Six

9 2 0
                                    

Setelah jam olahraga selesai, semua murid kembali kelas kecuali Valca dan Lira. Lira merasa bersalah karena teamnya kalah. Diantara teman-teman yang lain hanya dia yang selalu gagal. Melihat Lira yang keliatan murung Valca mencoba menghibur gadis yang membuatnya susah tidur itu.

"Udah kali engga usah dipikirin" ucapan Valca membuat Lira terbangun dari lamunannya

"Habisnya team kita kalah kan" menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab "gara-gara aku" Lira cemberut saat mengakhiri ucapannya

"Bukan salah kamu kok. Aku rasa permainan kamu tadi udah maksimal, cuma sedikit gugup aja kalau kamu mau mukul bola" Lira melirik ke arah Valca beberapa saat, dan Valca menyadari hal itu tapi berpura-pura dihadapan Lira

"Makasih, tapi kenapa kamu baik banget sih ama aku?"

Valca hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaan Lira. Dia belum siap jika harus mengungkapkan perasaannya saat itu. Dan disaat itu juga Nolan memanggilnya. Lira sendiri hanya terdiam dan melihat ke arah Valca.

" Aku ke kelas duluan yah " Valca tak tega meninggalkan gadis itu sendiri tapi... disisi lain dia juga tak ingin teman-temannya menyadari kalau dia sedang mendekati Lira

Lira sendiri akhirnya mengikuti Valca untuk kembali ke kelas. Dia langsung mengganti pakaian olahraganya dengan seragam hari itu. Di sudut kelas Valca yang sudah bersama teman-temannya masih memikirkan Lira yang terlihat sedih.

"Loe tadi ngapain aja sama Lira di lapangan?" Tanya Algra

"Gue ... Cuma"

"Loe kok keliatan bingung gitu jawabnya. Jangan-jangan loe suka yah sama Lira"

Ucapan Nolan lumayan keras membuat teman-teman kelasnya menoleh ke arah mereka. Dengan kompaknya Valca dan teman-temannya langsung memainkan handphone, mereka berpura-pura agar tak terjadi kesalahpahaman.

INCONVENIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang