3. Suster Macan (Manis & Cantik)

397 32 0
                                    

"Apa-apa-an, si, tadi. Bikin gue kesel aja. Gantengnya si iya ampe kelewatan. Sikapnya loh yang bikin gue mo nampol." gumam kesal Calla sambil berdecak beberapa kali.

"Udah, jangan kelewat benci juga, ntar nyangkutnya ke dia lagi." ucap Mora sambil cekikikan.

"Excuse me. Sori, Mora, dia sama sekali bukan tipe gue-eh, nanti siang polisi manis ngajak gue makan dong." pamer Calla tersenyum dengan memperlihatkan gigi kelincinya siapapun yang melihatnya jadi pengin ikut tersenyum.

"Ajak gue dong!" heboh Mora sambil menarik seragam suster milik Calla membuatnya terlihat berlebihan membuat orang yang setiap melewati mereka melempar cengiran.

"Memalukan." ucap sadis Calla lalu pergi ke ruangan yang harus ia cek keadaan wanita yang di bawa oleh polisi manis tadi.

Mora mengekori Calla sampai di ruangan UGD. Sedangkan Yaya teman satunya lagi, ia sedang sibuk mengurus pasien di ruangan lantai atas.

"Permisi bu, apa ibu sudah merasa baik-baik saja? Atau ada lagi yang terasa?" tanya Calla ramah.

"Udah baikan, kok, Sus. Apa saya udah boleh pulang?"

"Setelah saya cek, luka ibu lumayan cukup dalam tetapi sudah boleh pulang asal minum teratur obatnya sebagai pereda nyeri agar lebih cepat lukanya mengering." jelas Calla sambil menyatat beberapa hal yang perlu ia catat sedangkan Mora membereskan luka di lengan wanita tersebut.

"Sudah." ucap Mora yang sudah beres.

"Oke, silakan urus administrasinya ya, Bu. Kalo gitu saya permisi, terimakasih." ucap Calla tersenyum dan berlalu.

Di luar menuju meja resepsionis. Mora meledeki Calla terus. Lihatlah bahkan Mora lupa kalau umurnya beda tiga tahun di atas Calla.

"Lo tadi udah kayak sales deh, Cal. Gue tadi pas periksa ibu-ibunya rada geli ngedenger suara lo itu."

"Kurang ajar." gumam pelan Calla dengan wajah datarnya sedangkan Mora masih terus cekikikan.

Makan siang pun dilalui.

"Cal, mana?" tanya Mora rusuh.

Perihal makan siang bersama antara Calla dan Polisi manis karena adanya Mora seperti menjadi cinta segitiga. Ketiganya duduk dengan Polisi manis duduk sendiri di depan mereka, ya, di depan antara Calla dan Mora.

"Lucu sekali loh, Kak." bisik Calla pada Mora.

Mora hanya tersenyum karena sudah kepincut dengan Polisi manis, Derandra namanya. Sedangkan Calla hanya tersenyum malu melihat tingkah laku sahabatnya.

"Cal, pesananku samain aja sama kamu." ujar Deran santai dengan senyum yang tak pernah atau tak mungkin bisa di lupakan oleh Calla.

"Aku!" gumam Mora heboh dengan sendirinya membuat Calla menutup mulut sahabatnya dengan tangan kirinya.

"Oke."

Saat Calla melambaikan tangan kanan untuk memanggil pelayan kantin rumah sakit. Tiba-tiba satu tarikan sekaligus genggaman tangan kekar seseorang membuatnya terkejut karena dengan sekali tarikan membuat Calla terbangun dari duduknya.

Deran dan Mora yang melihat sama kagetnya. Apalagi sekarang Deran telah berdiri sedangkan Mora masih setia duduk manis bagai penonton.

"Pak dokter!" kaget Calla.

"Maaf, bisa lepaskan tangan gadis ini." ucap Deran dengan gaya cool nya.

"Tidak bisa." ucapnya seakan tak terelakan.

"Kenapa begitu?, saya dan Calla sudah janjian untuk makan siang bersama dan Calla menyetujuinya. Benar begitu, Cal?"

Calla terperangah.

"I-iya."

Calla merutuki dirinya mengapa ia menjadi gugup.

"Kalau begitu batalkan. Karena saya yang akan makan siang dengannya." ucapnya tegas seperti memerintah kepada bawahannya.

"Hah?!"

"Maaf, saya duluan yang sudah janjian dengan Suster manis ini."

Lihatlah wajah Mora yang memerah. Jikalau kata, ia sedang melihat drama romance and sweet gratisan ala sahabatnya. Calla bahkan sudah tak mengerti dengan situasi ini. Sahabatnya bahkan tak membantu sama sekali.

Oh Mora kasihanilah Calla~

**

Di ruang dokter Novel Juanda.

Disinilah Calla saat ini. Meja ini sudah terisi penuh oleh macam jenis makanan, Calla yang melihatnya apa ini tidak berlebihan sedangkan dirinya hanya makan siomay itu pun di perintahkan oleh Novel harus dengan nasi. Calla sangat tidak nyaman dengan ini semua. Dirinya hanya ingin makan satu makanan dan tak mau makan nasi. Dirinya sejak dulu memang tidak suka makan nasi. Ayolah, bahkan sejak tadi Calla tidak menyentuh makanannya sedikit pun. Sedangkan Novel masih sibuk dengan seseorang di seberang sana lewat ponsel canggih nan mahalnya.

"Kenapa?"

"Hah?!"

"Kenapa nggak di makan? Aku udah siapin ini semua buat kamu." jelasnya sambil mengantongi ponselnya lalu duduk di hadapannya.

"Tapi saya nggak makan nasi, Pak."

Novel menaikkan sebelah alisnya.

"Mencoba membohongi saya, ya." ujarnya dengan tatapan tajam.

"Bener kok, Pak. Saya-,"

"Panggil nama saya baru saya percaya."

Calla tak percaya saat atasannya ini makan dengan lahap di depannya. Menggodanya dengan memakan makanan dengan gaya sensualnya. Bahkan Calla merutuki kebodohannya saat tak sengaja melihat bibir tebal dan seksi milik atasannya itu. Ia melipat bibirnya berkali-kali.

'Fix, gue udah nggak waras.' oceh batinnya.

Bahkan Calla tak mengerti mengapa atasannya ini kekeuh mengejar dirinya padahal dokter Novel sama sekali bukan tipenya.

Ya Tuhan. Apa yang harus ia lakukan saat atasannya ini terus menggodanya.













Update ini dulu. Soalnya ada yang nanyain pak dokter tampan dan seksi, kata Mora 🤪

Moga sukak 🥰

Met malem senin. Semangat yang besok menjalani aktivitas kembali.

Tetap semangat,

Dan terus semangat ya gengsz 🔥

💋💋💋

ANYEONG DOKTER! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang