Kata orang kota Jakarta itu keras. Aku rasa memang kata itu sangat cocok mendiskripsikan bagaimana keadaan kota itu sekarang. Bangunan pencakar langit ada dimana mana, jalan yang selalu dipadati oleh banyak kendaraan. Bahkan banyaknya pencuri, orang jahat atau pengemis di sepanjang jalan. Bagi kaum awam pasti memang hal yang aneh atau mungkin bisa dibilang mereka pasti tidak akan nyaman di hari hari pertama mereka disini. Tapi mungkin bagiku hal seperti itu ya wajar saja karena aku memang hidup di sini. Jakarta memang kota kelahiranku. Kota dimana aku dan sanak saudaraku berada dan menetap selama bertahun tahun. Banyak orang mengganggap masyarakat di kota ini cenderung bersifat individualisme. Aku rasa memang benar walaupun kebanyakan juga ada yang tidak.
Namaku Kyle Siregar, kebanyakan orang mengira aku bukan orang Indonesia karena mungkin namaku memang asing di telinga orang pribumi di sini. Apalagi ditambah kata Siregar, banyak yang mengira kalau aku dari luar Jawa. Padahal kenyataannya, keluarga besarku asli keturunan Betawi. Tidak ada darah campuran dari luar negeri atau luar Jawa. Memang wajahku sedikit berbeda dibanding saudaraku yang lain. Banyak yang menyanjung diriku karena wajahku lebih tampan dibanding saudara saudaraku. Aku menganggap hal itu biasa saja karena bagiku buat apa tampan nanti juga tua pasti kembali jelek. Kepribadianku juga jelas berbeda dengan saudara saudaraku. Aku dikenal dengan anak yang keras kepala dan nakal. Bagaimana tidak? Kehidupanku di kota metropolitan ini sudah tidak beraturan. Keluar malam, pergi ke berbagai pesta, bergaul dengan dengan berbagai kalangan, bahkan masih banyak lagi kelakuanku yang bisa membuat geleng kepala. Keluargaku sudah tahu akan hal itu. Mereka juga sudah berkali kali menasehatiku. Tapi karena prinsipku "Manfaatkan lah masa muda dengan hal yang membuatmu bahagia" jadi begitulah diriku.
Pagi itu suara dentuman musik rock barat mengisi area kamar tidurku. Aku yang pagi itu hanya duduk didepan komputerku sambil bermain game merasa terganggu dengan adanya suara ketukan di pintu kamarku.
"Kyle keluar sarapan ayo. Bi Ijah sudah masak lo. Buruan"kata ibu mengetuk pintu kamarku berkali kali
Aku yang mendengar suara itu langsung keluar sambil mengenakan kaosku. Diluar sudah banyak anggota keluargaku yang sudah duduk di tempatnya masing masing. Memang rumah ini rumah nenek dan kakekku, mereka memutuskan bahwa seluruh anak dan cucunya akan tinggal disini selama mereka masih hidup. Oleh karena itu rumah ini selalu ramai setiap harinya. Itu yang membuatku jengkel karena suasana hidupku tidak bisa tenang. Ruang makan langsung hening ketika kami mulai menyantap makanan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang menghiasi ruangan ini.
"Dua minggu dari sekarang akan ada acara keluarga" kata kakek memecah keheningan
"Acara apa pak?" Kata pamanku
"Jelas kamu lebih muda dibanding bapak. Kenapa lupa?"kata kakek heran
"Pasti acara arisan keluarga"kata bibi menyahut
"Tahun ini tidak beda dengan tahun kemarin. Tuan rumah kali ini bukan nenek lho. Tapi adiknya nenek. Masih ingat kan kalian yang rumahnya Bandung itu."jelas nenek
"Oo" kata kami serempak tidak kecuali aku yang hanya diam dari tadi
"Adat kita juga jangan lupa. Mad, jangan lupa kamu yang kebagian mengatur kegiatan"kata kakek kepada ayahku, Ahmad
"Iya pak"
"Tari lagi? Dasar kuno" ucapku dan langsung beranjak pergi
Seketika ruangan kembali hening setelah kepergianku
"Kyle kapan berubah?" Kata Dian sepupuku
"Entahlah"sambung ibuku
Aku langsung menyambar jaket di kursi kamarku dan keluar mengendarai motor ninjaku. Seperti biasa aku pergi ke tempat berkumpulnya teman temanku.
"Woy muka ditekuk dari tadi. Kenapa?"tanya mereka
"Biasa"jawabku
"Dasar keluarga aneh. Masih saja adat kaya gitu dipertahanin. Kuno tau gak"kata Juno sohibku
"Ah tarian apa lagi yang ditampilkan tahun ini. Atau mungkin bukan tarian"kataku menerka nerka.
Keesokan harinya aku baru kembali ke rumah. Tadi malam setelah aku ke tempat berkumpul, aku menuju klub malam. Hanya menari nari saja tidak lebih itu juga terpaksa karena aku diajak sekelompok wanita disana.
"Dari mana kamu? Nenek cari tadi" kata Dian
"Urusin saja hidup kamu. Aku tidak ingin kau ikut campur dengan hidupku." Kataku ketus
"Terserah , aku bicara baik baik situ nyolot aja sih, ya udah yang penting aku sudah menyampaikan pesan dari nenek." Dian langsung pergi meninggalkanku
Aku memasuki kamar dan langsung mandi. Sungguh nikmat yang hakiki, dikala badan letih, pegal, dan banyak pikiran seketika hilang akibat guyuran air dingin menerpa kepalaku. Selesai mandi aku langsung merebahkan tubuhku di kasur sambil memainkan telepon genggamku. Suara musik musik barat masih terputar di area kamarku, selalu karena ini memang gaya hidupku. Tak lama akupun tertidur, tanpa sadar kalau perutku sedari tadi meronta meminta sarapan.
Gelap itu yang aku lihat. Aku tidak tahu ini mimpi atau bukan. Seingatku ruang kamarku tadi sangat terang berbeda dengan keadaan ini. Gelap gulita dan lembab. Aku berkali kali mengerjabkan mataku hingga muncul titik cahaya yang lama kelamaan semakin dekat dengan tubuhku dan ya aku tidak bisa melihat lagi apa yang terjadi setelah itu. Lama hingga akhirnya aku sadar bahwa saat itu aku berada di sebuah ruangan penuh dengan gamelan dan beberapa penari. Aku terkejut pastinya melihat hal ini. Baru saja kakiku ingin melangkah tiba tiba tubuhku terasa seperti terpelanting jauh kebelakang hingga akhirnya aku sadar dari alam bawah sadarku. Keringat membasahi sekujur tubuhku, jantung berdegub kencang dan entahlah aku bingung.
"Mimpi apa tadi?" Ucapku terengah engah.
------------------------------------------------------------
Hai hai setelah lama hiatus, i am back eheheh, bagaimana? next lagi apa tidak ,,
Nb : ini nanti kontennya cerita pendek ya eheh yang ringan aja dulu, enjoy guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
Детектив / ТриллерBahkan tanpa kalian sadari, ada beberapa hal yang sengaja ataupun tidak dilupakan dari dunia ini. Sejarah?Teka teki? terus berputar di alam semesta ini. "Mereka mengenakan topeng" seutas kalimat yang terucap