"Apa? Mau mengajak Shogun?"
Netra (Name) kembali membulat mendengar pernyataan kakaknya barusan. Baru beberapa detik berlalu sejak mereka berdua keluar dari Plane of Euthymia-berdiri di luar Tenshukaku.
Beberapa samurai Shogunate awalnya memandang mereka berdua dengan hormat-tetapi mendengar nama 'Shogun' disebut seketika mereka keheranan. Wajar saja, sebab-tak ada seorang pun rakyat Inazuma yang mengetahui bahwa Shogun dan Ei adalah eksistensi yang berbeda.
Mereka hanya mengetahui kalau yang memimpin Inazuma adalah sang Raiden Shogun yang mahakuasa-tanpa mengetahui kalau Shogun hanyalah boneka yang diciptakan oleh Ei.
(Name) dengan instingnya yang tajam menyadari ada setidaknya empat orang samurai yang hendak menguping pembicaraan mereka. Ia memandang tajam pada orang-orang itu, memberikan isyarat bagi mereka berempat untuk segera pergi.
Keempatnya membungkuk pelan dan segera mundur dari posisi mereka, mengambil jarak sejauh mungkin-sebab, mereka tahu bahwa (Name) yang notabenenya adalah adik dari archon electro tentu memiliki kekuatan yang setidaknya menyamai sang archon. Mereka tidak mau bertindak bodoh dengan menguping-bisa-bisa mereka mati disambar petir nanti.
Ketika memastikan tidak ada siapapun dalam radius beberapa meter, barulah (Name) kembali memandangi kakaknya dengan kedua alis yang mengernyit. "Perkataan neesama tadi ... apa aku tidak salah dengar?"
Ei menggeleng-gelengkan kepalanya dengan yakin, kemudian ia tersenyum manis pada adiknya itu. "Tentu, kau tidak salah dengar, adikku."
"Aku mau mengajak Shogun. Boleh, 'kan?"
(Name) mengetahui dengan jelas kalau kakak perempuannya itu agak ... naif jika harus dibilang. Namun, dari segala kebodohan yang sudah Ei katakan sejak kali pertama mereka bertemu lagi, perkataan Ei barusan adalah yang terbodoh dan paling tidak masuk akal.
"Memangnya dia mau ikut?" (Name) balik bertanya.
"Yah-entahlah. Kita ajak saja dulu, kalau dia menolak tidak apa-apa. Siapa tahu dia sedang bosan atau senggang, 'kan~?"
Pada akhirnya, (Name) hanya bisa menghela napas pasrah. "Baiklah, ayo kita temui Shogun."
***
"Oi, Shogun!"
Perempatan siku imajiner muncul di dahi Shogun-ketika untuk kedua kalinya ia mendengar suara seseorang yang tidak ia sukai. Netra ungu miliknya dihadapkan pada sosok yang memanggil, kemudian ia berkata dengan nada ketus, "Kau lagi ... bisa tidak jangan terus-menerus menggangguku?"
"Kalau kau ingin bertemu Ei, bukankah dia sudah memasukanmu ke dalam Plane of Euthymia miliknya?"
(Name) mendecak kesal. Berbincang-bincang dengan Shogun selalu membuat emosinya meluap dengan cepat-entah karena benci, atau hanya sekadar tidak suka. "Iya, memang. Namun, neesama mau bertemu denganmu, tahu?"
Kini sepasang alis Shogun bertaut keheranan. "Ei? Mau bertemu denganku?"
Belum sempat Shogun menanyakan kejelasan lebih lanjut pada gadis itu, tiba-tiba muncul sosok yang serupa dengannya dari belakang (Name), dengan senyuman khas yang terulas di wajahnya. Shogun lagi-lagi menatap heran. "Ei?"
"Shogun, apa kau mau ikut kami untuk tsukimi?" Tanpa berbasa-basi terlebih dahulu, dengan netra yang berbinar-binar Ei mengajak Shogun.
"Tsukimi ...? Kau ingin melihat bulan?" Shogun mengernyit keheranan. Ditatapnya sosok Ei dari atas sampai ke bawah. "Aku heran-kau sampai keluar dari Plane of Euthymia hanya untuk melihat bulan?"
"Kalau tidak mau ya tidak usah ikut, jangan menatap neesama seperti itu!" cibir (Name) dengan nada yang tak kalah ketus.
Petir imajiner terpampang ketika (Name) dan Shogun saling bertatapan. Meski dengan adanya Ei di sini-hal itu tidaklah mengubah fakta bahwa keduanya selalu bertikai seperti anjing dan kucing.
"Aku tidak bilang kalau aku menolaknya. Jangan buat keputusan sendiri, payah," balas Shogun dengan nada sinis.
(Name) tertawa kecil dan memandang Shogun dengan tatapan remeh. "Hee~? Tapi, dari nada bicaramu, kau seperti akan menolak dan tampak meremehkan neesama."
"Kau saja yang salah mengerti maksudku, Raiden (Name)!"
Ei memandang adiknya dan salah satu boneka ciptaannya dengan cemas. "(Name) ... Shogun, sudah-sudah, jangan bertengkar."
"Aku tidak salah mengerti, yang kukatakan adalah benar. Aku yakin dalam hati kau menertawakan kami, 'kan?!"
"(Name) ... sudah cukup. Shogun juga, berhenti, ya." Sekali lagi, Ei berusaha menenangkan keduanya.
"Aku menertawakanmu saja, kok. Aku tidak menertawakan Ei."
Namun, perkataan Ei tidak dianggap oleh keduanya. Ei yang biasanya sabar dan tidak segalak Shogun pada akhirnya kesabaran. Ia mengangkat tangan kanannya dan diarahkan ke tengah-tengah mereka berdua.
Ctar!
Saat (Name) melangkah maju-yang kelihatannya ia ingin bertikai dengan Shogun-sekilat petir menyambar di tengah keduanya, membuat langkah gadis itu terhenti.
(Name) dan Shogun, keduanya menatap Ei patah-patah. Tatapan ngeri diberikan oleh keduanya ketika ekspresi wajah Ei berubah menjadi dingin.
"Raiden Shogun, Raiden (Name). Kalian bisa dengarkan aku sebentar?"
"I-iya."
Senyuman 'manis' terpampang di wajah Ei ketika atensi seluruhnya sudah terarahkan kepadanya. Sekali lagi, ia bertanya kepada Shogun, "Jadi, Shogun. Apa kau mau tsukimi bersama kami?"
"Tentu, dengan senang hati."
Ekspresi wajah Ei berubah menjadi cerah. Diraihnya tangan (Name) dan Shogun, senyuman senang merekah di wajahnya. "Nah, senang mendengarnya!"
"Baiklah, tahun ini kita akan tsukimi bertiga!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsukimi « Raiden Shogun (Ei) x Reader » (Genshin Impact)
Fanfic"Baiklah, langsung ke intinya saja, neesama. Aku ingin mengajak neesama untuk tsukimi bersamaku," kata (Name). "Eh?" Ei membulatkan netranya dengan tak percaya. Ia kembali mendekatkan dirinya pada (Name), kedua telapak tangannya ia arahkan untuk men...