【 NJËZET E PESË 】

2.9K 307 18
                                    

"Aku rasa kakak dan Jaehyun mulai berhubungan baik lagi," komentar Haechan sambil memasuki perpustakaan bersama Taeyong.

Kakak dan adik itu telah memutuskan untuk berputar-putar di Istana sambil membicarakan hal-hal kecil, sampai mereka berada di tempat favorit Taeyong, perpustakaan.

Jaehyun sedang sibuk dengan dokumen dan arsipnya, dan Taeyong sendiri sibuk dengan pertemuan bersama ibu mertuanya, membahas rencana pengobatan yang akan dilaksanakan kurang dari sebulan lagi.

"Ya," Taeyong tersenyum. "Kita berbaikan."

"Kak Tae, Jaehyun..." Haechan berhenti sejenak, mencoba menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. "Dia orang yang baik kak, hanya saja dia sulit bersosialisasi dengan kebanyakan orang. Dia memang sering memberi banyak perintah kepada penjabat-penjabat dan orang penting, tetapi jika kakak memintanya untuk pergi ke pesta ulang tahun, dia akan linglung."

"Dia ling-lung di pesta ulang tahun?"

"Beberapa waktu yang lalu Jaemin memintanya untuk pergi bersamanya ke salah satu pesta ulang tahun temannya, dan Jaemin memberitahuku bahwa Jaehyun bertidak sangat canggung disana."

"Kita semua juga akan canggung ketika kita bertemu orang asing bukan?"

Haechan mendengus. "Kak Tae, di klub mereka ada salah satu teman Jaehyun."

"Jaehyun pergi ke klub?" Telinga Taeyong menajam mendengarkan kalimat Haechan.

"Jaehyun, Jaemin dan juga Johnny mereka suka pergi ke club dengan gadis-gadis. Jaehyun bahkan sering minum-minum."

Taeyong agak terkejut. Dia tidak pernah membayangkan Pangeran akan pergi club atau pun mabuk.

┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈

"Kudengar kalian berdua berbaikan," Rosè menyilangkan kakinya sambil membolak-balik fotonya. "Kapan aku melakukan pemotretan ini?"

"Iya kita berbaikan, dan kamu melakukan pemotretan itu ketika kamu berada di Hong Kong," Jaehyun mengingatkan sepupunya.

"Jadi bagaimana rasanya?"

"Rasa apa?"

"Maksudku, bagiamana rasanya kembali berhubungan baik dengan istrimu?"

Jaehyun terdiam sejenak, mencoba memikirkan kata-kata yang bisa menggambarkan euforianya.

"Bagus," akhirnya dia berkata, membuat Rosè mengangkat alisnya.

"Hanya 'bagus'?"

"Luar biasa, aku- sangat senang kita berbicara lagi.'' Jaehyun mengangkat tangannya ke udara.

Rosè bersenandung, dia sedang memfokuskan diri kepada dirinya yang menggunakan gaun merah di sebuah artikel.

"Dia memelukku!" Jaehyun berseru.

"Maaf?"

"Taeyong, dia... Memelukku!"

Rosè menatap sepupunya, senyum kecil tersungging di wajahnya. "Dan, bagaimana perasaanmu?"

"Senang, sangat senang."

Rosè terkekeh mendengar kata-kata Jaehyun. Jaehyun mengingatkannya pada saat mereka masih muda, keduanya terlalu polos untuk mengekspresikan emosi mereka secara terbuka di tengah-tengah semua orang.

"Kamu yang memeluknya atau-"

''Tidak, dia yang memelukku." Pikiran Jaehyun kembali ke saat mereka berpelukan, cara rambutnya menggelitiki dagunya dan porsi tubuh Taeyong yang benar-benar pas padanya.

Jaehyun ingin lebih dari sekedar pelukan.

┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈

Taeyong merentangkan tangannya memenuhi kasur sambil menguap, keningnya mengerut pada selembar kertas di depannya.

Nona Park telah memberikannya pekerjaan rumah, meskipun tidak terlalu sukir, Taeyong berpikir bahwa seharusnya dia tidak mengerjakan tugasnya di larut malam ini.

Taeyong duduk dalam piyamanya yang sedikit berbulu, melindungi tubuhnya dari angin sepoi-sepoi yang bertiup. Dia memutuskan untuk mengerjakan tugasnya itu besok hari, matanya sudah sangat lelah.

Tiba-tiba, pintu berderit terbuka, memperlihatkan sosok Pangeran yang berjalan ke arahnya dengan senyum kecil.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Dia bertanya, mencondongkan tubuhnya ke arah Taeyong untuk memahami apa arti kertas di tangannya.

"Tugas kuliah." Taeyong menyeringai, memperhatikan Jaehyun yang sedang membaca kertas di tangannya dengan bingung.

"Aku tidak tahu apa arti tulisannya, tapi ini sudah sangat larut." Tidak berani menatap matanya, Jaehyun bergumam. "Kamu tidak ingin tidur?"

Dengan jantungnya yang berdetak kencang Taeyong mengangguk lembut, Jaehyun yang merasakan anggukan itu langsung pergi ke kamar mandi, mengganti pakaiannya dengan piyama.

Ketika Jaehyun selesai mengganti baju, Taeyong sudah mengubur dirinya di bawah selimut, memeluk selimutnya dengan erat.

Jaehyun mematikan lampu, membenamkan ruangan ke dalam kegelapan dan dia juga mengubur dirinya di bawah selimut.

"B-bisakah kamu memegang tanganku? Hanya sebentar." Dia bertanya dan yang membuatnya heran, Taeyong dengan senang hati meraih tangan Jaehyun.

Menit demi menit berlalu, keduanya tertidur lebih cepat dari yang mereka kira, dan keduanya tertidur dalam keadaan memegang tangan satu sama lain.






࣪⠀ ִ ۫ ᮫ ׂ 𖥦 ۪ ׁ ַ ּ ּ ֗ ִ ۫ ּ ֗ ִ ۪

THE CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang