[E-BOOK PROJECT]
Jungkook, perokok berat yang sedang menjalani masa rehabilitasi khusus dari kekasihnya, Kwon Jihan.
Namun percobaan untuk menghentikan Jungkook supaya berhenti merokok itu justru membuat Jihan merasa sedang disiksa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jungkook pulang ke rumah Jihan pukul delapan malam, dan mendapati kekasihnya turun dari tangga menyambutnya dengan senyum. "Kau sudah makan?"
Jihan masuk ke dapur disusul Jungkook yang menaruh backpack hitamnya di atas meja makan. Laki-laki itu mengangguk, "Sudah." Lalu membuka kulkas untuk mengambil es krim, namun ada hal yang terlihat janggal. Es krimnya berkurang. "Siapa yang mencuri es krimku?"
"Shua." Jihan yang sedang merendam panci ricecooker dengan air di wastafel cuci piring itu menjawab singkat.
"Doyan sekali." Laki-laki itu membuka bungkus es krim sebelum memakannya. "Aku jadi rindu Shua, sekarang pasti tingginya sudah bertambah. Nanti kalau aku bertemu, aku ingin membelikannya sepatu. Cepat-cepat kau punya ipar Jihan, adikmu sudah remaja sebelum waktunya."
Terakhir kali Jungkook lihat, Shua tingginya sudah mencapai dadanya. Dan ada banyak perubahan dengan gadis kecil itu, penampilannya lebih modis dari kakaknya sendiri.
"Dia tadi menanyakanmu."
Jungkook yang bersandar di pintu kulkas sembari memakan es krim itu berdeham. "Kapan ibumu pulang?"
"Sore tadi, sekitar pukul empat."
"Apa ada hal penting yang dikatakan ibumu?" Jungkook kembali bertanya.
Jihan tidak mau mengatakannya, ia takut Jungkook merasa terbebani dengan ucapan ibunya. Walau ia tahu, kekasihnya tidak mungkin sampai marah bila ia dipandang aneh oleh ibunya, karena sudah terlalu seringnya Jungkook diberikan perlakuan berbeda.
"Tidak ada. Dia kemari untuk mengecek keadaanku saja." Jihan mengalihkan perhatian usai merendam panci, "Cepat mandi, ini sudah malam."
Jungkook mendekati Jihan sebelum ia mencolek dagu kekasihnya, "Tidak sabar ingin dipeluk, ya?"
Tak ingin diganggu dan ia malas meladeni, gadis Kwon itu hanya mengiyakan. Saat ini pikirannya sedang tidak bisa diajak lucu-lucuan. Jihan berdecak sebal ketika Jungkook mengecup pipinya sebelum berlari menuju ke lantai atas untuk mandi. Kesal bukan karena ciumannya, melainkan karena bekas es krim yang Jungkook makan menempel di pipi Jihan. Itu menjijikan, dengan segera Jihan mengelapnya.
Selesai dengan urusan dapur, Jihan segera mengunci segala akses masuk rumahnya, tak lupa mematikan lampu ruangan. Barulah ia menyusul Jungkook untuk masuk ke dalam kamar. Ia dengar suara gemericik air di dalam kamar mandi setelah ia masuk kamar.
Gadis itu menyiapkan keperluan untuk ke kampusnya besok sebab ia mendapat kelas pagi. Saat memasukkan buku dan alat lain ke dalam tasnya, Jihan tiba-tiba mengingat ucapan ibunya soal masa depannya. Bayangan ketika ia sudah lulus nanti membuatnya menambah beban dalam pikiran.
Sebelumnya, Jihan sudah punya angan akan bekerja di Seoul. Mumpung ayah Jungkook seorang jurnalis, tentu banyak celah yang bisa Jihan dapatkan untuk meraih pekerjaan idamannya itu. Jihan sudah menata seapik kemungkinan persiapannya selepas lulus menjadi mahasiswa. Namun jika hanya alasan sepele yang ibunya sebutkan pagi tadi mengacaukan rencananya, itu sungguh membuatnya sedih.