° Five °

962 161 15
                                    

"Baiklah. Neesama, Shogun. Hari ini, kita harus mempersiapkan bahan-bahan untuk tsukimi nanti malam."

Kalimat dari (Name) menjadi pembuka untuk pertemuan mereka kali ini. Sudah beberapa hari berlalu sejak waktu itu-dan kini saatnya mereka melaksanakan tsukimi. Mereka berkumpul di Tenshukaku, duduk bersama di tengah-tengah ruangan untuk membahas pembagian tugas pencarian bahan-bahan untuk tsukimi.

"Apa saja bahan yang diperlukan?" tanya Shogun penasaran. "Jujur saja, aku tidak pernah mengikuti kegiatan semacam ini."

"Bukankah sudah ratusan tahun lamanya kau berada di Inazuma sebagai pengganti neesama?"

Shogun mengangguk angkuh. "Benar, tetapi aku tidak memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan rakyat seperti itu. Waktuku akan terbuang sia-sia, lebih baik aku mengurus Inazuma."

"Hee-dasar tiran," cibir (Name)

Shogun tampak ingin menyahuti cibiran (Name), tetapi terlebih dahulu (Name) meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Shogun, menyuruhnya untuk diam. "Sshh, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu."

"Begini saja pembagiannya. Aku dan neesama membeli makanannya, lalu kau pergi ke Tatarasuna, sana! Cari rumput susuki."

"Kenapa harus aku yang cari rumput itu?!" protes Shogun.

"Karena tidak mungkin neesama yang pergi ke luar kota Inazuma," jawab (Name) sesaat sebelum ia menghela napas panjang. "Kenapa bukan kau yang menemani neesama? Sebab, tentu aneh kalau ada dua 'Shogun' yang berkeliaran."

"Kalau kau kubiarkan, enak saja kau ikutan bersama kami padahal tidak berkontribusi apa-apa! Jangan protes."

"Ugh-baiklah."

***

"Hei, lihat! Itu Yang Mulia Shogun, 'kan? Tidak kusangka beliau akan datang ke sini lagi!"

"Wah-itu Yang Mulia Shogun yang asli? Berarti yang di sebelahnya adalah nona (Name)? Adiknya yang suka mengembara itu?

Ketika berjalan melewati jalanan kota Inazuma, sejak awal mereka menjejakkan kaki keluar dari Tenshukaku, telah banyak pasang mata yang sepenuhnya teralihkan kepada mereka berdua.

Sejujurnya, (Name) tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Ketika ia bertemu dengan orang-orang pun, biasanya ia akan menyembunyikan identitasnya sebagai adik dari archon electro. Namun, kali ini berbeda. Orang-orang pasti mengetahuinya-sebab, siapa lagi yang berani berjalan sejajar dengan 'Shogun' yang Mahakuasa selain adiknya sendiri?

"(Name) ... apa saja yang harus kita beli?" tanya Ei di tengah-tengah perjalanan mereka, ia berjalan di samping adiknya sembari melihat-lihat pedagang yang berjualan di sepanjang jalanan Tenryou.

"Hmm, mamemeigetsu, kurimeigetsu, imomeigetsu, serta tsukimi dango," jawab (Name) singkat. "Sebenarnya kita bisa membeli tsukimi soba atau tsukimi udon, tetapi kurasa tidak perlu."

(Name) memandang salah satu pedagang yang tampaknya menyediakan makanan-makanan khas untuk merayakan tsukimi. Gadis itu segera menarik tangan Ei yang masih celingukan memandang pedagang-pedagang di sana. "Ei-neesama, jangan celingukan begitu. Ikuti aku."

"Uh-maaf."

Sang pedagang tampak duduk dan bersantai-santai, ketika (Name) dan Ei telah berdiri tepat di depannya, sang pedagang seketika bangkit dan membungkukkan badannya pada mereka berdua.

"Yang Mulia Shogun, nona (Name)! Ma-maafkan saya!"

(Name) menghela napas singkat, sudah ia duga orang akan memandangnya dengan hormat-padahal tidak perlu berlebihan begitu. "Angkat kepalamu, kami hanya ingin membeli yang kau jual. Bungkuskan mamemeigetsu, kurimeigetsu, dan imomeigetsu itu."

"Baik, akan segera saya bungkuskan!"

Ei memerhatikan si pedagang yang dengan tangkas membungkuskan pesanan (Name). Ia menyadari tangannya sedikit gemetar-mungkin saja karena pedagang itu berhadapan mereka berdua, petinggi di Inazuma.

"Oh ya, apa kau punya tsukimi dango?" tanya (Name).

"Ma-maafkan saya! Tsukimi dango sudah habis terjual." Takut-takut, sang pedagang menunduk ketika (Name) memandangnya. Ia menyerahkan pesanan pada (Name). "I-ini, (Name)-sama! Silakan."

"Ya sudah, tidak apa-apa. Jangan menunduk seperti itu, santai saja," kata (Name) sesaat sebelum ia terkekeh pelan. "Berapa yang harus kubayar?"

"Semuanya jadi dua puluh ribu mora!"

(Name) melirik ke arah Ei yang diam saja sejak tadi. "Neesama, bisa bayarkan dulu? Kantung uangku ketinggalan."

"Eh?" Ei memiringkan kepalanya ragu-ragu, ia meletakkan tangannya di depan bibir. "Aku tidak punya mora."

"...."

"...."

"Neesama ...."

"Maafkan aku."

***

Ei dan (Name) kembali berjalan di pusat kota Inazuma, setelah sempat kebingungan untuk membayar. Sang pedagang memilih untuk memberikannya secara cuma-cuma, tetapi-(Name) secepat kilat pergi mengambil kantung uang untuk membayarnya.

Mereka berdua menghampiri setiap pedagang yang berada di kota Inazuma untuk mencari-cari tsukimi dango, tetapi tampaknya keberuntungan tidak berpihak pada mereka-tak ada satupun tsukimi dango yang tersisa.

"Ah ... bagaimana ini?" (Name) bergumam dengan gusar, ia merasa gelisah-tentunya tsukimi takkan lengkap tanpa adanya dango.

Memerhatikan (Name) yang tampak tidak nyaman, Ei mengingat-ingat kembali pedagang yang dahulu pernah dihampirinya bersama si pengembara. Sebuah lampu imajiner muncul di kepalanya, kemudian Ei pun menarik lengan (Name).

"Neesama?"

"Sshh, ikut aku, (Name)! Aku ingat ada seorang penjual dango yang sangat enak!"

Dalam hati, (Name) menyimpan keraguan terhadap sang kakak-seingatnya, kakaknya itu sudah lama bersemayam dalam Plane of Euthymia. Tetapi, daripada tidak mendapatkan dango, (Name) memilih untuk percaya pada sang kakak.

Diikutinya langkah Ei sampai ke gerobak salah satu pedagang, sang pedagang dengan wajah cerah segera menyambut keduanya.

"Selamat datang, Shogun-sama, (Name)-sama! Apa yang ingin kalian pesan?"

Ei mengulas senyum tipis, meski sejujurnya ia sangat senang sampai-sampai ingin tersenyum lebar. Dengan mata yang berbinar, ia memandang si pedagang. "Kami ingin membeli dango milk!"

"Wah, kebetulan saya membuat banyak dango milk hari ini! Silakan, Shogun-sama!"

(Name) melirik kakaknya yang tampak begitu bersemangat-berkebalikan dengan dirinya yang terheran-heran. Apa yang barusan Ei beli? (Name) kebingungan-apakah ia salah dengar? Sekali lagi, ia memandang Ei dengan tatapan tak percaya. "Dango ... milk?"

***

Tsukimi « Raiden Shogun (Ei) x Reader » (Genshin Impact)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang