Hai Pembaca setiaaa🖐, hai juga para sider🖐
Tekan vote dan aku tunggu 100 komennya yaaa😾🌺
~~~~~~
Pagi ini Iqal sudah bangun tanpa harus dibangunkan Bik Irma, dia juga sudah mandi tapi semalam Iqal gak sempat minum susu.
Soalnya gak ada yang buatkan, Kara gak ada keluar kamar sama sekali sementara Bik Irma sudah tidur.
Iqal mengenakan mengenakan kemeja hitam yang ugh..terlihat sempurnah ditubuh idealnya.
Dia berjalan riang menuju kamar Kara, dia selalu bersemangat saat membangunkan Kara karena dia bisa melihat wajah cantik Kara yang polos.
Iqal selalu berdebar saat menatap wajah Kara itu.
Saat Iqal hendak membuka pintu kamar Kara, ternyata pintunya dikunci. "Eh? Tumben kak Kara ngunci pintu.." lirih Iqal.
Karena Kara tak pernah mengunci pintu kamar, itu alasan agar Iqal bebas keluar masuk untuk membereskan kamarnya.
"Kak Kara,"
Tok tok tok.
Diam beberapa menit, sampai akhirnya pintu terbuka dan menampilkan Kara yang sudah rapi dengan stelan kantornya.
"Hm? Sedang apa kau Iqal?" panggilan dengan nada tenang itu membuat Iqal membeku.
Pupil matanya mengecil menyadari jika Kara memanggilnya dengan sebutan Kau dan bukan kamu.
"K-kak? Kakak manggil Iqal..kau? Itu sedikit..tak nyaman.." lirih Iqal semakin pelan, terlebih saat tatapan mata Kara tenang sekali.
Tak ada binar bahagia yang biasa Kara berikan saat melihat Iqal, kemana binar yang beberapa hari ini selalu Kara berikan untuknya.
Kenapa dada Iqal sesak sekali, kenapa rasanya Iqal mau menangis menyadari Kara tak sehangat biasanya.
"Apa sih? Kau mau mengatakan bahwa sarapan sudah selesai? Baik aku akan turun." Kara melewati Iqal begitu saja.
Sakit, tenggorokan Iqal sakit sekali rasanya.
"K-kak Kara-"
"Berhenti bicara hal yang tak penting Iqal, cepat turun dan sarapan."
Iqal menunduk dalam, bahunya bergetar pelan disusul isakan dan air mata yang menetes pelan ke lantai.
Kara tau, kalau Iqal sedang menangis tapi Kara tak mau tau.
Biar saja dia berlaku dan menarik garis seperti ini, agar Iqal sadar pada perasaannya sendiri. Iqal selalu bereaksi lebih saat Kara sentuh.
Bahkan ada balasan dari Iqal, dia sudah mencium dahi dan pucuk hidung Kara, namun dia menolak sentuhan Kara lagi.
Berarti Iqal masih tak tau perasaannya bagaimana terhadap Kara.
Maka dari itu Kara membiarkan Iqal alias mengabaikannya.
"Hiks..Iqal nakal ya kak?..hiks..kok kak Kara cuekin Iqal sih..hiks..kakak bahkan gak ngasih ciuman selamat pagi untuk Iqal..hiks.." ujarnya jujur.
Iqal kan memang jujur, dia selalu mengatakan isi hatinya itu bagaimana.
Kara terdiam, seulas senyum tipis dia berikan tapi dengan cepat Kara menghilangkannya.
"Bukankah, kau sendiri yang bilang kalau tak mau lagi ku sentuh? Kau takut pada sentuhanku? Aku hanya tak mau dianggap mesum kalau melakukannya terus." jawab Kara tenang.
Lalu beranjak pergi, Iqal berjongkok memeluk kakinya erat, menangisi sesuatu yang dia sendiri tak tau apa itu.
"Hiks..dada Iqal sakit..hiks..sesak karena kakak cuekin..hiks.." racaunya sembari meremat kuat rambutnya.
Menangisi kebodohan otaknya, dan kenapa juga Iqal gatau apa yang terjadi pada hati dan jantungnya.
Yang akan berdetak kuat saat Kara didekatnya, namun berdenyut nyeri saat Kara mengabaikannya.
"Hiks..mama..hiks..Iqal gamau dicuekin kak Kara..hiks.." tangisnya pilu.
Dia menangis sendirian di depan kamar Kara, dan Kara tak perduli padanya sedikitpun.
Sakit sekali rasanya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
🌺Bersambung😾🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoiled Maid [Tamat]
RomanceCowok manja terpaksa kerja jadi Maid seorang gadis muda. Keluarga yang tiba-tiba jatuh miskin mengharuskan Iqal bekerja menjadi maid seorang gadis yang mau meminjami mereka uang, Iqal sebagai jaminannya. Dia tak bisa melakukan apapun, dia hanya tau...