4. What Should I Do?

33 6 0
                                    



















Jadi intinya Karina kedatangan tamu berkedok 'hadiah Tuhan' dari Jaffar setelah mereka melakukan perjanjian di mimpi (nyata) Karina. Hari ini hadiahnya yang berbentuk manusia itu datang seperti Ibu Peri, tiba-tiba menolong saat dirinya tidur di gelatoria. Manusia itu bernama Jerano, dia bilang jika dirinya adalah Karina versi laki-laki. Awalnya Karina tidak percaya tapi tidak mungkin juga Jaffar menyebar isi perjanjian mereka kepada manusia selain dirinya. So she tried to believe. Take him home, even ride in the same car.

Lingkungan rumah Karina masih terasa asing untuk Jerano. Ketika masuk ke rumah, matanya mengabsen satu persatu peralatan mewah yang ada di istana megah, temboknya dingin terbuat dari marmer, lampunya banyak sudah seperti lampu stadion sepak bola. Jerano mengikuti Karina dari belakang bak murid sekolah yang tengah menyaksikan pameran museum dan dipandu oleh guide tour.

Dan ketika masuk ke ruang tengah, Jerano melihat pemandangan tak biasa. Lukisan minyak berkarakteristik seperti lukisan Monalisa buatan Leonardo da Vinci namun dengan rupa-rupa yang tampak asing. Apa mereka semua adalah putri mahkota dari berbagai kerjaan di dunia? Tapi kenapa semuanya dipajang disini?

"Itu semua foto nenek moyangku," ujar Karina membuat Jerano hampir terkejut. Pikirnya membandingkan Karina dengan orang-orang dilukisan itu.

Ternyata benar, Karina bukanlah perempuan main-main. Ia kira Jaffar hanya melebih-lebihkan ceritanya dibuat seakan-akan Karina itu manusia paling sempurna. Kalau tahu begini Jerano jadi iri dengan perempuan itu.

Pantas saja Jaffar tidak meninggalkan dompet ataupun sepeser uang disakunya. Sebab Jerano bisa hidup puas, semua kebutuhannya dapat terpenuhi.

"Wajar kalau kamu kaget. Awalnya aku juga kaget, takjub, semua nenek moyangku dari luar negeri. Mereka orang Yunani dan Belanda, aku masih ada keturunan mereka walau dapet sedikit." Karina menjelaskan sembari mencopoti satu persatu kalung emas yang kemudian ia genggam ditangan.

"...."

"Kalau keluargamu? Nenek moyangmu?"

"Aku nggak ingat. Dia ngehapus semua ingatanku dari dunia sana."

"Hm Jaffar.... Agak rumit. Tiba-tiba Jaffar dateng ke mimpiku, ngasih penawaran, terus dateng kamu. Aku versi laki-laki dari semesta lain. Jaffar juga datang ke mimpimu?"

"Kayaknya, ingatanku soal kedatangan dia samar-samar."

"Terus ingatan apa yang paling jelas kamu inget?"

"Namaku sama tujuanku ada disini. Yang aku inget malah semua kenanganmu, dari kecil sampai sekarang."

"Hah serius?" Karina menoleh kaget. Entah kenapa rasanya jadi malu kalau Jerano tahu semua ingatan yang dia ingat biarpun mereka satu jiwa. "Mana bisa? Kamu inget apa?"

"Lahir di Amerika. Sweet seventeen di Swiss sama Mami Papi kamu, padahal kamu udah nyolot pengin ke New York tapi nggak bisa karena harus sekolah. Terus punya dua keponakan kembar, kamu suka gelato rasa pana cotta. Terus...."

"Kalau itu sih semua fansku tau."

"Kamu mabuk laut, pernah masuk rumah sakit karena terlalu aktif kerja, kamu nggak pernah serius dalam kencan, cita-cita kamu waktu kecil pengin beli Disneyland-"

"Okay, okay, semuanya bener. Itu semua cuman aku sama Veye yang tau, apalagi yang beli Disneyland jadi rahasia keluarga."

"Kenapa nggak kamu beli Disneyland padahal kamu kaya raya?"

"Terus kalau aku kaya raya aku bakal beli segalanya yang aku pengin gitu?"

"Iya."

"Dunia nggak semurah itu, Jerano." Karina mendengus. "Kata Papi juga kalau aku beli Disneyland nanti anak-anak pada nangis karena nggak bisa ketemu Cinderella, terus aku bakal jadi Medusa jahat. Itu dulu sih waktu kecil, sekarang aku lebih pengin beli Burj Khalifah."

OurselvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang