3. Who are You?

50 5 0
                                    













Paginya Karina betulan terlambat bangun.

"Tumben bangun siang?"

Ia tidak sempat sarapan, begitu bangun langsung mandi karena jamnya sangat mepet dengan schedule pertama. Jadi sekarang ini Karina sudah on the way menuju tempat kerja dalam keadaan mata masih sayu.

"Semalem susah tidur." pangkal hidungnya ia pijit pelan-pelan untuk mengusir kantuk.

"Mau sarapan dulu nggak di luar?"

"Nggak usah. Langsung aja dari pada nanti telat terus tayangannya di delay, kasian mereka."

"Okay." Veye menurut.

Sesampainya di gedung siaran televisi, Karina kembali dipolesi beberapa riasan. Make up artist mereka bilang kalau mata Karina membengkak, waktu ditanya apa semalam menangis Karina menjawab enggak (dia jujur). Dia bilang hanya susah tidur saja, lagian nggak mungkin kan Karina bilang tidak bisa tidur karena menunggu seorang laki-laki. Bisa-bisa media masa memakan bulat namanya sebagai hot gosip seminggu penuh.

Jaffaf si brengsek-- terkadang Karina tidak sadar menyumpahi malaikat-- kenapa juga dia tidak langsung memberi tahu dan malah bermain tebak-tebakan seperti ini. Fokusnya kan jadi runyam.

"Buruh obat penghilang kantuk nggak?" tanya asisten produser.

"Nggak, nggak usah, nggak ngantuk kok."

"Oke. Kalau gitu acara bakal di mulai limabelas menit lagi." setelahnya dia pergi mengurus hal penting yang lain.

Mata Karina rasanya pedas bukan main, rasanya mengantuk, ingin lanjut tidur. Limabelas menit tidur sebentar tidak akan menghilangkan kantuknya, malahan hanya akan menimbulkan wajah lusuh di kamera nanti.

"Veye, kopi."

Seperti biasa tangannya terulur meminta kopi, tapi ia malah diberi se-cup lemon tea panas. Karina kaget telapak tangannya hampir melepuh-- oke, ini lebay.

"Terlalu banyak minum kopi nggak baik. Ganti pakai lemon tea aja biar fresh. Cepet diminum mumpung masih panas."

Kata dokter keluarga, dilihat dari aktivitas Karina yang padat dan terus-terusan meminum kopi bisa membuat tubuh perempuan itu rusak. Sebagai manajer yang baik Veye sampai mencari google mencari minuman penghilang kantuk, dan akhirnya dia memilih lemon tea panas sebagai gantinya. Rasa asam dan panas yang bercampur bisa membuka mata, menarik semua nyawanya agat bangun.

Karina tidak peduli mau minuman apa itu asalkan bisa menghilangkan rasa kantuknya.

"Selesai acara, aku mau beli makan di luar," katanya sehabis menyeruput minuman.

"Pakai supir atau sendiri?"

"Naik bus aja."

Walaupun dia bisa membeli duapuluh biji mobil dalam sekali pembelian, terkadang Karina juga menggunakan transportasi umum karena dia ingin merasakan rasanya menunggu bus di halte seperti pada drama-drama romantis tontonannya. Dulu Veye sempat menawarkan diri untuk menemani, tapi malah dilarang.

"Nggak semuanya perlu kamu bantu. Aku ini orang kaya, bukan orang penyakitan yang perlu diawasin terus."

Yah begitulah.

Lalu, limabelas menit kemudian acara dimulai. Rambu on air studio, kamera, lampu, dan mikrofon semua dinyalakan. Seperti biasa Karina bekerja secara profesional tidak menunjukkan rasa lelah dan kantuknya, tersenyum seakan dunia memihak kepadanya, dunianya yang sempurna dan dunianya yang indah penuh warna.

OurselvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang