Semuanya sudah berkumpul di ruang tamu, Mama sudah asik dengan Tante Ana dan Kak Nindi, begitu Papa tengah mengobrol dengan Om Andi, entahlah apa yang mereka bicarakan. Kalau memaksakan mendengar juga yang ada Yumna pusing, bahasan mereka beda zaman juga beda level.
Kak Juan? kayaknya lagi coba menyimak obrolan Papa, tapi berani taruhan pasti gak bakalan nyambung juga. Jadi, tinggal Yumna saja yang gak punya kerjaan, Yumna segera bangkit dari kursi hendak mengambil handphone nya di kamar, namun ia mendengar suara bayi menangis. aah si bontot bangun. Yumna yang tadinya ingin mengambil handphone pun tidak jadi, dan malah masuk ke kamar tidur Mama dan Papa untuk mengambil si bungsu.
Yumna segera menggendong Arkan, sedikit mengayun-ayun agar Arkan bisa tidur kembali. Namun nampaknya Arkan tidak mau terlelap, Yumna pun membawa Arkan ke luar kamar dan duduk di kursi belakang rumah.
Yumna lagi-lagi terkejut, karena ternyata Juan menghampirinya yang tengah menggendong Arkan. Tanpa berkata, Juan meraih dan menggendong Arkan dari gendongan Yumna. dan anehnya Arkan tidak menangis, malah Arkan mengistirahatkan kepalanya ke dada Juan.
sa ae ni bocah, pikir Yumna.
"Kak, duduk disini takutnya pegel" Yumna mempersilahkan Juan untuk duduk di sebelahnya.
Juan pun langsung duduk di sebelah Yumna, selagi duduk Juan membenarkan posisi Arkan yang mulai terlelap. Suasana tiba-tiba menjadi canggung, baik Yumna maupun Juan bingung untuk bicara, nampaknya tidak ada dari mereka yang ingin membuka mulut.
Krik Krik...
Plis deh jangan hiperbola wkwk, mana ada jangkrik di kota wkwk.
Akhirnya Juan membuka mulutnya "Una?" ada jeda dalam ucapannya. "Hmm bolehkan aku panggil kamu Una?" lanjut Juan.
Yumna yang merasa asing dengan nama panggilan itu hanya bisa mengangguk setuju, "Boleh kak" jawab Yumna
"Katanya kamu mau daftar ke Universitas Utama ya?" kata Juan, sambil melirik ke arah Arkan takutnya terbangun "Ambil jurusan apa?" lanjutnya pelan.
"Iya Kak aku ambil jurusan Akuntansi, mohon doanya ya biar aku lolos penyeleksian" jawab Yumna tidak melirik Juan melainkan melihat Arkan yang tengah tidur terlelap dengan damai.
"Aamiin, udah kirim berkasnya?" tanya Juan lagi.
Kali ini Yumna lebih tenang, tidak grogi seperti sebelumnya. "Belum Ka, baru aja hari ini ngelengkapin berkasnya" tutur Yumna pada Juan.
Lagi-lagi Juan mengangguk paham. "Besok, aku antar kesana" kata Juan sambil bangkit dari kursi. "Ini Arkan tidurin dimana?" tanya Juan pada Yumna.
Yumna juga ikut bangkit dan mengambil alih Arkan dari gendongan Juan. Yumna berjalan masuk ke dalam rumah untuk membaringkan Arkan, tanpa ia sadari Juan mengekor kemana Yumna pergi. Tapi sepertinya Yumna terlalu percaya diri, karena Juan malah bergabung dengan bapak bapak bukan mengikuti dia.
Dahlah, berharap apa sih elu.
-o0o-
Tak terasa waktu berlalu begitu saja, langit sore berubah menjadi gelap. Kak Juan dan keluargapun bersiap-siap untuk pulang. Sebenarnya Yumna tidak terlalu menyimak apa yang dibicarakan oleh keluarganya dan keluarga kak Juan. Tapi kesimpulannya, tanggal pernikahan Yumna dan Juan itu kurang dari 2 bulan lagi.
Yumna bingung, dia hamil juga tidak, dikatakan tidak laku juga engga. tapi kenapa Mama minta Yumna untuk segera menikah? Papa Yumna yang biasanya tidak tertarik, sangat berbeda dengan pembahasan pernikahan Yumna, Papa cenderung lebih cerewet dari Mama. Apakah pernikahannya karena uang? Masa sih, Yumna tidak percaya kalau alasannya karena itu.
"Juan, Tante titip Yumna ya. Bantu Yumna menyelesaikan pendaftaran kuliahnya. Tante percayakan Yumna pada kamu dari sekarang" pinta Mama sebelum para tamu itu meninggalkan pekarangan rumahnya.
Mungkin kalian bingung, kenapa di antara kami berdua tidak ada yang protes? Bahkan tak terlihat gelagat dari Kak Juan untuk menolak atau apalah bentuk protes lainnya, kesannya kak Juan manut aja dari awal. Yumna juga tidak paham pada dirinya sendiri, kenapa dia menyerah semudah ini, biasanya dia selalu berada di barisan paling depan kalau terkait protes. Yumna merasa seberapa usaha dia protes, dia tetap tidak akan menang kali ini.
Entahlah apa yang direncanakan oleh Mama dan Papa, tapi Yumna bersyukur dia tidak di nikahkan dengan laki-laki tua dan setidaknya dia dinikahkan dengan laki-laki ganteng, itu sih yang paling penting. Hahaha
Yumna mendaratkan pantatnya ke atas sofa ruang tamu, merilekskan urat-uratnya yang sedari tadi tegang. Yumna mengambil handphone Mamanya dan membuka aplikasi insta. "Ma, nama lengkap kak Juan apa?" tanya Yumna ketika Mama nya sudah kembali dari luar.
"Juan Prananda Adhitama"
"Juan Pra-" ulang Yumna sambil mengetukkan tangannya di atas benda pipih itu. Belum selesai dia mengetik, akun yang tengah dia cari sudah muncul dibagian paling atas. Dengan rasa ingin tahu, Yumna mengetuk akun tersebut.
Wadidaw Jiwa ketika Yumna melirik jumlah followers nya, Kak Juan nih selebgram? kok banyak bener followersnya, Yumna jadi minder nih. Apa jangan-jangan kak Juan juga stalker akun Yumna, duh mau disimpan dimana, mana feed Yumna berantakan gitu, gak pernah diurus.
Yumna langsung mengetuk button kembali, dahlah Yumna gak kuat buat stalkernya, keburu mental breakdance- eh breakdown wkwk. Yumna mengembalikan handphone Mama ke tempat asalnya dan setelah itu Yumna ingin ke kamarnya untuk menyiapkan baju.
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Itu Suamiku
FanfictionSore ini aku mendapat pesan dari Mama, pesan ini singkat namun sangat berefek. 'Cepet pulang, Na. Keluarga calon suamimu akan segera sampai' itu pesan yang Mama kirim. Aku diam membisu, masih berdiri disini, di tempat biasa aku menunggu ojek online...