02. Mother's Advice

4.6K 579 165
                                    

Tepat seperti prediksi Jungkook, kurang lebih pukul dua siang ibu Jihan akhirnya datang dari Gwangju, membawa kudapan yang ia buat dari rumah untuk putri sulungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat seperti prediksi Jungkook, kurang lebih pukul dua siang ibu Jihan akhirnya datang dari Gwangju, membawa kudapan yang ia buat dari rumah untuk putri sulungnya. Ibu Jihan ditemani putri bungsunya—Kwon Shua yang sekarang genap berusia sebelas tahun.

Wanita dua anak itu terlihat mengeluarkan semua barang bawaan di dalam tas, kebanyakan berisi makanan dan kebutuhan pokok. Jihan melihat ibunya membawa banyak barang menghela napas, "Ibu, Jihan, 'kan, sudah bilang jangan bawa beras. Di sini, Jihan bisa beli makanan instan. Jihan jarang masak, tahu."

Berkata seperti itu bukan semerta-merta Jihan ingin beralasan. Ia merasa tidak enak, karena tahu keluarganya di Gwangju juga sedang kesulitan. Ia hanya seorang diri di sini, sedangkan di Gwangju ada empat orang—ayah ibunya, Shua dan juga nenek. Orang tuanya setiap bulan selalu memberi uang bulanan untuknya, dan itu sangat cukup.

"Kau kurus sekali akhir-akhir ini Ibu lihat. Pasti kau jarang makan nasi, 'kan? Ayo, ubah kebiasaanmu itu. Tiap bulan Ibu akan membawakan beras."

"Ibu jadi banyak pengeluaran. Sudah, jangan bawa beras. Jihan hanya sendirian di sini, gampang mencari makanan."

Sikap Jihan yang bersikeras tidak mau dibantu ini kadang membuat ibu Jihan kepikiran. Persis seperti suaminya, tipe orang yang selalu merasa tidak enak kepada orang lain. Kadang di Gwangju, ibu Jihan selalu termenung memikirkan nasib anak sulungnya hidup sendiri di kota besar dengan sikap tak enakannya itu bagaimana ia bisa minta tolong jika kesusahan?

"Wah! Kulkas Kakak banyak makanannya." Shua yang baru datang membuka kulkas lantaran haus itu takjub melihat isi kulkas Jihan yang berisi banyak makanan dan minuman. Terlebih yang menjadi ketertarikannya ada di freezer—banyak sekali ada es krim. "Kak Jihan nanti batuk, lho, kalau sering makan es krim." Shua berhasil mendapat sepotong es krim dari kulkas sembari berusaha menasihati sang kakak.

Ah, itu ya. Jihan tersenyum kikuk, ia memang tidak terlalu suka makanan manis seperti itu. Ya, karena semua es krim yang ada di kulkas itu bukan milik Jihan. Semua itu Jungkook yang punya, isi kulkas selalu laki-laki itu yang mengisi. Jihan tak pernah kekurangan makanan di sini karena ia memiliki Jungkook yang tiap waktu selalu lapar, dan selalu saja membeli pengganjal perut.

"Kakak tahu Shua datang, sebab itu beli es krim." katanya beralasan.

Usai dengan kegiatan menaruh barang bawaan, ibu Jihan mengamati keadaan rumah. Mengecek bila ada kerusakan, takut putrinya di sini tinggal merasa tak nyaman. Wanita itu ke halaman belakang namun atensinya langsung teralihkan ke arah asbak yang berisi puntung rokok di atas meja sana. Langsung saja wanita dua anak itu menghela napas, ternyata anaknya masih membiarkan laki-laki berandal itu ke sini.

"Ibu, makan siangnya sudah Jihan siapkan." Jihan yang muncul dari balik pintu yang mulanya ceria langsung berubah diam usai melihat ekspresi ibunya menatap dengan sorot mata tajam.

Ibu Jihan melipat kedua tangannya di depan dada, kelihatan galaknya. "Kau masih berhubungan dengan laki-laki badung itu?"

Hampir Jihan menggeleng sebelum ia sadar apa yang menjadi alasan ibunya marah adalah karena ia melihat sebuah asbak berisi beberapa puntung rokok bekas. Sial, Jihan lupa membersihkan halaman belakangnya tadi.

[M] No Cig! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang