Bab 2 | Hentikan!

725 82 13
                                    

Tepuk tangan meriah di dapatkan Radi setelah dia menyelesaikan sambutannya. Tanpa menunggu Hendra menyusulnya, Radi memilih langsung turun dari panggung. Dia harus segera mencari Lolita. Sejak kepergian Lolita, ada perasaan aneh yang menyelimutinya.

"Pak! Pak! Pak Radi!"

Seakan tersadar, Radi seketika berhenti melangkah. Dia menoleh, tepat berhadapan dengan Hendra. "Ada apa?"

"Anda mau kemana? Pak Axel sudah menunggu Anda...."

"Oh!" Radi seakan tersadar. "Atur lagi! Aku harus pergi...."

"Pak Radi?"

"Aku bilang aku harus pergi!" Bentakan penuh penekanan membuat Hendra tertegun. Sikap Radi yang seperti ini terakhir kali diperlihatkan saat Radi marah karena Freya lebih memilih Arnan.

"Ba-baik, Pak."

Radi langsung melangkah keluar Ballroom. Tidak jauh darinya, Bresi dan Mona melangkah menuju Ballroom.

"Lupakan saja. Pura-pura saja tidak bertemu. Kita keluar dari Ballroom dan pergi ke kamar mandi. Mudah, kan? Tenang saja...." Bresi berkata kemudian sudut matanya menangkap Radi yang mendekat, dia menyenggol lengan Mona. Kedua perempuan itu lantas berhenti melangkah saat Radi melewati mereka namun Bresi segera menghentikan langkah Radi.

"Ya?" Radi berbalik, menanggapi dengan tenang, tapi tidak dengan perasaan berkecambuk dalam dadanya.

Bresi tersenyum malu kemudian mengeluarkan kartu namanya miliknya dari dalam pouch. "Ini kartu nama saya."

Radi menerima, membaca sekilas. "Ya." Setelah itu Radi hendak melangkah namun dihentikan kembali oleh panggilan pelan Bresi. Perempuan itu menyenggol lengan Mona, memberikan kode supaya temannya juga memberikan kartu namanya.

Mona segera memberikan kartu namanya. Radi menerimanya, membaca sekilas kemudian memasukkan kedua kartu nama itu didalam saku dalam jasnya. "Ya. Terima kasih. Permisi...." Kali ini Radi melangkah pergi dan belum sempat jauh, Bresi berseru.

"Jika membutuhkan model, Anda bisa menghubungi kami!"

Dia mendengar seruan Bresi namun Radi memilih terus melangkah. Langkahnya semakin cepat. Perasaan cemas menyelimuti. Langkahnya semakin dekat dengan kolam renang hotel. Namun tidak ada siapa-siapa di sana, Radi berbalik hendak melangkah saat dia menyadari sepatu siapa yang tergeletak di lantai marmer dekat kolam.

Buru-buru Radi mendekat dan tepat saat itu juga, dia mendengar bunyi air. Sesuatu terlihat dari tempatnya sekarang. Sebuah tangan mencoba menggapai.

"Sial!" Segeranya dilepas jas dan kedua sepatunya sebelum akhirnya menyelam ke dalam kolam renang. Matanya membelalak mengenali gaun beledu warna merah yang dikenakan Lolita.

Itu Lolita!

Radi menggapai tubuh Lolita dan membawanya ke atas permukaan. "Loli! Loli! Hei!" Teriak Radi, dia menatap sekeliling yang sunyi. "Sial! Kemana semua orang?!" Radi berenang seraya membawa tubuh Lolita ke pinggir kolam. Dengan satu gerakan, tubuh Lolita berada di pinggir kolam renang, Radi menyusul naik ke pinggir kolam.

Kepala Radi miring mendekat, mencoba merasakan hembusan napas Lolita seraya melihat pergerakan dada Lolita, saat tidak merasakan napas dan tidak ada gerakan dada, Radi memegang pergelangan tangan perempuan itu.

"Loli!" Teriaknya kemudian lalu melakukan pertolongan pertama. Radi melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dan bergantian memberi napas buatan. "Loli! Sadarlah!" Teriaknya seraya melakukan CPR, kemudian memberikan napas buatan.

Dinginnya malam membuat seluruh tubuh Radi seakan mati. Buku-buku jarinya sudah memutih ditambah bayangan buruk  yang memenuhi kepalanya tambah membuat Radi menggila.

Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang