Delapan

5.1K 277 21
                                    

Ali pov

Sekarang apa lagi. Aku benar-benar terlambat. Bodohnya aku tak pernah memikirkan perasaan prilly selama ini.
Aku bahkan tidak tahu tentang dia yang begitu terluka karena ulahku.

Halik memintaku menjauh dari prilly. Perkataannya membuatku sadar bahwa aku tidak pantas untuk wanita sebaik prilly. Aku terlalu jauh menyakitinya.

Aku memainkan piano yang biasa prilly mainkan di ruangan musik lama yang nyaris jarang ada orang kesini karena mereka semua pindah ke ruangan musik baru. Tapi aku lebih suka disini karena aku tahu prilly juga lebih suka disini.

Lama aku bermain dengan pikiranku sendiri. Rasanya hidupku hampa sekarang.
Aku mulai jengah aku melangkahkan kaki menuju parkiran. Walaupun jam kuliahku masih ada tapi siapa peduli. Aku hanya ingin tenang sekarang.

Otakku selalu memutar kejadian tadi saat prilly pergi bersama dengan halik ke kantin. Berbeda dengan padaku prilly tidak menjauhi halik. Mereka mungkin saling mencintai sekarang. Aarrrgghhh !! Aku memukul stir mobilku lalu mulai mengemudikannya.

Aku berjalan di sebuah taman. Dulu prilly pernah mengajakku kesini. Aku bukan pria penyuka taman namun ini karena prilly. Satu persatu aku akan mendatangi tempat tempat yang pernah aku datangi bersamanya.

"Aliiiii" aku menoleh ketika seseorang wanita yang ku kenal memanggilku. Nafasku seketika berhenti melihat wanita itu bersama kekasihnya. Aku mencoba merasakan sakit hati yang tidak ku temukan sekarang.

"Hai Angela. Hallo vin. Apa kabar ?" Tanyaku datar pada mereka.

"Baik. Kamu ngapain disini ?" Tanya angela.

"Ah iseng aja koq. Ya udah gue cabut ya."
Ku lihat Davin mengangguk.

"Are you okay Ali ?" Tanya Angela menahan tanganku dan melihat raut kusut wajahku. Aku melirik davin sekilas ku lihat rahangnya mengeras. Aku melepaskan genggaman angela dan berjalan menjauh dari mereka.

Tanpa memperhatikan langkahku. Aku berdiri tepat di depan apartment prilly. Seperti orang tidak waras rasanya. Aku tak menyangka akan separah ini saat aku menyadari prillylah yang sebenarnya ku cintai.

Cukup lama aku menatap apartemen ini seperti orang gila. Aku tersadar saat ku lihat mobil prilly memasuki pintu masuk. Aku segera berlari menjauh dan mengambil mobilku di taman lalu mengemudikannya sampai rumah.

Flashback on

Aku sekarang berdiri disebuah taman bunga bersama prilly. Ya aku tau prilly sangat menyukai bunga dan taman oleh karena itu aku mengajaknya kesini. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Prilly tak meminta apapun dariku selain meminta waktuku untuk bersamanya seharian ini.

Aku sudah berjanji menemaninya hari ini dan membawanya kesini.

"Kamu suka ?" Tanyaku.

"Ini hebat. Makasih yaa" ucapnya mengaikan tangannya pada lenganku.

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan dan tersenyum ke arahnya.

"Li.. " panggilnya saat kami berdua sudah duduk di tengah tengah rumput dan hamparan bunga.

"Maaf ya aku ngambil waktu kamu hari ini."ucapnya merasa tak enak.

"Iya gpp" jawaban bodoh yang kala itu aku lontarkan. Ku lihat prilly tersenyum. Seingatku matanya memancarkan rasa tidak enak sekaligus sedih. Jelas saja seharusnya aku sebagai pacarnya menjawab dengan dia tak perlu meminta maaf karena waktu yang sudah ku luangkan karena memang seharusnya prilly mendapatkannya dariku. Sungguh aku menyesal.

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang