_ S A T U_

26 5 3
                                    

"Kei, jalan yuk tar pulang sekolah" ucap seorang siswa tiba-tiba mendatangiku yang sedang duduk di kantin bersama Alia.
"Dih, ngapain ngajak gue. Ajak tuh pacar baru lo" jawabku terkejut dengan ajakan Radhit yang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba ngajak jalan.
"Putus." Ucapnya singkat dan padat.
"Hah? Gila lo belom ada sebulan Dhit, astaga" sungguh aku makin terkejut dengan ucapannya, bagaimana bisa dia berpacaran dengan seorang adik kelas yang hampir satu tahun selalu mengejar-ngejar Radhit setiap hari namun bertahan barang satu bulan saja tidak bisa?
"Bosen gue. Ribet banget tu bocil tiap hari rewel mulu kayak bayi ga dikasih perhatian sama emaknya"
"Bayi? Lucu dong berarti hahahah" ucapku sedikit mengejek dan memanas-manasi Radhit.
"Dih, apaan si lo. Begitu lo kata lucu. Lucuan juga temen lo" Radhit berkata dengan sangat santai tapi tidak dengan respon Alia yang sedang meminum air putihnya yang langsung tersedak mendengar penuturan Radhit.
"Nyebut lo Dhit. Pacar temen sendiri mau diembat juga. Tobat deh jadi buayanya, capek gue denger lo pamer cewek baru tapi abis tu udah putus" aku menasihati Radhit yang memang sejak kelas 10 selalu disukai oleh banyak siswi bahkan dari sekolah lain.
"Males gue kalo lo lagi jadi ibu peri gini. Cabut deh" Radhit berlalu meninggalkan mejaku dan Alia,  kembali menghampiri teman-temannya di luaran kantin.
Setelah kepergian Radhit, aku dan Alia memutuskan untuk kembali ke kelas karena jam istirahat yang sebentar lagi akan habis.


///


Guru mata pelajaran terakhir hari ini baru saja keluar dari kelasku. Aku dan Alia sedang menata buku-buku pelajaran untuk diletakkan di loker kelas ketika Regan memasuki kelasku untuk menjemput Alia.
"Kei, duluan ya. Regan dah jemput hehehe" Alia berpamitan dengan wajah malu-malu harimaunya.
"Yee dasar bucin, nempel mulu lo berdua" ucapku sarkastik kepada keduanya
"Dih biarin emangnya lo Kei, jomblo mulu dari lahir. Cariin tuh sama Radhit" Regan berucap sambil keluar meninggalkan kelasku bersama Alia.
Aku melangkahkan kaki keluar dari kelasku dan melihat Radhit juga sedang berjalan ke arahku.
"Keiraaaa" ucapnya hendak merangkulku namun aku segera menjauh dari jangkauannya.
"Jangan aneh-aneh lo. Takut gue diserang sama fans-fans lo, tiap ketemu gue bawannya sinis mulu" aku berkata dengan bersungut-sungut karna memang Radhit orangnya suka seenaknya sendiri.
"Bodo amat deh Kei. Gue sukanya sama lo"
"Gue juga suka sama lo. Mana mungkin gue mau temenan sama lo 3 taun kalo gue ga suka sama lo"
"Etdah, pedes banget tu mulut kalo ngomong. Jomblo-jomblo deh lo"
"Buaya mending diem, gini-gini gue punya kali" jawabku membalas ejekan Radhit.

Sesampainya di parkiran, Radhit memberikanku helm yang sengaja Ia bawa karena mungkin dia sudah merencanakan untuk mengantarku pulang. Sejak 3 tahun lalu tepatnya setelah aku lulus SMP, aku meninggalkan panti asuhan yang sudah sejak kecil aku tinggali. Aku awalnya diajak oleh Tante untuk tinggal bersamanya, namun aku menolak dan memilih untuk tinggal di kos sejak kelas 1 SMA dan pada saat itu juga aku mulai mengenal Radhit sebagai satu-satunya temanku karena berada satu kelompok saat MPLS denganku, ketika ada penjurusan, barulah aku mempunyai teman lain dan bisa dibilang satu-satunya selain Radhit, Alia. karena Radhit memilih jurusan IPS dan aku memilih jurusan IPA.

Sepanjang perjalanan, Radhit terus saja mengoceh bertanya bagaimana rasanya menjadi jomblo selama SMA, memang bocah kurang ajar.
"Udah gue bilang, buaya bisa diem gak sih? Panas kuping gue lo ngomul"
"Enak tau Kei punya pacar tuh. Bisa gemes-gemesan, punya penyemangat gitu deh kalo sekolah" memang yang namanya buaya darat tidak ada habisnya berulah.
"Pacar lo paling lama cuma 2 bulan lo ga sadar?!" ucapku jengah dengan bualan buaya satu ini ketika lampu merah menghentikan laju motornya.
"Cieee merhatiin, nungguin gue ya lo Kei? Sabar, tunggu tanggal mainnya"
"Gak Dulu. Buru jalan, dah ijo"
"Kei, Gramed dulu ya"
"Serah lo deh, mau bawa gue ke Korea ketemu pacar gue juga Alhamdulillah" jawabku sudah sangat pasrah dengan tingkahnya.
Sesampainya di gerai buku itu, Radhit langsung menuju ke section buku anak-anak dan melihat-lihat buku latihan membaca sedangkan aku menuju rak yang memajang novel sehingga kami berpisah.
.
"Keira?" seseorang disamping menggumamkan namaku.
"Ya?" aku menoleh dan sedikit terkejut melihat siapa seseorang yang memanggilku tadi
"Beneran Keira kan? Wah ga nyangka bisa ketemu di sini" Oh Tuhan, senyumnya masih sama seperti terakhir kali aku lihat 2 tahun lalu saat hari kelulusannya.
"Hehe iya, Kak Niko kan?" ucapku retoris menanyakan namanya padahal sudah jelas-jelas itu dia, namanya juga grogi ketemu mas crush ☹ Dia mengangguk sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.
"Suka baca novel Kei? Eh lo tau novel itu?" Ia menunjuk novel yang sedang ku pegang.
"Hehe iya kak, baru aja terbit dari twitter" ucapku canggung karna merasa masih grogi berada di dekatnya.
"Authornya temen gua tuh, kating sih tapi gue kenal. Lo mau ketemu orangnya?
"Loh, bukannya Kak Niko dulu keterima di jurusan teknik gitu ya? Kok kenal sama author ini?"
"Wah ngremehin relasi gue lo Kei, hahahah" ucapnya bergurau menyombongkan relasinya.
"Congkak betul" balasku juga bergurau yang kemudian membuat kami tertawa namun terhenti karena kedatangan Radhit.
"Sama Radhit lo ke sininya Kei?" Niko bertanya sambil bersalaman ala lelaki pada umumnya dengan Radhit namun gerak tubuh Radhit tampak kurang nyaman dengan hal itu.
"Iya bang sama gue" belum sempat aku menjawab, Radhit sudah menyela dengan air muka yang kurang enak dipandang.
"Duluan ya bang" imbuhnya menarik tanganku tanpa membiarkanku berpamitan terlebih dahulu pada Kqak Niko.
Sesampainya di kasir, aku melepaskan tautan tangannya dengan kasar dan bertanya mengapa Ia bersikap demikian.
"Dia bukan orang baik Kei. Jangan deket-deket sama dia"
"Apaan sih lo gajelas banget orang cuma ngobrol juga"

"Terserah lo mau sama siapa aja asalkan jangan sama dia Kei. Gue tau lo dulu naksir dia, tapi sekarang jangan lagi" Perkataan Radhit membuat suasana hatiku berubah menjadi tidak baik saat itu juga, aku memalingkan pandangan dan menunggu Ia selesai dengan urusannya.
Di sepanjang perjalanan pulang, hanya suara angin sore yang terdengar di antara aku dan Radhit. Tidak ada obrolan seperti sebelumnya. Saat tiba di depan kosanku juga aku langsung turun tanpa menatap Radhit dan langsung memasuki bangunan kosku.
Aku menjatuhkan tas punggungku di atas kasur dan membuka ponsel. Aku lupa untuk mengucapkan terima kasih pada Radhit tadi.

 Aku lupa untuk mengucapkan terima kasih pada Radhit tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SADANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang