"Bundaaa.. " Teriak anak perempuannya. Aletta yang mendengar itu langsung lari ke arah keduanya.
"Liam pipis di celana lagi bunda." Adu Ana.
Aletta mengehla nafas pelan lalu tersenyum ke arah Liam sambil menarik tangan anaknya itu pelan dan membawa ke arah kamar mandi.
Ana dan Liam itu kembar tapi wajahnya berbeda yang satu mirip dia dan yang satu lagi lebih mirip mantan bosnya. Lalu tingkah mereka pun berbeda, di usianya yang baru menginjak tiga tahun Ana sangatlah aktif dan cerewet berbeda dengan Liam yang cenderung lebih pendiam bahkan Liam itu di diagnosa speech delay atau keterlambatan berbicara. Sampai saat ini Liam hanya bisa mengeluarkan satu kata dua kata dalam berbicara belum bisa merangkai sebuah kalimat.
Bahkan Aletta sampai memasukan Liam ke sebuah terapi wicara agar Liam dapat berbicara dengan lancar sama seperti Ana. Dia takut Liam terlalu nyaman dengan bahasa isyarat seperti mengangguk, menggeleng dan menunjuk sesuatu.
Aletta kembali ke dapur melanjutkan masaknya yang sedikit tertunda tadi. Dia sempat melirik ke arah meja makan yang sudah terdapat kedua anaknya duduk manis di sana. Aletta tersenyum sekilas lalu kembali fokus dengan masakannya.
"Tadaaa spaghetti carbonara ke sukaan kalian udah jadi." Ucap Aletta heboh yang langusng dapat sorakan dari kedua anaknya tidak kalah heboh.
"Hati hati makannya." Tangan Aletta bergerak membersihkan ke dua bibir mungil itu bergantian. Karena kedua anaknya maka dengan penuh semangat sehingga cream pastanya mulai belepotan di bibir mereka.
"Bunda nggak makan?" Tanya Ana pada Bundanya yang terus saja tersenyum melihat tingkah keduanya.
"Nggak kalian aja bunda udah kenyang tadi."
Jujur Aletta kurang suka pasta Carbonara, dulu Aletta suka tapi sekarang tidak. Pasta dengan saus cream seperti ini adalah yang paling Aletta hindari tapi semenjak kedua anaknya lahir dan tumbuh mereka itu sangat menyukai pasta carbonara sehingga mau tidak mau Aletta pasti memasakkan itu untuk mereka.
"Yuk kalo sudah selesai kita pergi sekarang." Ajak Aletta pada anak anaknya.
Karena Aletta hidup sendirian di sini tidak ada seorangpun kerabat yang dapat membantu Aletta. Maka mau tidak mau Aletta menitipkan anaknya pada daycare setiap kali dirinya pergi bekerja. Ana dan Liam sudah masuk daycare sebelum usia mereka genap satu tahun jadi pergi ke sana bukan hal aneh lagi.
"Udah siap?" Tanya Aletta ke arah Ana dan Liam yang sudah berpakaian rapih dengan sepatu dan tas mereka di pundak.
Mereka sudah siap di titip kan kembali ke daycare oleh sang Bunda. Biasanya mereka akan pergi menggunakan taksi dari depan rumah tapi karena Aletta akan mampir dulu sebentar ke kantor pos yang letaknya lumayan dari rumah maka hari ini Aletta mengajak kedua anaknya untuk jalan kaki terlebih dahulu kira kira selama 7 menitan.
Selama mereka jalan kaki sampai di kantor pos Aletta merasa ada yang mengikutinya tapi ketika di tengok ke belakang tidak ada orang yang mencurigakan sama sekali tapi dia yakin seseorang sedang mengawasi pergerakannya. Aletta buru buru mencari taksi dan pergi bersama kedua anaknya karena takut. Sebenarnya ini buka pertama kalinya Aletta merasa di ikuti.Beberapa hari yang lalu pun seperti itu. Hanya saja bukan ketika dia bersama anaknya tapi ketika dia bekerja sampai tiba di rumah.
Entah siapa yang mengikutinya tapi Aletta cukup takut melihat banyak sekali kejahatan yang sering muncul oleh di berita membuat dirinya sedikit khawatir dan tentunya dia benar benar sangat khawatir dengan keselamatan kedua anaknya.
**
Ketika hari sudah menjelang malam seperti biasa Orion bukannya pulang ke rumah tapi akan mampir terlebih dulu ke sebuah club untuk menghilangkan stresnya selama tiga tahun ini yang tidak pernah hilang. Orion kembali meneguk minuman beralkohol itu sampai tidak ada sisa sedikit pun.
Seseorang datang dari belakang Orion mulai meraba punggung tegap itu. Walaupun kondisi Orion sangat kacau tapi tidak melunturkan pesonanya banyak orang yang berebut untuk bisa bersandar di bahu lebar Orion.
"Eunghh.. " Erangan keluar dari mulut Orion yang di sambut senyum oleh wanita tersebut yang saat ini sedang memakai baju kurang bahan.
Baru juga ia tersenyum puas karena Orion merespon sentuhan darinya seketika senyum itu pudar saat tiba tiba Orion berbalik memandang sinis. Tangan wanita itu Orion ambil dan putar sampai sang empunya merasa kesakitan.
"Jangan pernah sentuh saya, jika kamu bukan Aletta." Lalu mendorong wanita itu menjauh.
Begini lah Orion sekarang dia tidak pandang mana perempuan atau laki laki, Orion yang sekarang sangat kejam dan dingin tidak bisa di dekati sama sekali. Bahkan semua orang yang di dalam sana takut jika Orion sudah mulai datang ke sana. Jangankan pengunjung pemiliknya saja tidak berani mendekati Orion.
Sejauh ini Orion sudah menghabiskan dua botol wine dan sebentar lagi akan tiga di lihat dari botol yang berjajar di depannya. Sebelum Orion menghabiskan botol ketiga pandangannya sedikit terganggu akibat lemparan dari seseorang.
Bughh.
Sebuah amplop coklat mendarat di depannya. Orion langsung melirik ke arah belakang penasaran dengan orang yang berani mengganggu acara minumnya. Ternyata itu Langit, sahabatnya sekaligus seseorg kepercayaan Orion. Langit adalah seorang mafia cermat,makanya Orion menugaskan Langit untuk mencari sosok Aletta yang selama tiga tahun ini tidak ia temukan.
Langit datang dengan sombongnya, sejauh ini hanya Langit yang berani mendekati Orion bahkan mengganggu acara mabuknya. Sepertinya Langit datang dengan sebuah informasi baik.
Tangan Orion terjulur membuka amplop tersebut dan Orion di buat kaget dengan isinya, yaitu beberapa foto dari orang yang Orion cari selama ini. Orion meraba wajah yang ada di dalam foto itu sambil tersenyum miris. Semua sikapnya itu menunjukan bahwa dia benar benar merindukan Aletta.
"Aletta ada di Bali selama tiga tahun ini. Dia merubah identitasnya, bukan lagi Aletta tapi Daniza di ambil dari dua nama belakangnya sendiri. Aletta Daniza."
"Makanya Aletta sedikit sulit di temukan, bukan cuman itu aja ada orang lain yang benar benar menyembunyikan identitas Aletta." Lanjutnya
"Gue tau lo happy karna Aletta udah ketemu. Tapi lo harus dengerin dulu gue sampe selesai." Protes Langit saat Orion terlalu fokus dengan foto Aletta sampai sampai dia tidak mendengarkan apa yang Langit katakan.
"Hmm." Balas Orion yang membuat Langit sedikit malas.
"Lo harus liat foto selanjutnya."
Orion mengikuti ucapan Langit untuk membuka lembar foto selanjutnya. Alisnya berkerut kebingungan melihat Aletta dan dua orang lainnya berada di dalam foto itu.
"Seperti yang lo liat Aletta sudah punya anak. Anaknya kembar laki laki dan perempuan usianya 3 tahunan."
"Anak gue." Ucap Orion lirih dan kembali meraba orang di dalam foto tersebut lebih tepatnya meraba kedua anak kecil yang sedang berdiri bersama Aletta.
"Kenapa lo bisa seyakin ini?" Tanya Langit heran.
"Karena yang nyebarin benih di rahim Aletta cuman gue nggak ada lagi."
"Gue belum bisa mastiin itu anak lo atau bukan, gue butuh semua catatan rumah sakit milik Aletta."
"Ck.nggak usah mereka emang anak gue. Lihat yang cewek mirip banget gue waktu
kecil."Langit melihat sekilas foto yang di sodorkan Orion meniliknya dengan teliti. Tapi memang benar anak perempuan di foto itu sangat mirip dengan Orion waktu kecil. Kenapa Langit bisa tahu? Karena Langit dan Orion sudah berteman dari mereka kecil.
"Lo mau kemana?" Tanya Langit saat melihat Orion beranjak dari duduknya.
"Ya ke mana lagi." Orion menjawabnya dengan tangan yang sibuk memijit nomer telepon.
"Halo." Sapa Orion pada seseorang di sana.
....
"Siapkan semuanya kita ke Bali sekarang juga."
***
Halo kalian apa kabar?
Sudah siapkan kalian mengawal Orion ketemu Aletta?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Opportunity [Reupload]
RomanceSequel dari "My Little Secretary". Cuman mau nyaranin baca dulu My Little Secretary baru ini biar paham. *** Kehidupan Aletta benar benar berubah setelah seseorang dari masa lalunya datang dan mulai mengacaukan. Dia Orion Ayah dari kedua anaknya mu...