° Three °

1.2K 197 15
                                    

"Hah ... bisa ulangi pertanyaan neesama barusan ...?"

Sepasang netra milik (Name) memandang kakaknya dengan tatapan tak percaya, ia mendelik tajam ketika mendengar pertanyaan Ei barusan-yang terkesan 'bodoh' sekali. Dengan menahan rasa ingin menghujat-(Name) pun memastikan pertanyaan yang ia dengar sekali lagi.

"Hmm ... tsukimi itu sebenarnya apa, adikku?"

Setelah mendengar pertanyaan Ei sebanyak dua kali, barulah (Name) sadar kalau kakaknya sungguh-sungguh menanyakan hal sebodoh itu. (Name) menepuk keningnya dan menghela napas panjang.

"Neesama tidak tahu apa itu tsukimi?" (Name) kemudian menengadahkan kepala, memandang Ei yang menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya. "Lalu, kenapa neesama menyetujui ajakanku untuk tsukimi?"

Ei memiringkan kepalanya dengan heran, kemudian meletakan ibu jarinya di bawah dagu. Sedetik setelahnya, ia menyunggingkan senyum manis tanpa rasa bersalah sama sekali. "Humm ... 'tsukimi', dari kata ini, aku mengambil kesimpulan bahwa festival ini tidak jauh-jauh dari memandangi bulan."

"Tetapi, aku ingin mengetahui detail untuk festival ini, adikku. Bersediakah kau menjelaskannya pada kakakmu ini, (Name)~?"

Hanya ada senyuman tipis yang terulas di wajah (Name) yang rupawan, dalam hatinya ia menahan diri supaya tidak mengatai kakaknya itu dengan hujatan dan makian-sebab sang kakak terlampau 'kampungan' dan bodoh, bahkan festival di negara sendiri saja ia tak mengetahuinya.

"Huh ... neesama benar-benar archon yang memerintah negeri kita, kah ...? Mengapa neesama sampai tidak mengetahui festival negara kita sendiri?" tanya (Name) seraya bibirnya memaksakan senyum, guna 'memperhalus' nada suaranya supaya tak terkesan menyindir.

"Tentu saja, akulah archon di tanah keabadian ini," kata Ei sesaat sebelum tertawa kecil tanpa dosa. "Tetapi, sejak kejadian itu, aku tinggal di Plane of Euthymia, dan Shogun-lah yang memerintah Inazuma secara langsung."

"Yah-dulu sewaktu Makoto-neesama masih memerintah Inazuma, belum ada festival bernama tsukimi."

Gadis di hadapan Ei menghela napas pelan, kala ia telah mendengar alasan yang dipergunakan oleh kakaknya itu. Mau tak mau, ia berusaha memaklumi-sebab, perkataan Ei ada benarnya.

Setelah perang Khaenri'ah lima ratus tahun lalu, alih-alih berkelana dan melihat dunia seperti (Name), Ei memilih untuk mengurung diri di Plane of Euthymia untuk mempertahankan prinsip keabadiannya.

(Name) dan Ei sempat bertengkar karena perbedaan pendapat-(Name) tidak setuju Ei membuat Shogun untuk memerintah Inazuma, ia merasa kakaknya sendirilah yang harus menduduki kursi archon, menggantikan posisi Makoto.

Namun, karena konsep keabadian yang diinginkan oleh Ei, ia bersikeras untuk menetap di Plane of Euthymia dan membiarkan bonekanya yang berada di posisi itu.

Karena perbedaan pendapat itu, (Name) pergi dari sisi Ei. Ia berkelana dengan bebas dari satu negara ke negara lain-bertemu dengan rekan-rekan lamanya, seperti Barbatos sang dewa angin dan Morax sang dewa kontrak.

(Name) pernah berada di sisi Morax dalam waktu yang cukup panjang-setidaknya dua ratus tahun? Dari situlah, ia memiliki kekaguman pada sang archon dari negeri Liyue.

Sampai beberapa waktu yang telah lalu-Morax yang resmi membuang titelnya sebagai dewa memberi kabar pada (Name), bahwasannya ada pengembara yang akan menuju tanah Inazuma, sang pengembara muda yang tampaknya akan membawa perubahan di tujuh negara di Teyvat.

(Name) mengakui si pengembara-sebab, si pengembara bahkan mampu menggoyahkan keyakinan Ei, sampai-sampai membuat kakaknya menghapus dekrit perburuan vision.

'Yah ... kurasa wajar kalau neesama tidak tahu apa-apa. Ratusan tahun bukanlah waktu yang singkat.'

Pada akhirnya, (Name) menghela napas panjang sesaat sebelum melipat kedua tangannya di depan dada. Sepasang netranya ia hadapkan untuk memandang lurus pada sang kakak. Ia mulai menjelaskan tsukimi kepada Ei.

"Tsukimi ... benar, memandang bulan. Tetapi, yang membedakannya adalah bahwa tsukimi dilakukan dengan menyiapkan hiasan-seperti rumput susuki yang akan kita letakkan di dalam vas bunga, atau bisa ditambahkan dengan meletakkan bunga-bunga musim gugur" jelas (Name).

Ei mengangguk-angguk paham mendengar penjelasan yang diberikan oleh sang adik. Sepasang netra ungunya kembali menatap (Name) dengan penuh tanda tanya. "Ah ... hanya begitu saja? Kupikir akan ada yang spesial."

"Jangan berekspektasi tinggi, neesama. Ini hanyalah perayaan biasa, dan kurasa tentu takkan semeriah festival lain di Inazuma." (Name) menghela napas singkat, ia berusaha meyakinkan Ei untuk tidak tsukimi supaya ia dapat terbebas dari suruhan Miko. "Bagiku ini juga membosankan. Aku pun tidak terlalu antusias."

"Kalau neesama berubah pikiran dan menjadi enggan, tidak masalah bagiku."

Ei tampak termenung sesaat, ia menundukkan kepala dan terlihat memikirkan sesuatu. Ia memang ingin menghabiskan waktu bersama adiknya-yang sudah lama tidak bersamanya. Namun, jikalau hanya seperti itu saja, rasanya tentu tidak berkesan.

"Oh ya, saat tsukimi kita juga menyediakan makanan untuk persembahan, seperti misalnya satoimo dan dango-"

"Aku mau tsukimi."

Belum sempat (Name) menyelesaikan perkataannya, Ei terlebih dahulu menyela. Sekali lagi (Name) memandang kakaknya, dan ia menyadari ekspresi Ei berubah menjadi jauh lebih antusias dibanding yang tadi.

"Yakin? Bukannya membosankan bagi-"

Ei melangkah untuk mendekati adiknya, membuat gadis itu berhenti bicara. Ei menggenggam erat kedua tangan (Name), memandang lurus adiknya dengan mata yang berbinar-binar. "Tidak, itu sangat menarik!"

"Ayo kita tsukimi bersama, adikku!"

***

Tsukimi « Raiden Shogun (Ei) x Reader » (Genshin Impact)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang