14. Listen

60 10 0
                                    


Suster Lea sama terkejutnya dengan suster Ochi karena mendengar penuturan dari kepala perawat Vincent. Mereka yang berada dalam ruangan tersebut tiba-tiba menegang. Vincent terlihat terdiam kaku sehingga membuat Ochi maupun Lea tergagu. Sebenarnya, kejadian tiga bulan yang lalu mereka semua, yang ada di dalam rumah sakit itu terutama yang bekerja sepakat jika tidak akan ada yang membicarakan kejadian itu. Namun, sekarang, Vincent membicarakannya kembali dengan membuat Ochi ketakutan akan hal apa yang ingin ia lakukan karena hanya untuk menutupi kesalahannya dengan Lea.

Kini, Lea yang membuka suara, “Mianhaeyeo, kepala suster Ochi, sejujurnya aku memang sedang bersama kepala perawat Vincent. Ia menggodaku sehingga pertahananku runtuh. Dan akhirnya kita hanya sekedar berciuman panas tidak lebih. Kalau kau tidak percaya, kau bisa mengecek cctv di ruangan itu.”

Penuturan Lea cukup membuat Ochi terkejut, mengapa Vincent bisa berbuat hal hina dengan cara menggoda bawahannya seperti itu. Vincent masih setia menatap Ochi.

“Vincent, bisakah kau keluar dari ruanganku.” usirnya sambil membuang muka.

“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Ochi.”

“Maaf?”

“Kamu tidak cemburu denganku?”

“Maaf?” tanya Ochi tak paham.

Saat Vincent ingin menjawab kalah cepat dengan suster Ochi yang duluan membicarakan apa yang ingin ia bicarakan yang seharusnya tak boleh dibicarakan.

“Kau tau tentang kejadian pembunuhan dan pemerkosaan tiga bulan lalu, Vincent. Tapi kenapa kau tidak bersaksi seperti,” Ochi hampir saja keceplosan.

“Seperti?” tanya Vincent yang ingin mengetahui siapa yang telah bersaksi dulu.

“Tidak perlu tau. Kenapa kau licik sekali. Suster Yura sangat kesakitan dan kau diam seperti orang bodoh seperti ini. Kau gila!”

“Aku-“

“Vincent, kita telah bekerja sama bersama Yura, kau lupa. Kau melupakan saat bersama dengan aku dan Yura. Saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak ingin mengenalmu lagi. Sejak hari itu, kau berubah, Vincent. Aku seperti melihat orang lain pada dirimu dan tidak seperti dirimu yang dulu.” Vincent masih setia mendengarkan teman seperjuangannya saat mereka pertama kali bertemu di rumah sakit ini. “Kau kenapa, Vincent. Aku selalu ingin bertanya seperti itu padamu namun aku telah berjanji pada diriku sendiri.” Vincent terdiam menatap nanar ke arah Ochi. “Kenapa kau bajingan sekali, Vincent. Kau tau, aku dan Yura sangat menyukaimu, kau seperti kakak lelaki yang kami punya dan sudah kami anggap kau keluarga kami.”

Vincent terkejut mendengar penuturan dari Ochi, sebajingan itukah dirinya. Menutupi semuanya hanya karena si keparat bajingan itu. Ia bahkan telah menyimpan perasaan lebih kepada Ochi namun yang mengungkapkan perasaan pada dirinya itu adalah Yura. Maka dari itu, saat ia mengetahui bahwa Deran telah membunuh Yura, ia cukup senang namun ia malah lebih sebaliknya. Ia merasa bahwa ia telah membunuh Yura juga. Ia menyesal.

“Kau menyesal. Kau tidak tau kan, kalau kami sangat menginginkan seseorang yang terus menjaga kita berdua. Kau tidak tau, kan, bajingan,” jelas Ochi semakin histeris sedangkan Lea menangis dalam diam mencoba menahan suara tangisnya.

“Dan kau tidak tau, kan, kalau Yura ternyata menaruh perasaannya padaku. Ochi, aku yang memiliki perasaan padamu namun Yura yang menyatakan perasaannya padaku.” Vincent melihat Ochi terdiam. “Benar, kan, kau tidak tau hal ini.”

Ochi, Vincent, dan Lea sama-sama terhanyut oleh perasaan mereka masing-masing. Lea hanyalah sekadar bersenang-senang semata dengan atasannya itu namun ia mendapatkan cerita luar biasa dari kedua atasannya ini. Perih, itu yang mereka rasakan saat ini. Pedih. Menyakitkan namun tak mampu melawan.

“Aku menyesal. Aku akan menangkap orang itu.” tegasnya dengan cepat keluar ruangan tanpa bantahan.

Di tempat resepsionis. Yaya menguap sekuat tenaga membuat Mora yang dihadapannya melihatnya menganga mengapa ada lelaki kaya raya yang ingin menikahi Yaya, bocah perawan yang serampangan. Yah, walaupun tak jauh dari Calla namun Mora lebih memilih Calla ketimbang Yaya.

“Hya! Gue pengin banget lemparin lebah biar lo nggak bisa nguap seenak jidat lo, lagi.” kesal Mora.

“Sori, Kak. Gue nggak tahan banget, sumpah. Tadi nugas lahiran bareng dokter Ansa membuat energi gue terkuras.” jelas Yaya sambil mengangkat kedua tangannya, meregangkan otot-otot tangannya.

“Yaya! Astaga.”

“Kalian ini ya, kalo nggak ada gue pasti main cakar-cakaran deh.” tawa renyah Calla yang baru saja datang dari arah ruangan Novel. Ia pun langsung bergabung.

Para suster perempuan maupun laki-laki bagian resepsionis atau sekedar istirahat dekat resepsionis langsung melirik ke arahnya.

“Tuh liat, banyak yang liatin, lo, karena lo keluar dari ruangannya dokmudnya Yaya.”

“Hya! Hya!” peringatan dari Calla bahwa mereka tidak macam-macam.

“Iya juga nggak apa-apa kali, Cal. Lagian di antara kita, kan, cuma lo yang masih sendiri.” ungkap Yaya suaranya di jadikan seperti menyedihkan.

“Hya!” senyum Calla agar Yaya berhenti.

“Biasa, Cal, pengantin baru sebentar lagi. Jangan capek-capek deh lo, kadang suka gila jadinya.”

“Jugallae!” teriak Yaya pada Mora yang tertawa geli disusul dengannya dan juga Calla.

“Hya, Calla. Gimana, udah terpecahkan?” tanya Mora dengan suara pelan.

“Belum, Kak. Kayaknya gue bakalan jadi tumbal.”

“Nih, Yaya, aja.” ucapnya santai membuat Yaya terkesiap.

“Gue mau nikah, Mora sialan!” kesalnya sambil nyengir kuda mengapa ia bisa memiliki kawan gila seperti dirinya. You’re the best Calla and Mora.

“Gue serius, Kak.”

“Emang nggak ada cara lain. Kita bantu, misalnya.”

“Bentar, deh, emang ‘dia’ siapa?” tanya Yaya perlahan.

Kini, Calla menatap serius ke arah Mora dan Yaya.

**

Novel terkejut karena kedatangan Vincent ke ruangannya. Ada apa? Tanyanya dengan mengangkat sebelah alisnya.

“Deran.”

“Maksud?”

“Akan aku bantu kau menangkap Deran.”

Novel menyeringai, “What’s wrong, Vincent,”

“Aku ingin balas dendam.”

“No! Jangan berpikir untuk balas dendam, Vincent.”

“Wae?”

“Jebloskan saja dia, sampai membusuk.”  























HOLLA~
SAMPE SINI GIMANA SAYANGGG, MAU KITA APAIN SI DERAN ?
BANTU JAWAB -_

Jan lupa vote and comment yang banyak biar aku rajin up nya hoho~

Luvyuuu~ 🥰

ANYEONG DOKTER! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang