Enam

3.9K 213 2
                                    

Prilly mangadahkan pandangannya ke langit ia memejamkan mata dan tersenyum.
Halik yang melihat tingkah orang paling di cintainya saat ini ikut tersenyum dan memeluk wanita mungil ini dari belakang.

Membuat prilly sedikit terhentak namun ia tak melepaskan pelukan itu.

"Kamu bahagia ?" Tanya halik pada prilly.

"Aku bahagia. Makasih." Ucap prilly

Halik menundukan kepalanya mencium bau wangi pundak prilly. Prilly sedikit mengerang ada rasa risih namun ia berusaha menutupinya.

"Tempat ini indah. Aku suka." Ucap prilly lagi. Matanya memutar melihat senja di sore hari. Mereka sedang berada di atas bangunan 3 lantai tepat paling atas beratapkan langit biru yang sedikit berwarna orange karena senja.  Bangunan ini sedang dalam proses pembangunan namun terbengkalai. Di lihat dari semen semen yang sudah menghitam dan rumput rumput kecil yang mulai tumbuh di sela sela tembok.

"Ayok kita pulang." Ajak prilly setelah langit sudah menenggelamkan matahari.

Halik mengangguk dan menggandeng tangan prilly membantunya menuruni anak tangga tanpa tiang.

.

"Makasih yaa halik buat hari ini." Ucap prilly pada halik setelah sampai tepat di depan apartmentnya.

Halik tersenyum. Menatap prilly lekat. "Prill."
"Yah.."

Prilly merasa jantungnya berpacu lebih cepat saat halik menggenggam tangan prilly sementara satu tangannya memegang dagu prilly. Halik mendekatkan wajahnya Sementara ia menarik dagu prilly agar mendekat. Semakin dekat hingga hidung mereka sudah bersentuhan. Prilly tak mampu menahan lagi detak jantungnya yang semakin menggebu. Ia memajamkan matanya. Dan saat itu pula bayangan Ali tersenyum muncul di dalam matanya yang terpejam. Kali ini bibir halik hampir menyentuh bibir prilly. Namun saat itu juga prilly menjauhkan wajahnya dari halik dan langsung menunduk.

"Maaf." Ucap halik.

Prilly menggeleng. "Aku harus masuk halik. Makasih." Ucap prilly membuka pintu mobil halik dan sedikit berjalan cepat menuju apartementnya tanpa menoleh lagi.

Halik hanya bisa melihat punggung wanita itu dengan nanar dan menyesal.

.

Prilly memegang bibir bawahnya. Ia bersandar pada bilik pintu apartement kejadian barusan membuat perasaannya campur aduk.

Di memejamkan matanya sesaat lalu kemudian menggelengkan kepalanya dia malu sendiri.

Ponselnya berdering dia tersenyum karena pasti halik yang menghubunginya. Ya. Prilly mulai merasa nyaman dengan pria jangkung hitam manis itu meskipun ia belum yakin apakah halik sudah berada di hatinya atau belum.

"Yah halik."

"Prill aku lupa aku punya sesuatu buat aku. Aku puter balik yaa."

"Oke deh.."

Prilly menutup telephonenya. Dia sudah mengangganti bajunya dengan lebih santai. Duduk di ruang tv memainkan handphonenya menunggu halik.

Prilly menoleh ketika terdengar suara ketukan pintu. ia tersenyum Tanpa berpikiran apa apa lagi prilly membuka pintu.

"Ha..." ucapannya terputus. Senyumnya memudar ketika yang dia lihat bukanlah Halik melainkan Ali dengan mata memerah dan rambut acak-acakan. Ali berdiri kaku dengan celana jins dan jaket kulit di hadapan prilly.

"Pri..lly.." ucapnya terbata kemudian

BRUKKKK..

Ali tak kuat lagi menahan bobot tubuhnya. Pandangannya kabur dan ia tersungkur ke hadapan prilly.

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang