Sesaat Jennie terdiam memandang penampilan pelanggan pertamanya hari itu. Gadis itu terlihat berbeda, Jennie tidak pernah melihat gadis itu di kota Sitclow, mungkin dia berasal dari kota lain, tapi kota mana yang memiliki gadis sepertinya? Pikir Jennie.
Gadis yang berdiri di hadapannya berambut coklat legam namun terlihat sangat kusut dan tidak tertata sama sekali. Baju terusan coklat lusuh dikenakannya pada tubuh kurusnya. Badan gadis itu yang tak tertutupi oleh pakaian yang dikenakannya menampakan puluhan bekas luka dan juga memar yang membiru. Gadis itu bahkan tak mengenakan alas kaki.
Ia terus saja menunduk seolah tanah tempat ia berpijak jauh lebih menarik dibandingkan dengan bunga-bunga yang indah di sekitarnya. Jennie langsung menarik kesimpulan, dia mungkin budak, pikir Jennie.
Jennie langsung tersadar, lalu mengeluarkan suaranya. "Selamat datang, bunga seperti apa yang anda cari ?"
"B-bbu-bunga daisy. Sebuket bunga daisy." Jawabnya lirih.
"Sebuket bunga daisy, baiklah aku akan menyiapkannya untukmu. Silahkan melihat-lihat dulu nona."
Jennie segera menyiapkan pesanan si gadis lusuh. Dengan cekatan Jennie merangkai tangkai demi tangkai menjadi satu, setelahnya diikatnya pada bagian tengah dengan menggunakan benang wol berwarna putih gading. Setelahnya Jennie membungkusnya dengan selembar plastik cellophone polos berwarna coklat. Sejenak Jennie menatap takjub pada hasil karyanya, meskipun tak seindah dan sebagus rangkaian ibunya ataupun kakaknya tapi bagi Jennie itu cukup memuaskan.
Jennie lalu keluar untuk memberikan bunga pesanan si gadis. Dengan langkah sedikit gembira karena akhirnya mendapat pelanggan setelah menunggu sekian lama.
Jennie menghampiri gadis itu yang sedang berdiri di depan kumpulan bunga-bunga morning glory dengan matanya yang berbinar.
Apa gadis ini menyukai bunga morning glory ?
Sejujurnya Jennie tidak terlalu tahu menahu dengan bunga-bunga yang ada di tokonya, apalagi bunga morning glory. Tetapi Jennie ingat ibunya sering mengatakan bunga morning glory memiliki arti kasih sayang dan juga perhatian.
"Sepertinya kau menyukai bunga morning glory ?" Tanya Jennie yang membuat gadis itu sedikit tersentak hingga membuat gadis itu menjauh beberapa langkah darinya dan kembali menatap pada tanah yang diinjaknya. Wanita itu tak mau memandang wajah Jennie, tanah tempat ia berpijak jauh lebih menarik bagi gadis itu dibandingkan dengan wajah indah milik Jennie.
"Maaf sudah mengagetkanmu. Ini bunga pesananmu. Harganya tiga perunggu." Kata Jennie sambil menyerahkan buket bunga itu padanya.
Masih sambil menunduk, gadis itu menyerahkan satu perak kepada Jennie.
Bangsawan mana yang menyuruh budaknya untuk membeli sebuket bunga dengan harga tiga perunggu dengan menggunakan satu perak ? Gadis ini adalah pelanggan pertamanya di pagi ini yang artinya ia tidak memiliki koin sebanyak sembilan puluh tujuh perunggu sebagai kembaliannya.
"Tunggu sebentar nona, aku akan mencarikan kembaliannya."
Gadis itu hanya mengangguk. Jennie dengan langkah yang tergesa-gesa menuju dapur tempat Ruby memasak. Disana Ruby sedang mengaduk sup ayamnya di dalam panci.
"Ruby, apa kau memiliki sembilan puluh tujuh perunggu ? Pelanggan pertama kita membeli sebuket bunga daisy dengan satu perak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Valley Of Romance
Fantasy[Adult Romance] Golongan bangsawan adalah sesuatu hal yang paling Jennie benci, tetapi apa jadinya jika Tuhan menggariskan hidupnya sebagai budak dari seorang bangsawan di pulau Nightwing.