02

218 36 3
                                    

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah 9 malam ketika Javas keluar dari kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah 9 malam ketika Javas keluar dari kamar mandi. Sebelah tangannya menggosokkan handuk pada rambutnya yang masih basah. Wangi sabun dan shampoo menguar dari tubuh Javas. Langkah kakinya membawa Javas ke tempat dimana lemari pakaiannya berada. Baru juga membuka pintu lemari, ponsel Javas berbunyi memunculkan beberapa notifikasi yang sebelumnya diabaikan. Maka Javas kembali menutup lemarinya, beralih menghampiri ponselnya di atas nakas samping tempat tidur.

Ada banyak sekali notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya. Kebanyakan dari grub angkatan dan juga grub bersama ketiga temannya. Tangan Javas aktif men-scrolling pesan yang masuk sampai jarinya berhenti pada satu kontak nama yang mengiriminya satu pesan singkat sekitar 2 jam lalu.

Javas membuka pesan itu, matanya terpejam sesaat sebelum kembali terbuka serta memfokuskan pandangannya pada seseorang yang kini masih tertidur berbalut selimut di tempat tidurnya. Javas menghela nafasnya kasar, sekali lagi membaca pesan itu dengan seksama. Pesan itu singkat tetapi cukup mampu membuat Javas merasakan gejolak asing di dadanya.

Javas, kalo udah gak sibuk. Temuin aku di depan ya.

Pada akhirnya, pesan itu memicu langkah Javas bergerak secara terburu-buru keluar kamar. Tujuannya adalah untuk melihat ke depan apartemennya, memastikan pengirim pesan itu disana atau tidak. Seandainya masih disana dan melihat bagaimana pesan itu dikirim 2 jam yang lalu, Javas tebak kalau aktivitas yang dilakukannya pada jam itu diketahui. Harusnya Javas tidak mempermasalahkannya tetapi entah kenapa hal itu malah mengganggu pikirannya. Begitu pintu apartemennya terbuka, Javas menemukan seseorang telah bersila di sebelah pintu dengan diapit oleh 2 kantong besar belanjaan di kanan-kirinya.

Caca masih disana, melebarkan senyum sesaat Javas memunculkan dirinya. Gadis itu buru-buru berdiri dengan sedikit sempoyongan. Mungkin efek kram sebab terlalu lama duduk menunggu disana.

"Kenapa kesini?" itu pertanyaan bernada dingin yang Javas lontarkan setelah Caca mendekat ke arahnya.

Senyum Caca perlahan memudar mendapati pertanyaan itu dari Javas. Pandangannya meneliti penampilan Javas dari atas sampai bawah. Caca menyadari Javas baru saja selesai mandi terbukti dengan wangi sabun yang masih segar juga tubuh bagian atasnya yang masih terbuka. Tanpa perlu diperjelas Caca telah mengetahui semuanya. Dan sorot mata redup itu tidak lepas dari penglihatan Javas.

"Mau ngisi kulkas kamu sesuai janji aku tadi pagi hehe," selang berapa detik, sorot mata Caca kembali berbinar, senyumnya tersungging ketika menunjukkan dua kantong belanjaannya di depan Javas.

Tanpa membuang waktu, Javas membuka lebih lebar pintu apartemennya, mempersilahkan melalui gestur agar Caca segera masuk. Javas tidak mungkin membiarkan Caca lebih lama diluar atau mengusirnya setelah tahu itikad baiknya. Javas tidak setega itu.

Seusai menutup pintu, Javas mengikuti Caca yang berjalan menuju dapur. Gadis itu meletakkan kantong belanjaannya di atas meja konter. Kedua tangannya dengan cekatan mengeluarkan bahan-bahan makanan segar dari sana. Senyumnya masih tersungging selama memindahkan bahan belanjaannya ke kulkas. Sedangkan Javas sendiri hanya mengamati tidak jauh dari sana dengan tangan terlipat di depan dada.

Walk You Home (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang