【 NJËZET E TRE 】

2.8K 282 9
                                    

"Kalian berdua mungkin bertanya-tanya mengapa kami meminta kalian untuk bertemu hari ini," Ratu BoA berseri-seri pada putra dan menantunya.

Lebih dari sebulan telah berlalu sejak Taeyong bertemu dengan Choi Lia. Tiga bulan telah berlalu sejak dia dengan Pangeran Korea Selatan tercinta menikah.

Segalanya berjalan dengan baik. Taeyong melanjutkan kursus tekniknya dengan Nona Park sebagai gurunya, dan ibu mertuanya masih memberinya pelajaran seni menjadi Ratu masa depan yang sempurna. Ratu juga mengajak Taeyong keluar untuk memberinya tur pribadi ke trek balapnya dan membalap mobilnya sendiri. Dia juga menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ten dan teman-teman Jaehyun.

Satu hal yang tidak berubah.

Jaehyun masih memberinya bahu dingin.

Pangeran selalu menghindarinya, dan Taeyong juga melakukan hal yang sama. Bahkan ketika mereka berbicara atau muncul di acara, mereka bertindak acuh tak acuh, senyum pura-pura terpampang di wajah mereka.

Taeyong akan pergi ke perpustakaan ketika dia tidak bersama teman-teman Jaehyun atau Ten, dan Jaehyun jauh lebih peduli untuk menyelesaikan dokumen dan bertemu dengan penjabat tinggi. Itu adalah cara yang sempurna untuk saling menjauh.

Namun, terlepas dari kurangnya emosi yang ditunjukkan kedua bangsawan itu, keduanya terluka dalam diam.

Taeyong dan Jaehyun tidak ingin apa-apa selain berbicara, untuk menunjukkan kepedulian mereka satu sama lain, namun ego mereka mencegah mereka untuk melakukannya.

"Sekarang, seperti yang mungkin telah kalian dengar, desas-desus telah beredar di sekitar Istana bahwa saya akan menyerahkan tahta dan mahkota kepada Jaehyun dalam beberapa bulan," Raja Yunho bertukar senyum hangat dengan istrinya. "Itu benar."

Beberapa penjabat di dalam ruangan terkesiap ringan, dan beberapa tampak terkesan. Yang lain tampak terkejut tetapi perlahan, masing-masing mulai bertepuk tangan, beberapa menundukkan kepala untuk menghormati keputusan kerajaan.

"Saya telah memerintah bahkan sebelum Ayah saya meninggal," kata Raja. "Saya menikmati peran saya dalam menjaga negara besar Korea Selatan sebagai salah satu kebanggaan dunia, tetapi waktu saya akan segera berakhir. Jaehyun lebih muda, dan saya merasa dia siap untuk mengambil posisi ini."

"Yang Mulia," salah satu wanita di ruangan itu angkat bicara. "Kapan Anda merencanakan penyerahan mahkota?"

"Dalam waktu satu bulan," kata BoA. "Tentu saja kami akan mengadakan upacara termegah untuk mendeklarasikan kepemimpinan Jaehyun."

"Dan Yang Mulia telah mengetahui hal ini?" Pria lain bertanya, mencoret-coret sesuatu di kertasnya. "Pangeran Jaehyun, apakah kamu sadar bahwa mahkota itu akan diberikan kepadamu?"

"Ya," Jaehyun menjawab. "Saya sibuk memilah-milah dokumen mengenai masalah ini."

"Dan apa tugas Yang Mulia Taeyong setelah Yang Mulia Jaehyun dinobatkan?" Seorang penjabat tinggi lainnya bertanya.

Jaehyun berbalik menghadap istrinya, dan untuk pertama kalinya dalam sebulan, dia memberikan senyum paling lembut ke arah Taeyong.

"Apapun tugasnya, istriku akan melakukan hal yang baik untuk Korea Selatan."

┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈

"Aku tidak percaya," Ten terjatuh di atas kasur dengan tangan di atas jantungnya. "Sahabatku yang menyukai komedi romantis murahan, tidak bisa menonton film horor dan menganggap Matematika itu menyenangkan adalah Ratu Korea Selatan!"

"Matematika itu menyenangkan," kata Taeyong. "Setidaknya kamu memahaminya untuk membuatnya mudah."

"Mereka sudah menyiarkannya di televisi, kamu tahu." Ten mengeluarkan ponselnya, menelusuri berbagai artikel yang telah dirilis. "Dan media sosial menjadi gila karena ini."

"Aku tahu," gumam Taeyong. "Aku telah melihatnya."

"Jadi kapan penobatannya?"

"Mereka bilang sebulan lagi," jelas Taeyong. "Mulai besok dan seterusnya, semua perhatian akan terfokus pada penobatan dan kenaikan Jaehyun sebagai Raja."

Ten melirik sahabatnya yang sedang mengutak-atik ujung lengan bajunya. "Kamu gugup?"

Mahasiswa teknik itu tertawa. "Tentu saja, siapa yang tidak gugup di saat-saat tertentu ini? Tapi aku harus mengambil peran ini, dan aku harus membantunya apapun yang terjadi, kan?"

Ten tidak mengatakan apa-apa, malah memilih untuk melihat-lihat kamar tidur Jaehyun dan Taeyong.

"Aku suka foto ini," komentarnya, mengambil foto yang diambil selama perjalanan kereta setelah pernikahannya. "Kalian berdua terlihat begitu bahagia."

Taeyong tersenyum lembut. "Ya, itu favoritku."

Sahabatnya berjalan di sekitar ruangan, matanya mengamati potongan hiasan di ruangan itu, Taeyong memutuskan untuk menginterogasi lelaki itu.

"Jadi, ada apa denganmu dan Johnny?"

Ten membeku mendengar pertanyaan itu dan mendapatkan tawa denting dari Taeyong.

"Kami hanya- teman," jawab Ten.

"Ya, tentu, karena teman itu biasanya sering berkencan dan mencium pipi satu sama lain sepanjang waktu bukan?"

"Kamu tahu, jika kamu cemburu." Ten menyeringai. "Kita bisa melanjutkan rencana kita untuk pindah ke Monaco.

"Dan hidup dari buah-buahan?"

"Yup," jawab Ten sambil menekan kata 'p'. "Bagaimana menurutmu?"

"Terimakasih atas tawarannya, tapi kurasa Jaehyun akan membunuhku jika aku memutuskan untuk bergabung dengan mu di Monaco," Taeyong memiringkan kepalanya sambil bersandar di tempat tidur.

"Tapi serius, apa yang terjadi denganmu dan Johnny? Sangat jelas bahwa kalian saling menyukai? Apa yang menghentikanmu?"

Ten menghela napas tajam. "Tidak ada yang menghentikan kita, kita hanya... Menunggu."

Taeyong mengernyit, "untuk apa?"

"Aku tidak tahu."

Kedengarannya sangat mirip dengan kehidupan cintanya.






࣪⠀ ִ ۫ ᮫ ׂ 𖥦 ۪ ׁ ַ ּ ּ ֗ ִ ۫ ּ ֗ ִ ۪

THE CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang