Twenty

2 1 0
                                    

Bel berbunyi menandakan jam pelajaran berikutnya akan dimulai. Seluruh siswa dengan sigap memasuki kelas mereka dan duduk di tempat duduk mereka masing-masing. Tapi setelah bel masuk berbunyi ada suara dari ruang informasi sekolah, jika akan ada rapat guru dadakan dan memperbolehkan para siswanya menikmati waktu istirahat lebih lama.

"Kita ke kantin yuk, perut gue laper nih"

"Gue juga, Valca yuk" ajak Nolan

"Gue nitip aja ya"

"Ngapain sih nitip segala. Udah ayok" badan Valca langsung ditarik oleh para sahabatnya ke kantin

Hampir setengah dari isi kelas Yeri pergi ke Kantin, termasuk teman-temannya yang tadi memilih tinggal dikelas untuk mendengarkan penjelasan Yeri. Yeri sendiri tak bisa pergi, dia memilih untuk tinggal dikelas dengan membaca buku novel yang dibawanya. Bosan, satu hal yang dirasakan Yeri saat teman-temannya pergi. Tapi setelah tujuh menit Valca keluar dari kelas tadi, dia kembali membawa sesuatu dan duduk disebelah Yeri lagi.

"Nih, kamu makan dulu" Valca menyerahkan cilok kesukaan Yeri

"Beneran ini buat gue?" Yeri melihat ke arah Valca untuk melihat ekspresi cowo itu

"Iya. Udah makan aja engga usah nanya lagi"

"Makasih, Valca" Yeri menyajikan senyuman paling manis untuk berterima kasih kepada Valca

"Kamu, bawa minum?" Valca memastikan

"Ennggga" Yeri nyengir kuda

"Ya udah, sabar dulu. Bentar lagi juga Leo pasti udah balik kok" ucap Valca datar yang membuat Yeri segera menatapnya "Gue udah nitip ke Leo untuk beliin es Boba buat kamu tadi"

Detik berikutnya Leo benar-benar masuk membawa minuman Boba rasa taro kesukaan Yeri. Leo memberikan kepada Valca dan dia kembali ke kantin lagi, Valca langsung menggeser minuman itu ke Yeri yang sedang asik memakan cilok. Yeri menghabiskan semuanya dengan begitu cepat, dia benar-benar lapar karena tadi hanya sarapan roti bakar dan minum susu. Setelah selesai makan Yeri berharap ada salah satu temannya masuk ke kelas. Dia merasa ada yang aneh dengan perutnya tiba-tiba, seperti orang yang akan haid. Yeri menguatkan kakinya dan mencoba berdiri untuk pergi ke toilet, tapi saat dia berdiri Valca langsung mengikatkan jaketnya ke pinggang Yeri.

"Ayok gue anterin ke toilet" ucap Valca dan langsung siap memapahnya

"Tapi" Yeri merasa malu dan bingung

"Apa mau aku gendong aja biar cepet nyampe" Valca menatap tajam Yeri

Dengan sigap Valca membantu Yeri berjalan ke toilet dekat kelas mereka. Walaupun sebenarnya tidak terlalu dekat. Toilet yang ada dilantai atas berada ditengah, jadi kalau pergi kesana pasti akan melewati dua kelas lainnya dan koperasi. Di sekolah Yeri, ada dua koperasi yang disediakan pihak sekolah. Dilantai bawah ada koperasi kejujuran dan dilantai atas ada koperasi biasa.

"Jangan masuk dulu ke dalem, tungguin sebentar. Aku beliin pembalut sama rok dulu di koperasi"

"Engga usah beli rok segala, gue bisa pake ini kok"

"Udah engga usah jawab mulu. Kamu ikutin aja perintah aku sekarang"

"Iya iya"

Valca berlari ke koperasi dan membeli semua yang dibutuhkan Yeri. Mulai dari pembalut, celana dalam dan rok di koperasi. Guru yang bertugas merasa bingung kenapa cowo yang selalu dingin ke semua cewe bisa sangat gelisah dan takut saat itu.
"Apa jangan-jangan gosip yang tadi pagi benar? Jika Valca sudah punya cewe" Valca kembali dengan cepat dan mengetuk pintu toilet perempuan, memastikan jika Yeri masih berada disitu.

"Yeri, kamu masih ada disitu kan?"

"Iya, gue masih ada disini dari tadi"

"Ini" Valca menyodorkan plastik yang dibawanya "nanti yang kotor dimasukin plastik aja. Biar nanti gue bawa ke Bu Wulan"

Yeri mengganti pakaiannya yang kotor dan menarohnya di plastik. Termasuk dengan jaket Valca yang terkena noda merah juga. Disekolah Yeri ada petugas yang bertugas untuk mencuci pakaian siswa perempuan yang terkena noda haid. Biasanya mereka mencuci dahulu sebelum memakainya kembali. Tapi karena Valca yang sangat gugup jadi dia langsung membeli tanpa memikirkan hal lain. Valca tak ingin melihat Yeri malu karena hal tersebut. Jadi dia melakukan semuanya untuk membuat Yeri tak malu.

Semua orang terkejut lagi melihat Valca yang memapah Yeri masuk ke dalam kelas yang kedua kalinya. Dan dengan cepat Alana menghampiri Yeri menggantikan posisi Valca tadi, dia memapah Yeri menuju kursinya.

"Dari mana aja sih?, Kok tadi kita balik ke kelas engga ada" tanya Alana

"Gue abis dari toilet tadi" jawaban Yeri membuat mulut Alana menganga, terkejut mendengar jawaban Yeri

"Loe engga abis aneh-aneh kan ama Valca?"

"Hah" Yeri terkejut dengan pertanyaan Alana dan bingung harus cerita dari mana agar temannya itu tidak curiga lagi

"Pelan-pelan" Alana membantu Yeri sampai di tempat duduknya. Alana tak memaksa Yeri untuk bercerita, mungkin sekarang Yeri belum siap menceritakannya.

Jam pelajaran dimulai. Semua siswa fokus mendengar materi yang disampaikan guru. Mereka tak membahas tentang Yeri dan Valca lagi. Sampai jam pelajaran habis hari itu teman satu sekelas Yeri tak ada yang berbisik-bisik tentang kejadian siang tadi.

Valca, benar-benar merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Yeri. Valca selalu melihat kearah Yeri, jika dirinya tak ada didekat Yeri. Dia selalu memperhatikan Yeri, melihat Yeri tersenyum membuat dirinya menjadi sedikit tenang. Valca dalam diam berharap jika Yeri cepat sembuh agar dia bisa melihat teman sebangkunya itu dapat beraktivitas kembali tanpa merasa sakit lagi.

Tanpa sadar Lira hari itu tak berangkat sekolah. Setelah kejadian siang itu, pikiran Valca saat ini hanya Yeri. Valca yang dulu selalu memperhatikan Lira dari jauh dan tak berani mendekatinya. Tapi setelah Lira menolaknya Valca terluka dan tak ingin memikirkan Lira lagi. Valca yang dulu selalu dingin ke semua perempuan kini terlihat peduli dan perhatian kepada Yeri. Entah perasaan bertanggung jawab atau sebenarnya Yeri sudah mempunyai tempat di hati Valca.

INCONVENIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang