~13~

1.5K 112 0
                                    

Rahsya berjalan memasuki ruangan Daffa bersama seorang gadis cantik disampingnya. Gadis itu mengapit lengan Rahsya, senyum manisnya selalu disuguhkan dari pertama mereka memasuki rumah sakit.

Flash Back on**

Rahsya berdiri didepan pintu cokelat milik sang rumah. Rumah itu sangat sederhana dan terasa nyaman, luas taman didepan hingga belakang perkarangannya ditanami beberapa pohon dan bunga menambah kesan teduh setiap orang yang berkunjung.

Warna cokelat kayu alamai menambah kesan klasik yang indah, tak heran beberapa pejalan kaki sering melirik bahkan sampai berhenti mengagumi ketenangan yang diciptakan rumah tersebut.

Rahsya mengetuk pintu rumah itu, tak berapa lama menunggu seseorang pun membukakan pintu. Terlihatlah sosok anggun dan manis berdiri di depan Rahsya. Senyum gadis gadis itu merekah ketika melihat Rahsya yang berkunjung, ia kemudian memeluk lembut Rahsya yang juga membalas pelukan gadis itu.

"Rahsya.. kamu dapat dari mana alamat rumahku?"

Rahsya tersenyum melihat gadis manis itu, tangannya terangkat membenarkan rambut panjang yang menutupi sebelah matanya.

"Kamu meragukan aku Fida"

Sahut Rahsya, gadis bernama Fida itu mempersilahkan Rahsya untuk memasuki rumahnya, kemudian Fida beralih kedapur untuk membawakan beberapa cemilan dan minum untuk mereka berdua.

"Haha untuk seorang calon dokter sepertimu memang harus dicurigakan Rahsya, dari dulu kamu itu sangat misterius kalau kamu mau tahu."

Fida menduduki tubuhnya di hadapan Rahsya, senyum manisnya masih pada wajah manisnya.

"Gara yang memberikan alamat rumahmu, kamu tahu kan Gara ahli dalam hal itu"

Fida menganggukkan kepalanya setuju, Memang benar, kemampuan seorang Gara tidak bisa ditandingi bahkan kepolisian saja pernah kewalahan dengan kemampuan Gara.

"Lalu.. Apa kunjungan kali ini ada tujuan tertentu Rahsya?"

Fida bertanya lembut, Rahsya menoleh pada Fida dan tersenyum penuh arti.

"Aku ingin meminta bantuanmu Fida. Sebagai calon Psikolog aku yakin kamu bisa membantu masalahku"

Alis Fida terangkat, namun senyumnya masih sama.

"Aku pasti membantu Sya, apa ada seseorang yang kamu khawatirkan?"

Rahsya menatap netra Fida dalam, netra gelap Rahsya seakan memancarkan kepedihan yang dalam. Ada rasa sakit yang Fida rasakan melihat pancaran netra Rahsya.

"Aku yakin dia adalah seseorang yang sangat berarti untuk kamu Rahsya"

Rahsya menunduk dalam kemudian ia kembali melihat Fida, bulir bening itu jatuh dari netra gelapnya.

"Adikku, Daffa.. aku butuh bantuanmu Fida"

Flash Banck off**

Nadia duduk disamping tempat tidur Daffa, sudah seharian Daffa tidak membuka matanya. Daffa masih nyaman dengan mimpi panjangnya, sampai mereka sadar dengan pergerakan kecil dari Daffa. Rahsya dan Bima mulai mendekati ranjang Daffa, lain halnya Fida yang masih setia melihat Daffa dari jauh.

Fida sempat terkejut melihat kondisi Daffa yang jauh dari kata baik-baik saja. Walaupun beberapa memar di tubuhnya sedikit memudar, kakinya yang patah dibalut gips dengan baik, namun tetap saja wajah pucat Daffa menggambarkan betapa lelahnya ia menghadapi waktu yang begitu panjang dan kejam.

Strong Boy [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang