Ujung pensil yang runcing menggores kertas putih berpadu gerakan tangan yang lincah menghasilkan sebuah desain gaun malam. Arsiran demi arsiran mempercantik dan membentuk garis elegan. Warna hitam abu-abu menyatu dalam warna kertas menciptakan maha karya. Senyum tipis pemilik maha karya menunjukkan kepuasan.
"Mbak Loli!"
Yang dipanggil menoleh, di sana terlihat perempuan berkacamata melambaikan buku sketsanya yang bersampul cokelat. Bibirnya bergerak membentuk kalimat tanpa suara, reflek Lolita mengikut gerak bibir itu lalu mengangguk, perempuan berkacamata itu tersenyum kemudian berbalik pergi.
Tangan Lolita bergerak lincah memberikan sentuhan terakhir pada desain gaunnya, lalu membubuhkan tanda tangan di pojok kanan bagian bawah dari kertas sketsanya—menunjukkan identitas miliknya, kemudian menyimpan sketsa itu, mengambil buku sketsa lainnya dan beranjak keluar dari ruangannya.
Cici, rekan sekubikelnya baru saja memintanya datang ke ruang Bu Anggun. Cici adalah seniornya walau umur Cici lebih muda darinya. Lolita tahu dia baru di sini, semua hal yang dia lakukan baru untuknya. Tapi semua itu sudah dia tekad. Lolita akan mengubah hidupnya, keluar dari lingkaran merah penuh intrik yang dibuat Ayahnya.
Langkah kaki Lolita berhenti tepat didepan pintu. Dia memeluk buku sketsanya, mengatur napas. Dia siap. Ini pertama kalinya setelah dua bulan dia bekerja di sini, sketsa miliknya akan di nilai langsung, jika dulu dia hanya memberikan sketsa-sketsa model lama pada pihak pewawancara saat itu, sedangkan Bu Anggun selaku pewawancara juga, saat itu berhalangan hadir. Ini akan menjadi kali pertamanya bertemu perempuan itu.
Cici membukakan pintu, dia tersenyum memberikan semangat pada Loli. Setelah berpamitan singkat dengan Bu Anggun, perempuan itu meninggalkan Lolita setelah menepuk bahunya dua kali dan berbisik.
"Kamu pasti bisa. Desainmu luar biasa. Bu Anggun pasti akan menyukainya."
Pintu tertutup dibalik punggungnya membuat tubuh Lolita menegang. Belum pernah dia merasakan hal semacam ini.
"Lolita? 'L' aku terkesan dengan sketsa pakaian model lama yang kamu kumpulkan saat wawancara." Bu Anggun berbicara tanpa menatap Lolita, perempuan paruh baya itu sibuk meneliti buku sketsa. "Karena desain pakaian itu, aku menerimamu." Perlahan Bu Anggun meletakkan buku sketsa itu dan memandang Lolita sepenuhnya, kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum, dan hal itu menular pada Lolita. Tubuhnya berubah rileks.
"Ini pertemuan pertama kita setelah dua bulan kamu bekerja. Aku sudah melihat semua desain milikmu. Aku menyukainya dan...." Bu Anggun sengaja menjeda kalimatnya, tubuhnya bersandar pada sandaran kursi, kedua tangannya terlipat di depan dada memandang Lolita. "Desainmu cocok untuk tema kita bulan depan. Kita akan meluncurkan style klasik namun tetap bisa dipandang modern di tengah trend!" Bu Anggun mulai terdengar antusias. "Bagaimana Lolita? Kamu mau menerimanya? Aku butuh banyak desain!"
"Ya. Saya akan menerimanya, Bu! Saya akan menerimanya!"
Bu Anggun tersenyum lebar, dia tahu perempuan di hadapannya ini berbeda. Sejak awal dia menerima sketsa desain Lolita saat sedang kunjungan kerja, Anggun sudah terpikat.
***
Terik matahari siang menyengat kuat di kulit. Beberapa dari lelaki memakai setelan jas hitam sibuk mengipasi diri mereka sendiri, ada yang menggunakan tangan, ada yang menggunakan map berisi materi presentasi hari ini.
Cuaca tropis benar-benar terasa di sini, padahal sudah ada banyak pohon kelapa yang di tanam, namun teriknya masih saja menyengat kulit. Kondisi itu tidak membuat Radi risau. Lelaki itu tetap berdiri tegap mendengarkan penjelasan manager hotel perihal kondisi resort miliknya yang sebentar lagi diresmikan. Memang resort ini sudah dibuka seminggu lalu, namun acara resminya baru tiga hari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
RomanceSama-sama mengalami patah hati dan berakhir dalam cinta satu malam, kini Radi dan Lolita harus menjalani pernikahan, walau keduanya sama-sama masih memendam rasa untuk orang lain. Itu yang mereka pikirkan dan yakini, sampai waktu terus berputar, apa...