirinya. Bahkan setiap lady yang sukses naik keatas ranjang Jungkook pun belum tentu bisa membuat pria itu menatap mata mereka bahkan menyebut nama mereka.

Setelah malam yang panjang yang dia lakukan bersama para lady dia hanya akan mengatakan pada mereka bahwa dia akan mengirimkan penasihat kebangsawanan untuk memberikan apa yang keluarga lady itu butuhkan dan semuanya akan berakhir pada malam itu.

Namun kini apa yang dilihat Taehyung bukannya sesuatu yang biasa. Dia bisa melihat bahwa jungkook memiliki ketertarikan pada gadis itu. Gadis yang sebentar lagi akan masuk ke dalam perangkap yang sudah ia siapkan sejak beberapa bulan yang lalu.

Taehyung tersenyum, ia menghampiri Jennie yang berada tidak jauh darinya. Taehyung mendekatkan tubuhnya pada Jennie hingga pria itu dapat merasakan dada Jennie yang berisi menabrak pada dadanya yang bidang. Bahkan Taehyung dapat merasakan napas Jennie yang hangat menyentuh setiap inci kulit lehernya.

Wajah mereka bersitatap yang hanya menyisakan beberapa inci saja, "Sangat indah." Ucap Taehyung.

"ma.. maksudnya ?" Jennie tergagap, dia benar-benar tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini. Namun entah mengapa dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk mendorong pria ini dari hadapannya.

Taehyung mengulurkan tangannya ke belakang Jennie lalu mengambil sebuah bunga mawar dari dalam pot hitam yang ada di belakang Jennie. "Bunga .. maksudku bunga ini sangat indah." Taehung mengurai posisi mereka lalu berbalik menatap pada Jungkook yang berada tak jauh dari mereka. "Bukankah begitu, kawan ?"

Valley Of RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang