Suara pemanggang roti yang berbunyi cukup keras membuat Jihan yang duduk di kursi dapur sedang minum teh hangat menoleh. Segera ia menyiapkan sarapan sederhana dua porsi pagi ini. Dengan rambut digelung asal, memakai baju kebesaran milik Jungkook berwarna abu-abu yang hanya menutupi sampai pahanya.
Rumah kecil dan sederhana ini adalah peninggalan milik kakeknya, ia benar-benar bersyukur kuliah di Seoul tanpa harus mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal. Hanya uang untuk konsumsi saja.
Namun, di rumah ini Jihan tentu tidak hidup sendirian. Bisa dibilang, ia tinggal bersama Jungkook, tapi hanya kadang-kadang saja laki-laki Jeon itu tinggal. Karena ia juga punya kesibukan lain mengurusi studio tatonya, tiap malam Jungkook selalu tidur di sini. Anggap saja ini adalah rumah kedua Jungkook.
Namun, Jungkook tak semerta-merta boleh tinggal sesukanya di rumah ini. Bila ada keluarga Jihan datang, tentu Jungkook harus pergi. It's complicated. Hubungan mereka tidak disetujui keluarga Jihan.
Jungkook hanya memiliki sosok ayah saja di rumah, ayahnya tidak pernah membatasi Jungkook melakukan sesuatu selagi itu membahagiakan anaknya, why not? Sebab itu, Jihan kadang iri dengan cara ayah Jungkook berpikir.
Omong-omong ayah Jungkook bekerja sebagai seorang jurnalis—pekerjaan idam-idaman Jihan dari dulu. Mereka sudah lama dekat sejak Jihan mulai memiliki hubungan dengan anaknya, kadang bertemu selalu membahas cara kerja seorang jurnalis itu seperti apa. Jihan sangat suka mendengarnya, kiat-kiatnya selalu Jihan dengarkan dengan baik.
Tidak seperti Jungkook yang menyepelekan pekerjaan seorang jurnalis. Ia lebih suka melihat Jihan jadi seorang model majalah, cuz she's hot stuff. Terlalu sering melihat Jihan nyaris tanpa pakaian, Jungkook berandai bila Jihan mengajukan diri sebagai model, tidak akan ada yang menolak. Apalagi kalau model pakaian dalam.
Jungkook memang tidak seposesif laki-laki kebanyakan, ia membiarkan kekasihnya bebas asal tahu batas wajarnya bila mereka sedang beda tempat. Jihan di kampus tentu bertemu dengan banyak laki-laki, Jungkook juga tahu kekasihnya itu si social butterfly. Ramah dan sangat pandai bersosialiasi dengan keadaan baru.
Pun Jungkook juga sama seperti itu, menjaga hatinya untuk Jihan. Beberapa pelanggan yang ingin membuat tato di studionya ada yang perempuan. Kadang juga meminta dibuatkan tato di daerah kulit yang rawan disentuh, di pinggul dan yang paling sering di dada. Sudah biasa Jungkook melihat perempuan yang ingin menato diri bertelanjang dada di depannya.
Kadang ketika mendapat pelanggan seperti itu, Jungkook ketika pulang akan curhat pada Jihan. Bila ia menato tubuh perempuan di bagian mana, yah, bukan apa-apa sih, Jungkook kebiasaan seperti itu. Mengadu pada kekasihnya tentang apa saja yang ia lakukan di studio, begitu pula Jihan. Mereka benar-benar saling terbuka tentang apa pun.
Langkah seseorang yang terdengar mendekat itu membuat Jihan yang menyiapkan sarapan teralihkan, ada Jungkook yang sedang bertelanjang dada memakai jogger hitam datang dengan wajah bantal, rambut berantakan, pun matanya menyipit mencari keberadaan Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] No Cig!
Fanfiction[E-BOOK PROJECT] Jungkook, perokok berat yang sedang menjalani masa rehabilitasi khusus dari kekasihnya, Kwon Jihan. Namun percobaan untuk menghentikan Jungkook supaya berhenti merokok itu justru membuat Jihan merasa sedang disiksa.