Baekho sudah berada didalam mobilnya namun masih dalam keadaan bingung kemana dia akan pergi untuk mencari hadiah.
Setelah berjalan 5 menit, dia terjebak macet yang membuatnya harus terjebak di dalam mobilnya.
Sambil menunggu, Baekho lagi-lagi memikirkan hadiah apa yang harus dia beli dengan tujuan yang masih sama, bersifat mengikat tapi tidak terlihat kalau itu mengikat.
"Haruskah aku langsung melangkah lebih jauh dan hanya membelikannya cincin untuk kita berdua?"
"Tapi menekannya secara tiba-tiba seperti itu justru akan membuatnya menghindar bukan.."
Baekho mulai menggigit kukunya sambil berpikir dan mulai melihat sekitarnya. Terlihat bahwa seorang pasangan sedang menaiki sepeda motor dan memakai sepatu yang sama.
"Haruskah aku membelikannya sepatu saja? Ah tidak, aku tidak akan sempat memakainya"
"Jika sepatu tidak bisa, maka semua yang termasuk pakaian juga tidak bisa karena aku tidak akan memakainya"
Gigitan pada kukunya semakin dalam, hampir membuat kukunya patah. Kriteria terbaru dari hadiahnya adalah sesuatu yang bersifat mengikat tapi tidak terlihat mengikat dan sesuatu yang bisa Baekho pakai juga kapanpun. Selain cincin...
Tepat saat Baekho akan memejamkan matanya karena frustasi, dia melompat. Dia di kejutkan oleh suara klakson dari mobil yang berada dibelakangnya, tanda bahwa sudah waktunya untuk maju.
-----------
Setelah pertimbangan panjang, akhirnya Baekho hanya memilih untuk pergi ke mall. Masih tidak terlalu yakin dengan apa yang akan ia beli, namun setidaknya dia akan mendapatkan berbagai macam barang yang membuatnya hanya harus memilih.
Baekho sedikit mengerang saat mulai memasuki mall itu, menyadari bahwa pilihan barang nya terlalu banyak.
Untuk meredakan stres di kepalanya, Baekho membeli cola zero kesukaannya terlebih dahulu. Pilihan yang salah dia datang kesini dengan masih menggunakan seragam kerja nya, karena setelan jasnya sedikit membuatnya pengap dan tertekan.
Baekho berjalan perlahan, menyusuri dan melihat satu persatu toko yang ia lewati.
Sepatu, pass.
Baju, pass.
Topi? Pass!
Baekho berhenti sebentar, melepaskan jam tangan nya karena pergelangan tangan nya sedikit gerah.
Pada saat Baekho mulai melepas jam tangannya, dia berhenti lagi.
"Jam tangan?"
"Jam tangan! Aku memakai jam tangan hampir sepanjang hari! Jam tangan!!!"
Seringai lega terpancar diwajahnya. Baekho kemudian bergegas untuk mencari toko jam tangan.
Otaknya menerka-nerka, memikirkan model apa yang cocok untuk tangan mereka berdua. Tidak perlu terlihat sangat mirip, yang penting memiliki kesamaan.
Baekho sedikit terkikik membayangkan bagaimana lucunya saat mereka berdua menggunakan jam tangan yang sama nantinya, membuat pipinya sedikit memerah.
Sampai-sampai dia kehilangan fokus dan menabrak seseorang.
"Maafkan saya" ucap Baekho sambil memindai seluruh tubuh satu dari dua laki-laki yang ia tabrak barusan, memastikan bahwa tidak ada luka karena badan Baekho jauh lebih kekar daripada nya.
'Kamu tidak apa-apa, Mingi?' ucap yang lebih pendek sambil menepuk pelan lengan baju yang lebih panjang.
'Tidak apa-apa, aku hanya terkejut' jawab yang lebih tinggi.
'Maafkan kami dan selamat tinggal' ucap yang lebih pendek dan sedikit membungkuk, menggandeng yang lebih tinggi untuk berjalan lagi.
Baekho sedikit memiringkan kepalanya. Sepertinya dia mengenal laki-laki pendek itu.
"Aron?" dengan suara agak keras namun masih belum berbalik.
Kedua laki-laki itu berhenti dan langsung berbalik menghadap punggung Baekho. Wajah mereka berdua sedikit terkejut dalam diam, menunggu dan memastikan bahwa Baekho benar-benar memanggil nama itu lagi.
"Aron!"
Baekho mantap untuk berbalik, menatap dua wajah yang terkejut dan sedikit kebingungan.
'K-k-kau mengenalku?' tanya yang lebih pendek dengan jari yang menunjuk dirinya sendiri.
Detik berikutnya yang terpendek hampir melompat karena Baekho tiba-tiba berlari dan memeluknya.
"Aronnnn!!! Sudah lama sekaliiii"
Pelukan Baekho sangat rapat, hampir membuat yang terpendek kehabisan nafas. Sedangkan yang lebih tinggi hanya menatap heran mereka berdua.
'Oh.. Iyah.. Apa kamu mengingatku?' ucap yang lebih pendek dengan tepukan kecil di punggung Baekho, kode untuk melepaskan.
"Kamu menganggapku apa! Kamu adalah temanku dari kecil dan kita sudah lama tidak bertemu dan-- tunggu, apa kamu tidak mengingat siapa aku?" dengan nada kesal saat melepaskan pelukannya.
Aron dan Mingi saling beradu pandang, masih belum mengerti dengan situasi saat ini. Baekho yang melihatnya justru tersenyum, "Apa kamu melupakanku karena kekasihmu yang terlalu rupawan ini?".
Seketika Mingi melontarkan matanya ke arah Baekho dengan alis yang sedikit terangkat, 'Baekho mengingatku juga?' ucapnya dalam hati. Baekho juga sedikit terkejut dengan tatapan itu, "Oh maaf, apa aku membuatmu tersinggung?".
'Baekho, kamu ingat siapa dia?' tanya Aron.
"Dia adalah pacarmu! Kamu menyombongkannya beberapa bulan saat kamu pulang dari LA, ckck kamu tidak tau seberapa kesalnya aku saat kamu menyombongkannya!" decak Baekho dengan bibir sedikit cemberut.
Aron dengan cepat membaca keadaan dan hanya mengangguk pelan kepada Mingi.
'Oh, sudah lama sekali bukan', ucap Aron dengan gerakan tangan yang sedikit menepuk lengan Baekho.
'Aku dan Mingi sedang dalam perjalanan untuk makan sebelum pulang, ingin bergabung?', Aron menawarkan.
"Sepertinya lain kali, aku sedang terburu-buru untuk membeli sesuatu. Ah dan tolong hubungi aku!" tolak Baekho dengan langkah kaki yang perlahan menjauh.
------------
'Dia mengingat kalian berdua?'
"Ya, dengan jelas."
"Tapi dia hanya mengingatku sebagai pacar Aron, dia tidak mengingat bahwa aku adalah temanmu!"
"Hei, ayolah. Jangan terlalu sedih, dia masih dalam tahap pemulihan. Ingat?"
'Ya.. Tapi rasanya sangat menyakitkan karena hanya kenangan tentangku saja yang terhapus. Seolah-olah memang dia ingin melupakanku.'
"Kamu tau itu tidak benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Me ; BaekMin
FanficSeorang anak berseragam yang selalu mengikuti CEO sukses kemanapun dia pergi. "aku akan pergi kemanapun kamu pergi, karena aku tidak ingin kamu pergi untuk yang kedua kali"