"Jadi? Bagaimana kabarmu?"
"Baik."
Dan Abdi menatap perut Freya yang membesar. "Kalau tahu kamu pergi dalam keadaan hamil, aku akan mencegahmu dan memperketat pengamanan, agar kamu tidak kabur."
"Aku pergi karena ternyata kamu bersekongkol dengan Mama."
Mata Abdi membelalak kemudian terkekeh. "Astaga! Jadi, kamu mendengar pembicaraanku dengan Tante Lucy?"
Freya mengangguk. "Kamu tahu aku memilih pergi untuk membuat Mas Arnan bahagia."
"Itu yang kamu pikirkan. Tapi nyatanya tidak. Kepergianmu merupakan pukulan terbesar Arnan. Sampai suamimu kecelakaan."
Abdi tahu kalimatnya sudah membuat sedih Freya, dia tersenyum lalu. "Yah!" Tiba-tiba Abdi menepuk kedua pahanya lalu beranjak. Freya seketika itu beranjak berdiri. "Aku sudah melihatmu. Aku senang. Aku berdoa untuk kebahagiaanmu, Fre."
"Abdi, maafkan aku...."
Kepala Abdi menggeleng pelan, wajahnya menunjukkan keceriaan. "Jangan minta maaf ... Kita tidak tahu apa yang terjadi ke depannya. Kita memang belum berjodoh. Itu saja...." Freya tersenyum lembut mengangguk dan raut Abdi semakin ceria. "Arnan sudah berubah. Tinggal sedikit lagi. Kamu bersabarlah. Aku yakin dia akan menyatakan cintanya padamu...."
Rona merah langsung menghiasi wajah Freya. Seketika Abdi terkekeh, mirip dengan Arnan. Benar-benar, mereka berdua memang jodoh. Pikiran itu membuat hati Abdi terluka. Seandainya dia meraih Freya lebih dulu daripada Arnan, mungkin sekarang keadaannya berbeda.
Setelah Abdi pamit, melambai bahagia pada Freya. Dalam hati, dia terus berdoa untuk kebahagian Freya.
Kamu sudah lama menderita, Fre. Kali ini Tuhan akan memberimu banyak kebahagian. Kamu dan Arnan akan bahagia bersama anak-anakmu. Aku selalu berdoa untuk kebahagian kalian....
***
"Kamu bermuka tebal ternyata."
Lolita melangkah memasuki halaman rumah Arnan, dia sudah tidak bisa berpikir jernih. Setelah mendapatkan tamparan keras dari Papanya, dia begitu marah pada Freya. Kenapa? Kenapa perempuan itu harus kembali?
Kedua tangannya terlipat di depan dada memandang Freya. "Jangan bangga dulu kamu, Fre. Arnan membawamu kembali karena dia ingin mengambil anak itu. Setelah kamu bercerai, kami akan menikah dan merawat anak itu bersama."
"Kamu tidak punya malu, ya, Loli?"
Terkejut mendengar ucapan Freya, tanpa sadar Lolita melangkah mundur. Tubuhnya tiba-tiba bergetar.
"Kamu datang ke sini untuk memprovokasi ku lagi, kan?" Sebelah alis Freya terangkat. "Urungkan niatmu, karena semua itu sia-sia."
Matanya membelalak. Beraninya Freya mengatakan itu. "Kamu—"
"Aku dan Mas Arnan akan merawat bayi kami. Hubungan kami baik-baik saja. Aku akan kembali memperjuangkan cintaku."
"Arnan tidak mencintaimu! Apa kamu bodoh! Kamu hanya alat balas dendamnya!" teriak Lolita frustrasi. Arnan tidak mencintai Freya, dia hanya milik Lolita.
"Aku tidak peduli. Mas Arnan sendiri meminta kesempatan. Kamu tidak bisa lagi memprovokasiku, Loli ... Aku hanya percaya dengan apa yang dikatakan Mas Arnan...."
"Apa kamu tahu?! Aku yang sudah menjaga Arnan selama dia koma dan merawatnya sampai sekarang, dan kamu sendiri?" Lolita terkekeh. "Kamu lah yang menyebabkan Arnan kecelakaan. Seharusnya kamu berkaca, apa kamu tidak memiliki rasa malu, Fre?!"
Freya diam mencengkeram selang air. Dia ingin sekali mengarahkan selang air itu pada Lolita, membuat perempuan itu basah. Saat tekadnya sudah bulat mengarahkan selang air pada Lolita, tiba-tiba suara Arnan membuatnya terkejut.
"Terima kasih karena menemaniku saat itu. Aku berhutang budi padamu."
Kali ini ganti tubuh Lolita yang menegang, perempuan itu berbalik dengan raut terkejut.
"Arnan? Kamu—"
"Aku akan menjelaskannya di sini. Agar tidak terjadi kesalahpahaman."
"Itu—" Lolita berbalik menatap Freya sekilas kemudian beralih kembali pada Arnan, perempuan itu mendekati Arnan. "Kamu sudah dari tadi di situ?"
Arnan mengangguk santai. Hal itu malah membuat Lolita ketakutan. "Sejak kamu mengatakan 'Jangan bangga dulu kamu, Fre.'"
"Arnan, jangan salah paham begitu. Aku hanya—"
"Sekali lagi terima kasih sudah membantuku saat itu. Dan maaf, apa yang kamu katakan pada Freya tidak akan terjadi. Aku dan Freya tidak akan bercerai, kami akan bersama menjaga bayi-bayi kami."
Mata Lolita membelalak. Bibirnya ternganga.
"Oh, ya ... Ngomong-ngomong, aku juga tidak berminat lagi pada dunia politik. Cukup Arsen. Aku menyadari semua sebelum kecelakaan. Kuakui sebelum itu aku ingin kembali aktif dalam politik, tapi—"
Arnan sengaja menjeda ucapannya dan menatap Freya dengan senyuman. "Kehidupanku sekarang sudah cukup. Semuanya lebih dari cukup, Loli. Aku menerima takdirku sekarang, aku akan berusaha sebaik mungkin menjalani kehidupanku sekarang. Apa yang aku miliki sekarang akan aku jaga."
Bibir Lolita bergetar. "Arnan kamu...."
"Jangan merusak rumah tanggaku. Kamu perempuan baik, Loli. Kamu juga akan mendapatkan lelaki yang baik pula."
Freya terdiam, dia tidak bisa melihat ekspresi Lolita, namun mendengar dari nada bicaranya yang bergetar, dia yakin perempuan itu seakan hendak menangis dan benar saja, Lolita berbalik menatapnya dengan kedua mata yang sudah basah.
Dia hanya menatap Freya dengan bibir terkatup rapat kemudian berbalik menatap Arnan lagi.
"Semoga kamu bahagia, Arnan."
Dan Lolita pergi setelah mengatakan itu.
***
Oke, akhirnya publish cerita baru 🎉
Yang sudah baca Still With You, kalian sudah tidak asing dengan dua tokoh dari cerita ini 😂
Yang belum baca Still With You, silahkan langsung ke Lapak mereka di App CABACA, terbit setiap hari Rabu.
Oh ya, baru Prolog oke. Habis ini saya publish Bab 1 😂
Oh ya, silahkan ramaikan komentar kalian agar saya benar-benar semangat dan siap melanjutkan cerita ini karena kalian juga antusias 🤭
Tetap tekan 🌟 dan tinggalkan komentar kalian, oke 😘
Masukkan cerita ini di perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan update ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Roman d'amourSama-sama mengalami patah hati dan berakhir dalam cinta satu malam, kini Radi dan Lolita harus menjalani pernikahan, walau keduanya sama-sama masih memendam rasa untuk orang lain. Itu yang mereka pikirkan dan yakini, sampai waktu terus berputar, apa...