🎀 𝐵𝑒𝓇𝒾𝓀𝒶𝓃 𝒷𝒾𝓃𝓉𝒶𝓃𝑔 𝒹𝒶𝓃 𝓀o𝓂𝑒𝓃𝓉𝒶𝓇~ 🎀
.
Jennie bangkit dari tidurnya dengan telapak kakinya yang langsung menyentuh ubin dingin di kamarnya setelah mendengar ketukan pintu dari luar sana.
Jennie membuka pintunya lebar dan mendapati Ruby yang sudah rapi dengan celemek putih yang diikatnya di pinggangnya.
"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu di meja dapur. Persediaan kayu bakar kita sudah hampir habis karena sudah memasuki musim dingin, jadi aku akan pergi ke hutan untuk mencarinya lagi." ucap Ruby lembut.
"Terima kasih Ruby. Apakah kau ingin aku temani ?" Semalas-malasnya Jennie untuk bepergian keluar rumah dikala cuaca dingin yang menusuk hingga tulang dia tetaplah seorang adik yang tidak tega jika membiarkan kakak satu-satunya pergi ke dalam hutan sendirian untuk mencari ranting-ranting kayu yang mereka gunakan untuk menghangatkan mereka di cuaca dingin seperti sekarang ini.
Ruby tersenyum dan mengelus lengan Jennie lembut, "tidak perlu, aku bisa sendiri. Tapi bisakah aku minta tolong padamu? Setelah kau selesai dengan sarapanmu segeralah jaga toko. Aku sudah membukanya sejak pagi tadi tapi aku membiarkannya kosong."
"Aku akan menjaganya jika sudah selesai. Kembalilah dengan cepat jika kau tidak ingin aku menyusulmu ke dalam hutan dan membiarkan toko kita kosong tanpa ada yang menjaganya." Ruby mengulas senyumnya dan mengangguk mengiyakan.
"Aku pergi dulu."
***
Ranting demi ranting Ruby masukan dalam pelukannya. Mencari ranting-ranting kayu di cuaca dingin seperti ini memang susah-susah gampang. Karena cuaca yang dingin banyak ranting yang menjadi lembap dan tidak dapat dipakai, akan sangat menyusahkan jika harus mengeringkannya terlebih dahulu sebelum digunakan.
Dehaman-dehaman kecil menciptakan suatu lantunan lagu yang mengiringi aktifitasnya. Berjalan kesana kemari mengais dedaunan bahkan salju untuk mendapatkan ranting yang diinginkannya.
Seorang pria memperhatikannya dari kejauhan, menyipitkan matanya untuk memastikan pandangannya tidak salah. Pria itu perlahan mendekat pada Ruby lalu berdeham untuk memberitahu atensinya di tempat itu. Ruby yang kaget sontak menghindar beberapa langkah dan menoleh kilat pada sumber suara.
"Maaf, apa aku mengagetkanmu ?"
"Ya sedikit" Ruby berdiri tegak dan merapikan pakaiannya yang sedikit kusut.
"Lama tidak bertemu. Apa kau masih mengingatku ? Tidak menyangka bisa bertemu denganmu di tempat seperti ini." Senyumnya jenaka.
".. eum– ya . Tuan bersama teman tuan yang membeli bunga kami malam itu bukan ? Itu masih sekitar 2 minggu yang lalu. Aku pikir itu tidak cukup lama." Senyum Ruby canggung.
Pria itu mengangguk lalu tersenyum lagi, "ya mungkin itu tidak cukup lama. Oh ya, Aku mengajakmu berbicara sedangkan kita belum mengenal satu sama lain."
Pria itu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Ruby, "apakah memungkinkan aku tau siapa namamu, nona ?"
Diam sejenak, Ruby memperhatikan tangan dan wajah itu bergantian, ia meletakan kayu yang dipeluknya ke atas tanah di sampingnya lalu membungkuk pada pria itu.
"Namaku Ruby Drilley. Tuan bisa memanggilku Ruby." Ruby menegakan tubuhnya kembali menghadap pada pria itu, "akan sangat tidak sopan jika tangan kotor saya menyentuh tangan bersih tuan. Saya hanya anak seorang pedagang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Valley Of Romance
Fantasy[Adult Romance] Golongan bangsawan adalah sesuatu hal yang paling Jennie benci, tetapi apa jadinya jika Tuhan menggariskan hidupnya sebagai budak dari seorang bangsawan di pulau Nightwing.