Aku bebaring menatap langit langit kamarku. Pikiranku melayang jauh mengingat pria yang telah mengisi hatiku. ALI. ya bahkan mungkin pria ini masih ada di hatiku.
Aku tersenyum tipis mengingat kejadian itu. Saat Ali memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Kejadian itu membuat duniaku seolah berhenti berputar.
Aku merasa dadaku sesak seketika setiap kali aku mengingatnya. Dan bodohnya aku yang masih saja mengingat kejadian itu. Bahkan aku mengingat semua kejadian dari awal aku bertemu dengannya.
Aku meneteskan air mataku. Aku memejamkan mataku membiarkan tetesan itu berjatuhan. Tidak aku bukan menangis. Hanya saja... aku begitu merasakan perih yang bergejolak didadaku.
Aku masih mengingat senyumnya, suaranya, tawanya, bahkan aku masih mengingat kata kata yang membuat dadaku sesak saat mendengarnya. Aku masih ingat jelas aroma tubuhnya. Rambut dan Mata hitam pekatnya yang tajam seperti elang. Sentuhannya yang lembut dan bahkan aku mengingat jelas cara dia berjalan.
Aku mengingat semua tentangnya setiap kali aku memejamkan mataku. Aku tersenyum getir di sela sela air mataku ini aku begitu menyadari ini semua hanya tinggal kenangan.
Ku usap pelan dadaku. Berharap perih itu sedikit memudar. Bagiku Semuanya terasa menyakitkan. Menyakitkan untuk sebuah perasaan. Perasaan yang aku sendiri tidak pernah bisa memahaminya. Tapi ku rasa semua ini memang salahku. Salahku telah mencintai seseorang dengan begitu besar.
Tapi sekarang aku berani menghapus air mataku untuk tidak mengingatnya lagi. Aku berjanji tidak akan pernah membencinya. Aku hanya ingin bersikap normal seolah aku tak pernah punya perasaan kepadanya.
Aku membuka ponselku. Dan mulai menghapus semua memoryku yang berkaitan tentang Ali. Bahkan nomor telepon dan kontak lainnya di sosial media aku menghapusnya. Aku tak pernah ingin melihat kembali kenangan itu.
.
.
Ponselku berdering ku lihat nama Halik di layar. Seketika aku tersenyum melihat nama itu muncul dan menghubungiku. Entah aku tak ingin mengartikan pertanda apa ini ?
"Hallo." Sapaku.
"Hallo prill. Lagi apa ? Koq belum tidur ?" Tanyanya.
"Gpp. Lagi santai aja. Masih sore kali hihi."
"Oh iya yah hehe. Mau keluar gak ?" Tanyanya lagi.
"Keluar kemana ?"
"Cari makan or something. Atau mau sekedar cari angin ?"
"Mmm.. boleh juga." Ucapku tanpa menimbang nimbang lagi. Karena jujur akupun sedang bosan berkutat terus dengan pikiranku tentang Ali. Dan sepertinya aku butuh teman atau refreshing.
"Oke turunlah kalo gitu. Aku udah ada di bawah kamar kamu."
Aku memekik mendengar ucapannya. Aku sedikit berlari ke arah balkon dan melihat kebawah karena kebetulan lantai kamarku tidak terlalu di atas sehingga aku bisa dengan jelas melihat halik tersenyum duduk di atas motor besarnya dan melambaikan tangannya padaku.
Aku membalas senyumannya dan menggelengkan kepalaku.
"Sepertinya kamu belum pernah nunggu cewek dandan sebelumnya." Candaku melalui telepon yang masih tersambung.
"We'll see" ucapnya terkekeh. Lalu ku tutup teleponnya dan mulai bersiap siap mengangganti pakaianku dan langsung turun menghampirinya.
Mungkin inilah saatnya dimana aku harus membuka hatiku. Menyambut kedatangan orang baru. tentu saja untuk menggatikan posisinya di hatiku. Walau rasanya tidak akan secepat yang ku pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
RandomTidak ada Hal yang lebih menyakitkan dari menyakiti diri sendiri. disakiti memang sakit. tapi setidaknya ada yang bisa di salahkan. tapi aku ? aku menyakiti diriku sendiri. tak ada yang bisa ku salahkan selain aku. melihatnya tertawa bersama oran...