gajadi pergi

48.7K 2.7K 468
                                    

jam 2 malam, Mark terbangun dari tidurnya, lelaki agustus itu turun dari ranjang lalu menatap jam dinding yang kini menunjuk kearah angka 2, sudah larut malam namun Mark tidak tau Jeno sudah pulang atau belum, lantas lelaki itu segera memakai send...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jam 2 malam, Mark terbangun dari tidurnya, lelaki agustus itu turun dari ranjang lalu menatap jam dinding yang kini menunjuk kearah angka 2, sudah larut malam namun Mark tidak tau Jeno sudah pulang atau belum, lantas lelaki itu segera memakai sendal rumahnya dan melangkahkan kaki keluar, melihat seluruh ruangan yang hampir gelap, tidak ada yang berubah, biasanya jika Jeno ada pasti akan ada jaket kulit remaja itu yang tergeletak begitu saja di sofa.

Mark berjalan menuju kamar Jeno, lalu membukanya kamar itu masih rapi dengan aroma pengharum coffe yang langsung menyeruak masuk kedalam indra penciumannya, Mark mengerjapkan mata melihat kasur Jeno tertata seperti tadi ia rapihkan.

Jeno belum kembali, padahal hari sudah larut, sedari pagi anak itu pergi tanpa izin ingin kemana, setelah Jeno mengatakan hal mengejutkan pada Mark.

bahkan Mark masih ingat betul kata kata Jeno, ia tidak bisa tidur karna itu.

ingin menelphone Jeno namun gengsi lebih mendominasi, namun tidak bisa di pungkiri jika Mark mengkhawtirkan anaknya.

"Jeno, jeno kenapa sih selalu buat ulah" gumam Mark dengan raut cemas, lalu bergegas mengambil handphonenya untuk menghubungi pemuda tersebut, sekarang Mark harus menyingkirkan gengsinya saat ini Mark benar benar khawatir pada Jeno, tangannya terulur mengambil ponsel yang terletak diatas ranjang.

dengan lincahnya, jari jemari Mark mencari kontak Jeno dalam hpnya, tidak butuh waktu lama nomer Jeno di temukan, tanpa basa basi Mark mencoba menghubungi anak itu, nadanya hanya berdering tidak tersambung.

panggilan pertamanya gagal, namun Mark mencoba kedua kalinya, tetap saja nomer Jeno tidak aktif, masih belum menyerah Mark memencet nomer itu lagi, sembari memainkan bibirnya menunggu sambungan dari seberang sana.

harap harap cemas, jika Jeno akan mengangkat telphonenya atau tidak, pundak Mark lemas Jeno sama sekali tidak mengangkatnya, mata bulat itu menyiratkan rasa gusar, Mark mendesah kasar.

"Jeno, jawab telphonenya!" guman Mark meremas ponsel di genggamannya karna panggilannya yang kesekian sama sekali tidak membuahkan hasil, Mark di landa kebingungan, biasanya Jeno pergi kemana, lelaki itu sama sekali tidak tau.

Mark menggigit bibir bawahnya, mencoba sekali lagi berharap untuk keberuntungannya sekali lagi, mendengarkan sambungan dari sebrang sana akhirnya terdengar, kedua sudut bibir itu melengkung mendengar suara suara berisik dari sebrang sana.

tanpa dia sadari menunggu suara Jeno menyapanya membuat jantungnya bertalu talu, Mark sangat gugup sekarang karna biasanya bukan dia yang menelphone terlebih dahulu melainkan Jeno yang selalu menelphonenya.

sudah berselang cukup lama namun Jeno tidak kunjung bersuara, Mark mengerutkan keningnya, Jeno tidak mengucapkan apa apa, hanya ada suara suara tidak jelas di sana.

Mark ingin memulai percakapan, namun bibir itu terkatup saat ada suara seseorang menyapanya.

"ya?"

Papa 🔞 ; NomarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang